Page 8 - Majalah Berita Indonesia Edisi 48
P. 8


                                    8 BERITAINDONESIA, 25 Oktober 2007BERITA TERDEPANAntara Hisabdan RukyatMenjelang awal dan akhir bulanRamadhan, tema hisab dan rukyat selalumenjadi pusat pembicaraan umat Islam dimana-mana, termasuk di Indonesia.ascapengumumanPimpinan PusatMuhammadiyahbahwa Idul Fitri jatuh pada hari Jumat, 12 Oktober 2007, masyarakat kembalibertanya-tanya, sebenarnyakapan persisnya Idul Fitri 1428Hijriah. Pemerintah, meskimasih menunggu hasil rukyat,dalam kalender 2007 telahmencantumkan Idul Fitri jatuhpada Sabtu, 13 Oktober 2007.Sementara itu, Nahdlatul Ulama (NU) masih akan melakukan rukyat sekaligus mengikuti sidang isbat yang digelarDepartemen Agama - diikutisejumlah ormas Islam danduta besar dari negara-negaraIslam - pada 11 Oktober. Perbedaan semacam ini sudahterjadi di masa lalu. Padatahun 1992, pemerintah melalui Badan Hisab dan RukyatDepartemen Agama menetapkan 1 Syawal 1412 Hijriah jatuhpada tanggal 5 April. Kenyataannya, di sejumlah tempat,banyak warga Muslim yangmelaksanakan shalat Idul Fitripada tanggal 3 April.Ihwal perbedaan penetapanawal bulan Ramadhan danawal bulan Syawal juga telahbanyak diulas berbagai media,baik oleh astronom profesionalmaupun ulama yang berpengetahuan astronomi. Sepertitelah dikemukakan dalam tulisan-tulisan itu, perbedaanpenetapan awal bulan kamariah terjadi karena di kalanganumat Islam terdapat dua aliran. Aliran pertama menetapkan awal atau akhir bulanberdasarkan perhitungan astronomi atau ilmu falak (hisab). Aliran kedua berdasarpengamatan dengan mata telanjang (rukyat).Perhitungan bulan dalamIslam didasarkan pada posisirelatif Bulan terhadap Matahari jika dilihat dari Bumi.Awal bulan terjadi saat posisiBulan secara relatif mulaimenjauh dari Matahari, sementara pertengahan bulanatau Bulan purnama terjadiketika posisi Bulan secararelatif mencapai jarak terjauhdari Matahari sebelum kembali lagi mendekat menujuakhir bulan.Penentuan awal hari ataupergantian tanggal dilakukanpada saat Matahari terbenamkarena pada saat itulah Bulanmulai dapat dilihat secara visual. Demikian juga penentuanawal atau akhir bulan. Menjelang akhir bulan, Bulan samasekali tidak terlihat secara visual karena posisinya ada dibawah Matahari. Karena itu,jika Bulan mulai terlihat setelah hari sebelumnya tidakterlihat, hal itu menandakanbulan sudah berganti.Karena periode putaran Bulan mengelilingi Bumi adalahsekitar 29,49 hari, umat Islamselalu melakukan rukyatulhilal (melihat Bulan) pada harike 29 dari bulan Hijriah. Jikapada hari ke 29 saat Matahariterbenam Bulan terlihat, saatitu adalah tanggal 1 bulanberikutnya. Sebaliknya, jikaBulan tidak terlihat, tanggal 1bulan berikutnya adalah esokharinya setelah Matahari terbenam. Dengan metode hisab,apalagi dengan bantuan software komputer, penentuanawal dan akhir bulan relatiflebih mudah. Dengan bantuansoftware, hisab tidak lagi cuma hitung-hitungan, tetapijuga dapat dilihat secara visual.Departemen Agama (Pemerintah) selama ini memilihmenggunakan hisab dan rukyat, hisab dilakukan berdasarkan hitungan astronomi yangdibuktikan dengan rukyat. Disisi lain, ada juga kemungkinan, karena sangat tipisnyajarak Bulan dan Matahari sehingga, walaupun dengan metode hisab terlihat bahwa Matahari lebih dulu terbenamdaripada Bulan, namun dengan metode rukyat, Bulanamat sulit terlihat. Itulah yangmembuat tanggal perayaanhari Idul Fitri bisa berbedaantara mereka yang memegang aliran hisab atau rukyatsecara mutlak.Ketua Umum PBNU KHHasyim Muzadi menyatakanakan melakukan istikmal ataumenyempurnakan usia bulanmenjadi 30 hari seandainyarukyat tidak memungkinkan.\ tidak bisa melihat bulan, ya istikmal, (puasanya) digenapkan 30 hari atau lebarannya tanggal 13 Oktober,\kata pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang itu.Pemerintah sudah berupayamenjembatani adanya perbedaan dalam penentuan hariIdul Fitri ini antara NU yangberimam kepada Pemerintahdan Muhammadiyah.Pertemuan yang digelar dikantor PBNU, Jakarta (2/10)itu merupakan tindak lanjutdari pertemuan sebelumnya diKantor Wakil Presiden JusufKalla (30/9). Jusuf Kalla berharap tidak terjadi perbedaanantar-umat Islam di Indonesia dalam perayaan Idul Fitri1428 H. Namun pertemuan diawal Oktober itu tidak menghasilkan titik temu sebab Muhammadiyah tetap pada keputusannya. “Secara ilmu, 1Syawal 1428 jatuh pada 12 Oktober,” kata Sekretaris MajelisTarjih dan Tajdid PengurusPusat Muhammadiyah Susiknan Azhari. Susiknan menjelaskan bahwa pihaknya menggunakan metode hisab atauperhitungan astronomi dalammenentukan jatuhnya IdulFitri 1428 H.Perbedaan ini ditanggapiberagam oleh sejumlah pihak.Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi punya komentaryang menggelitik, “Kadangkadang saya malu sebagai umatIslam. Orang Barat sudah sampai (mendarat) di bulan, lha kitaumat Islam berkutat di urusanmengintip (bulan) saja.”Sedangkan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah,Prof Dr Dien Syamsuddinmeminta umat Islam agartidak mempertentangkanperbedaan dalam merayakanIdul Fitri. “Persatuan danukhuwah islamiyah tidak harus bersifat seragam, ukhuwah tidak harus dengan penyeragaman, tapi bisa denganperbedaan,” kata Dien di selasela Kajian Ramadhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim di Asrama HajiSurabaya, Jatim (30/9). „MLPP
                                
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12