Page 14 - Majalah Berita Indonesia Edisi 53
P. 14
1414 BBERITA ERITAIINDONESIA NDONESIA, , 10 Januari 2008 10 Januari 2008BERITA UTAMADua Agenda Ekonomi 2008Atasi Pengangguran dan KemiKenaikan harga minyak, krisis keuanganglobal, dan dampak pemanasan global,ditambah kemungkinan ketidakserasianantara yang makro dan mikro yangkemudian tercermin pada dinamikapolitik domestik, menjadi tantanganbesar yang harus dihadapi perekonomianIndonesia 2008.da dua agenda utama perekonomianyang harus dituntaskan pemerintahan Presiden Susilo BambangYudhoyono (SBY) dan WapresJusuf Kalla (JK) sebelum memasuki kontes politik padaPemilu 2009, mengatasi masalah pengangguran dan mengurangi jumlah penduduk miskin. Artinya, kedua pemimpinharus berusaha keras menggerakkan sektor riil untukmenyerap tenaga kerja, sekaligus meningkatkan dayabeli masyarakat agar terangkatdari kubangan kemiskinan.Cara instan menempuhnyaadalah dengan menebarkansejumlah besar anggaran kesejahteraan, atau membagibagikan uang secara tunaikepada penduduk miskin. Tetapi cara ini diyakini tak akanpernah menyentuh substansipermasalahan yang sesungguhnya.Karenanya, tahun 2008 merupakan batu ujian kenegarawanan SBY dan JK, apakahsungguh-sungguh berpihakpada rakyat atau hanya mengejar popularitas semata.Kemiskinan selalu menjadipolemik dalam mengukur kinerja perekonomian pemerintahan, apalagi baru-baru initerjadi ‘perseteruan’ hangatantara Presiden SBY denganKetua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto.Wiranto dalam sebuah iklanmengutip data Bank Dunia,yang menyebutkan jumlahpenduduk miskin Indonesiamencapai 49,5 persen jikadiukur pendapatan perkapitadua dollar AS per hari.Sedangkan SBY mengacukepada data terbaru BPS yangterang-terangan menunjukkankecenderungan penguranganjumlah penduduk miskin. Pada Februari 2006 jumlah pengangguran mencapai 10,45persen, Februari 2007 turunmenjadi 9,75 persen.Lembaga kajian ekonomiIndef turut mencatat jumlahorang miskin yang terus menurun dari tahun ke tahun.Apabila pada tahun 1976 jumlah orang miskin mencapai54,2 juta jiwa, atau 40,08 persen dari jumlah penduduk,maka 10 tahun kemudian padatahun 1987 turun drastis menjadi 30 juta jiwa atau 17,42persen. Kemudian pada tahun1996 sebelum krisis multidimensi melanda tinggal 22,5juta jiwa atau 11,3 persen.Pada masa krisis di tahun1998, BPS mencatat jumlah orang miskin mencapai 79,8juta jiwa, yang secara bertahapsempat turun pada tahun2003-2005. Malapetaka kenaikan harga BBM lebih dari100 persen pada 1 Oktober2005 kembali menaikkan jumlah orang miskin menjadi39,30 juta jiwa pada Maret2006, atau 17,75 persen, padahal pada Februari 2005 hanya35,1 juta jiwa. Pada tahun2007 jumlah orang miskinkembali mulai menurun keangka 37,17 juta jiwa.Pemerintah merespon persoalan kemiskinan dengan beragam program peningkatankesejahteraan masyarakat.Selama tahun anggaran 2007misalnya, jumlah dana yangdialokasikan untuk penanganan kemiskinan mencapai Rp51 triliun, pada tahun 2008naik menjadi 65,5 triliun. Jikasaja program penanganan kemiskinan diperuntukkan untuk menciptakan lapangankerja baru, dan membanguninfrastruktur pembangunan,bukan mustahil jumlah orangmiskin akan menurun secaradrastis.Respon lain adalah rencanapemerintahan SBY-JK mengeluarkan dana sebesar Rp 100triliun dari APBN 2008 untukmembangun berbagai fasilitasumum seperti jalan dan pelabuhan. Dana sebesar itudiperoleh dari hasil pemotongan subsidi BBM pada tahun 2005. Selain itu direncanakan pula melanjutkanprogram membangun pembangkit tenaga listrik sebesar10.000 megawat berbahanbakar batubara.Hingga tahun 2011 ditargetkan pengeluaran anggaranuntuk membangun fasilitasumum sebesar 22 miliar dollar AS.Jika saja pendekatan mengurangi angka pendudukmiskin adalah charity yangserba instan, maka, penurunanangka kemiskinan hanya akanbersifat semu saja. Sebab faktanya program-program antikemiskinan yang selama inidiluncurkan pemerintah, seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri), masihjauh dari ideal bagi pengurangan angka kemiskinan.Demikian pula program bantuan langsung tunai (BLT) danprogram beras untuk rakyatmiskin (Raskin).Pengangguran Juga SamaMandeknya program pengurangan jumlah orang miskinparalel dengan jumlah pengangguran yang justru menunjukkan peningkatan yangcukup signifikan selama tahun2005-2006. Faktanya, jumlahpengangguran terbuka mencapai 10,8 juta jiwa, ditambahyang setengah menganggur(bekerja kurang dari 35 jam/minggu) sebesar 29,64 jutajiwa, sehingga total pengangguran di Indonesia secaraaktual mencapai sekitar 40juta jiwa, setara 40 persen darijumlah angkatan kerja.Kepala Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) A. TonyPrasentiono, mengakui, ketidakberhasilan pertumbuhanekonomi menurunkan angkapengangguran bukan hanyaterjadi di Indonesia. Chinamenurutnya juga sulit menurunkan angka pengangguranyang mencapai 9,5 persen,atau sebanyak 60 juta jiwa darijumlah angkatan kerja 650juta jiwa.Berbicara dalam seminarProspek Ekonomi dan PolitikIndonesia 2008 di Jakarta (13/11), Tony memastikan prospekpertumbuhan ekonomi Indonesia 2008 masih menggiurkan tetapi belum disertai prospek yang baik di sisi penyerapan tenaga kerja. Menurutnya, selama 2008 sektor perbankan yang berbasis modalyang sangat besar masih tumbuh masif.Besarnya pengangguran sesungguhnya tak melulu disebabkan kenaikan BBM. Melainkan, turut pula disumbangoleh penurunan elastisitas pertumbuhan ekonomi terhadappenyerapan tenaga kerja. Misal, pada periode Februari2005-Februari 2006 setiapsatu persen pertumbuhan ekonomi hanya mampu menyerap42.181 tenaga kerja. Padahalsebelumnya selama Agustus2002-Agustus 2003 setiappertumbuhan ekonomi satupersen mampu menyerap252.634 tenaga kerja.A