Page 76 - Majalah Berita Indonesia Edisi 57
P. 76


                                    76 BERITAINDONESIA, 19 Juni 2008BERITA LINGKUNGANMenyoalDosaBBNarga pangan dunia yang melambung empat bulan terakhir karena dipicu oleh menurunnya stok gandum danpadi dunia ternyata merambat padabahan-bahan pangan lain. Badan PanganDunia (FAO) menandaskan, krisis pangandunia kali ini akan menjadi krisis globalterbesar abad ke-21. Krisis pangan akanmenimpa 37 negara di dunia, termasukIndonesia. Akibat stok yang terbatas,harga berbagai komoditas pangan tahunini akan menembus level yang mengkhawatirkan. Harga jagung akan mencapairekor tertinggi dalam 11 tahun terakhir,kedelai dalam 35 tahun terakhir, dangandum sepanjang sejarah.Stok beras dunia akan mencapai titikterendah yang mendorong harga mencapai level tertinggi selama 20 tahunterakhir, sedangkan stok gandum mencapai titik terendah selama 50 tahunterakhir. Harga seluruh pangan meningkat pada angka fantastis 75 persen dibandingkan 2000. Bahkan harga beberapakomoditas meningkat lebih dari 200persen. Menurut perhitungan PBB, sampai awal 2008 secara global kenaikanharga makanan mencapai 35 persen.Harga kedelai di pasar dunia naik 35persen, gula naik 26 persen, minyak sawit43 persen, dan harga jagung naik 92persen. Dampak kenaikan ini sangatdirasakan oleh masyarakat di negaranegara berkembang, dengan 50-60 persenpendapatan mereka habis untuk membelikebutuhan makanan, sedangkan di negara-negara maju, hanya 10-20 persen.Awal April lalu, pemerintahan Haitijatuh karena krisis ini, dan PerserikatanBangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwaperdamaian dunia terancam akibat kecenderungan kenaikan harga-harga panganyang sudah terjadi di banyak negara.Protes dan kerusuhan akibat harga pangan yang tinggi, yang dimulai pada akhir2007, telah terjadi di banyak sudut dunia.Negara-negara di Afrika Barat, sepertiGhana, merupakan yang paling parahterkena dampak krisis harga pangan. PadaOktober 2007, terjadi demonstrasi besardi Bengali Barat, India, disusul di Senegal,Mauritania, Meksiko, dan Yaman. DiKamerun pada Januari 2008, terjadikerusuhan besar yang memakan korbanmeninggal 20 orang. Kemudian padabulan yang sama di Burkina Faso, AfrikaBarat.Di Indonesia, Malaysia, Afganistan,Filipina, Inggris, dan Skotlandia demonstrasi akibat krisis pangan juga terjadi meskipun tidak semasif sebagaimana yangberlangsung di Afrika. Itulah sebabnyaFAO menyerukan agar para pemimpindunia hadir dalam pertemuan tingkattinggi keamanan pangan dunia yang akandigelar di Roma pada 3-5 Juni mendatang.HPeningkatan konversi bahan panganmenjadi bahan bakar nabati (BBN) atau bioenergi dituding sebagai salahsatu penyebab kenaikan harga pangan itu. Eropa, misalnya, memperbesar pemakaian BBNhingga 5,8 persendari total bahan bakar transportasinyapada 2010, sedangkan Amerika Serikatmembutuhkan 35juta galon BBN pertahun. Jumlah itusetara dengan konversi 70 persen daritotal pangan negaraUtara menjadi BBNatau mengubah seluruh hasil panen jagung dan kedelai Amerika Serikat menjadi etanol.Beberapa tahunterakhir ini, BBNmemang sudah menjadi garda terdepandalam hal revolusihijau, sebuah jalankeluar yang kerenbagi para politisi danperusahaan besaruntuk menunjukkan kalau mereka seriusmencari energi alternatif dan memperlambat pemanasan global. PermintaanBBN dunia didukung oleh keyakinanbahwa energi ini bersih, ramah lingkungan, membantu menyuburkan tanahkritis, dan budi dayanya dalam skala besarmampu menyejahterakan pendudukpedesaan.Tapi benarkah demikian? MajalahTIME Edisi 7 April 2008 menurunkantulisan yang menyatakan bahwa BahanBakar Nabati khususnya etanol bukanlahbagian dari solusi untuk mengatasi pemanasan global dan semakin menipisnyabahan bakar minyak. Dalam artikelberjudul 'The Clean Energy Scam', TIMEmenyoroti sebuah fakta yang ironis bahwabutiran-butiran jagung yang diperlukanuntuk mengisi satu tangki SUV berbahanbakar etanol bisa memberi makan satuorang untuk satu tahun. Sementarasebagian negara sibuk 'memindahkan'tanaman pangan (baca: jagung, kedelai)dari atas piring ke dalam tangki bahanbakar, BBN membuat harga pangan naikdan membuat orang kelaparan. JeanZiegler, pelapor khusus PBB untuk hakatas pangan, dari Swiss bahkan mengatakan, produksi biofuel merupakanBahan Bakar Nabati (BBN)khususnya etanol yangselama ini dianggapsebagai energi alternatifmasa depan, rupanya justrumeningkatkan pemanasanglobal, menghancurkanhutan-hutan danmenimbulkan krisis pangan.365 Hari: Butiran-butiran jagung yangdiperlukan untuk mengisi satu tangki SUVberbahan bakar etanol bisa memberi makansatu orang untuk satu tahun.foto: simonsenconsultingservices.com
                                
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80