Page 10 - Majalah Berita Indonesia Edisi 62
P. 10
10 BERITAINDONESIA, Desember 2008LINTAS TAJUKTurun Setengah HatiSejak berdirinya negeri ini,harga bahan bakar minyakatau BBM cuma bisa naik.Kini sejarah baru dimulai.Harga BBM jenis premiumturun Rp 500 mulai 1Desember 2008. Penurunanini dinilai tidak terlalusignifikan dan terkesan‘terpaksa’.arga minyak mentah dunia empatbulan terakhir ini turun lebih dariseparuh dari posisi tertinggi padaJuli 2008 sebesar US$147 menjadi sekitar US$65 per barel seiringperlambatan ekonomi dunia yang membuat permintaan BBM anjlok. Sejalandengan turunnya harga internasional ini,di dalam negeri banyak desakan agarpemerintah juga menurunkan harga BBMdomestik mengingat harga internasionalsudah di bawah harga jual yang ditetapkan pemerintah.Atas desakan tersebut, pemerintahakhirnya memutuskan menurunkan harga BBM jenis premium sebesar Rp500 perliter dari RP6.000 menjadi Rp5.500 perliter. Penurunan ini berlaku mulai 1Desember 2008. Namun, akan dievaluasisetiap bulan sesuai perkembanganharga minyak dunia.Keputusan itu sangat menarikperhatian publik, karena sepanjang sejarah berdirinya Republikini baru kali ini ada kebijakanmenurunkan harga BBM. Mediamedia nasional, termasuk harianterbitan ibu kota, tak lupamemberikan tanggapan dalamtajuknya mengenai hal tersebut.Koran Tempo (3/11) misalnya,yang memberi tanggapan sebelumkeputusan itu diumumkan pemerintah menyatakan, gagasan menurunkan harga premium dengan menunjuk satu besaran baru yang ditetapkan pemerintah dan akan ditinjaukembali bila harga minyak duniamelewati nilai tertentu bukanlah tindakan bijak. Menurut koran ini, lebihpas bila pemerintah melepaskan sajaharga premium sesuai dengan pasar.Lebih lanjut dikatakan, kebijakanmelepas harga tentu mengandung risiko, tapi banyak cara untuk memitigasinya. Misalnya, dengan memberisubsidi bagi kendaraan umum orang kecil,seperti angkutan kota dengan memodifikasi secara gratis sehingga dapatmenggunakan bahan bakar gas (BBG).Menurut koran ini, ada beberapa keuntungan yang dapat diraih dengan kebijakan itu yakni, memberikan kesan bahwaselain berani terhadap warga miskin diJakarta yang subsidi minyak tanahnya dicabut, pemerintah juga bernyali memangkas bantuan untuk para pemilik mobilmewah. Keuntungan lainnya, mengurangipolusi dan menurunkan kebocoran distribusi bahan bakar bersubsidi.Sementara harian Investor Daily (7/11)menyatakan, di tengah krisis finansial global, kebijakan ini sangat ditunggu masyarakat dan industri. Setidaknya bisa sedikit meringankan beban masyarakat, meningkatkandaya beli, dan pada akhirnya akan menggerakkan sektor riil.Disebutkan, kebijakan ini merupakan sinyal positif bahwa pemerintah cukup responsif terhadap kondisi ekonomi saat ini danmenjadi poin bagus bagi pemerintah SusiloBambang Yudhoyono-Jusuf Kalla. Meskipun pada kenyataannya, kabinet ini jugamencatat sejarah menaikkan harga BBMhingga dua kali dalam setahun pada 2005,kemudian menaikkan lagi pada Mei 2008.Menurut harian ini, kita tidak bisa berharap terlalu banyak dengan kebijakan inijika pemerintah tidak segera mengeluarkan kebijakan lanjutan. Kebijakan akanefektif jika dilakukan secara simultan,karena gonjang-ganjing ekonomi saat inisudah masuk kategori perlu diwaspadai.Di sisi lain, harian Kompas (8/11)berpendapat, di balik keputusan itu, adanuansa ragu-ragu dan “terpaksa” daripemerintah sehingga kesannya juga jadiserba tanggung, baik besaran penurunanharganya, jenis BBM, maupun waktu pelaksanaan yang ditunda hingga 1 Desember 2008. Akibatnya, sasaran menaikkandaya beli masyarakat, menggairahkansektor riil, dan menurunkan inflasi jugatak tercapai. Salah satunya, harga solar yang banyak dipakai nelayan danangkutan tak ikut turun. Penurunanyang hanya Rp500 juga tak cukupmendorong pengelola jasa transportasi untuk menurunkan tarif.Kompas menyebutkan, mungkinlebih karena kalkulasi politiklahpemerintah akhirnya setuju menurunkan harga BBM, sebab takmau dituding tak konsisten dengankomitmen untuk menggairahkansektor riil di tengah pukulan krisisglobal. Maka saran harian ini, kedepan mungkin perlu terobosankebijakan dan dicari formula hargadan subsidi yang lebih sesuai dengansituasi harga minyak dan kondisi dalam negeri. Tak boleh juga dilupakan, perbaikan manajemen minyak nasional.Sedangkan harian Republika(11/11) lebih menyoroti kebijakanpemerintah yang belum menurunkan harga BBM jenis solar.Menurut harian ini, alasan yangdiungkapkan mengapa belumada rencana menurunkan harga solar yakni, dikhawatirkanakan meningkatkan penyelundupan sertaakan membebani APBN yang selanjutnyaditengarai bisa mengganggu kepercayaanpasar terhadap APBN, belum tentu benar.Disebutkan, soal penyelundupan, diturunkan atau tidaknya harga solar, penyelundupan bisa saja tetap terjadi. Tinggalbagaimana memperketat pengawasan.Sedangkan soal meningkatnya bebananggaran, hal itu tak lantas mengganggukepercayaan pasar. Apalagi sebelumnyapemerintah sudah menegaskan akan tetapmeningkatkan belanja untuk menjagasektor riil agar tetap tumbuh. MSHfoto: dok. berindo