Page 5 - Majalah Berita Indonesia Edisi 62
P. 5


                                    BERITAINDONESIA, Desember 2008 5V ISIBERITAkarikatur: dendyInspirasi Bagi Indonesiaunia sangat terkesima dengan kemenangan BarackObama yang terpilih menjadi presiden ke-44 ASdan akan dilantik 20 Januari 2009. Terlebih olehmasyarakat Indonesia yang sedikit memiliki persinggungan dengan dia, karena pernah tinggal dan sekolahdi Indonesia serta memiliki saudara tiri dan ayah tiri dariIndonesia. Ditambah lagi dengan slogan perubahan yangdiusungnya. Bukan sekadar mengubah kebijakan, tapimengubah paradigma. Obama yang menyatakan “tak bisasetia pada sebuah ras saja” diharapkan bisa menjadi inspirasi.Kemajemukan memang telah menjadi salah satu ciri Amerika Serikat. Kendati catatan sejarah perbudakan kulit hitamserta gerakan antikelompoktertentu juga pernah meluas disana. Namun, semua itu runtuhketika Barack Obama terpilihmenjadi presiden.Kesadaran yang sama, sebenarnya sudah dipatrikan parabapak bangsa (Indonesia). Terlihat dari lambang negara, Garuda Pancasila, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.Tentu bukan tanpa alasan menyertakan semboyan itu padalambang negara. Mereka sepenuhnya menyadari, kebhinnekaan (kemajemukan) adalahkenyataan bangsa ini sejak awal.Mengingat adanya persamaan Indonesia dengan Amerika,khususnya menyangkut kemajemukan masyarakatnya, makadengan kemenangan Obama ini,timbul pertanyaan, kapan bangsa Indonesia sampai ke tahapanseperti itu. Yakni, tidak adaprasangka, baik karena berbedaagama, suku, etnis, budaya,jender, maupun perbedaan lainnya? Sudah seharusnya kitaakui, bahwa ‘bhinneka’ mendahului ‘tunggal ika’. Artinya,kemajemukanlah yang mendahului kehendak bersatu.Jadi selayaknyalah keberhasilan Obama ini menjadisumber inspirasi bagi bangsa Indonesia. Jangan lagi dikotomisuku, agama dan golongan dikedepankan. Seperti masihkerap terjadi, kendati undang-undang, bahkan konstitusi,telah diperbaiki. Dalam UUD 1945 yang diamandemen,misalnya, syarat seorang presiden dan wakil presidenmemang tak lagi mengharuskan orang Indonesia “asli”, tapicukup terlahir sebagai warga negara Indonesia. Namun,dikotomi kesukuan, Jawa dan luar Jawa masih terasa. Bangsaini seolah belum bisa menerima kenyataan seorang presidenbisa terlahir dari suku non-Jawa. Demikian juga dikotomiagama, masih sangat kerap jadi masalah. Selama ini, terutamadalam era pemilihan langsung, baik tingkat daerah maupunnasional, mitos atau dikotomi suku, agama, dan golonganmayoritas-minoritas itu masih amat kental.Di samping itu, sportivitas dalam pemilu AS juga perludicontoh bangsa ini. Kemenangan Obama yang juga disambuthangat oleh John McCain, rivalnya dari partai Republik,seraya mengatakan, “Obama adalah presidenku,” danmenghimbau seluruh pendukungnya untuk menerimakekalahan dan mendukung presiden terpilih, merupakansikap yang harus ditiru masyarakat negeri ini. Setiap calonpresiden, gubernur, dan bupati yang kalah dalam pemiludemokratis harus tegar dan mendukung penuh pemimpinyang dipilih rakyat. Calon yang kalah pun harus mendukungterwujudnya harapan rakyat.Sebenarnya, Indonesia sudah menerapkan sistem politikyang demokratis pada tahun 1999 dan 2004. Terutama PemiluPresiden 2004 yang dilakukansecara langsung dengan damai,sehingga mencengangkan dunia. Namun keberhasilan pemilihan presiden itu seakantercoreng oleh beberapa pemilihan kepala daerah, kabupaten/kota yang belakangan inisering disertai keributan seperti, kecurangan dalam penghitungan suara, bentrokan fisikantarpendukung, pembakarankantor KPU, dan sebagainya.Memang disadari, penduduknegara adidaya itu rata-ratasudah memiliki tingkat pendidikan dan pendapatan yangtinggi sehingga sudah bisa menerima perbedaan pendapatatau kekalahan. Mereka memiliki semangat bersaing namun pada waktunya kembalibersatu. Lebih dari itu, baikpendukung Partai Republikmaupun Partai Demokrat telahmemercayai sistem, mekanisme, dan teknologi pengumpulandan perhitungan suara, serta orang-orang yang melaksanakannya.Namun, dengan semangatpersatuan dan kesatuan yang tinggi yang dimiliki masyarakatIndonesia, dan terus belajar melaksanakan demokrasi yanglebih sempurna disertai kesadaran dan terinspirasi kemenangan Obama, bahwa dalam setiap kompetisi pasti ada yangmenang dan yang kalah, demokrasi di negeri ini diharapkantidak lama lagi juga bisa terlaksana dengan baik, jauh daritindakan anarkis dan main hakim sendiri.Kita berharap, efek domino kemenangan Obama bisa terjadidi Indonesia, yakni rontoknya mitos ras dan etnis mayoritasversus minoritas dalam spektrum politik Indonesia. Bahkan,kita berharap kemenangan Obama ini bukan sekadar inspirasi,tetapi sekaligus pintu terbuka bagi siapa pun di negeri ini untukbercita-cita menjadi pemimpin, tanpa melihat latar belakangras dan etnis yang dimiliki. Sama seperti kebekuan pandanganmayoritas versus minoritas yang sudah cair di Amerika Serikat,kita berharap bisa juga mencairkan kebekuan pandangan yangselama ini mendominasi Tanah Air kita. RedaksiD
                                
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10