Page 75 - Majalah Berita Indonesia Edisi 57
P. 75


                                    BERITAINDONESIA, 19 Juni 2008 75 BERITA HUMANIORAalan beban biaya buku pelajaran. Akses internet masihmembutuhkan biaya. Selainitu, tidak semua masyarakat diIndonesia dapat mengaksesnya. Menurut dia, untuk mendapatkan buku murah terdapat cara lain. Salah satunya,pemerintah menyediakan sejumlah dana untuk pengadaanbuku murah dan kemudianpenerbit mengupayakan terciptanya buku murah sesuaidana yang disediakan. Selainitu, pemerintah juga dapatmenyubsidi harga kertas khusus untuk penerbitan bukuterkait pendidikan. Sebab biaya kertas sekitar 60 persen daribiaya produksi.Secara terpisah, Ade Irawan,Sekretaris Koalisi Pendidikan,menilai, penyediaan buku murah melalui internet oleh pemerintah sekilas merupakankebijakan populis. Namun,untuk jangka panjang justrubisa mematikan kreativitaspara penerbit untuk bisamenghasilkan buku murahdan bermutu. Menurut Ade,buku pelajaran yang mahalbukan semata kesalahan penerbit. Adanya kolusi dengansekolah dan dinas pendidikanmenyebabkan harga buku mahal dan selalu berganti. Jadi,kesalahan semestinya tidakditimpakan begitu saja kepadapenerbit.Selain itu, sebagian kalangan juga menilai kalau murahbiasanya identik dengan rendahnya kualitas produk ataulayanan. Yang paling hangat,sebuah maskapai bertiket mu-_rah akhirnya harus ditutupkarena mengabaikan aspekkeselamatan demi efisiensibiaya. Karena itu, harus adajalan tengah: berapa hargayang pantas untuk sebuahproduk atau jasa. Harga tersebut tidak memberatkan konsumen, tetapi juga masih memberikan keuntungan yang layak bagi produsen, baik untukmenutupi biaya operasionalnya maupun untuk investasipengembangan produk.Jika melihat harga bukupelajaran yang ditetapkanpemerintah sebesar Rp 7.500dari sekitar Rp 26.000 hargarata-rata saat ini (menurutberita Kompas), perbedaannyasangat ekstrim. Menurut Junaidi Gafar pada opini Kompas24/3/2008, tindakan pemerintah ini sama saja denganmembeli sawah petani danmenjadikan mereka sebagaiburuh semata. Dengan katalain, pemerintah ingin menskak mat penerbit buku pelajaran.Asumsi harga biaya cetak Rp6.000 dimana penerbit sudahuntung, yang dibuat Depdiknas, dinilai mengada-ngada.Sebab komponen biaya tidaksemata ditentukan oleh hargacetak. Penerbit adalah institusiyang memekerjakan banyakorang. Peran penulis buku dariproses pembuatan sebuah buku hanyalah sekitar 40 persen.Sedangkan sekitar 60 persenadalah peran dari perusahaanpenerbitan. Sebuah naskahyang dihasilkan penulis, harusmelewati proses seperti dikoreksi oleh editor, kemudiandilay-out oleh desain grafis,selanjutnya dilakukan penyuntingan sampai kemudian bukusiap dicetak oleh percetakan.Sebagai produk, buku jugaharus dipromosikan melaluisalesman, bedah buku, iklan,harus ada riset, serta harus adapengelolaan mereka.Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah daya belisetiap siswa/orangtua berbeda. Tidak semua siswa memerlukan buku murah. Dikota-kota besar banyak sekaliorangtua yang berlomba-lomba menyekolahkan anaknya disekolah favorit, betapapunmahal biayanya. Jadi, bukumahal tidaklah masalah bagimereka.Terlepas dari berbagai prokontra yang ada, peraturanMendiknas (Permendiknas)ini patut disambut positif dandiharapkan bisa menjadi alternatif atas mahalnya dan pergantian buku pelajaran tiaptahun karena seringnya modifikasi kurikulum. Pemerintahmemang berhak dan wajibmembuat regulasi yang melindungi masyarakat dan memastikan akses terhadap pendidikan bermutu tidak terhambat variasi harga buku. Tanparegulasi, eksploitasi pasarbuku pelajaran tidak hanyamenyudutkan masyarakat,tetapi juga memengaruhi etikabirokrat dan pendidik. „ MLP
                                
   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79