Page 62 - Majalah Berita Indonesia Edisi 80
P. 62


                                    62 BERITAINDONESIA, November 2010BERITA OLAHRAGAAntara LPI dan LSINampaknya, Liga Primer Indonesia yang digagas ArifinPanigoro dan kawan-kawan akan sulit digelar di Indonesia.etiap bicara mengenai sepakbolanasional, yang langsung terbayang dalam benak adalah prestasi yang minim, kerusuhan suporter, pemukulan wasit, dan ‘kursi batu’Nurdin Halid. Bagi sebagian orang yangmenganggap sepakbola nasional sudahterlalu lama ‘tapakur’, perasaan banggaakan tim nasional sangat sulit dibangkitkan.Bagaimana tidak disebut demikian,sebab selama satu dasawarsa belakanganini prestasi tim nasional tidak pernah ada,bahkan minus. Timnas negara sahabatyang tadinya selalu tunduk di kaki timnasIndonesia, kini terbalik malah mengangkangi. Sudah begitu, liga nasional punbelakangan ini sering menjadi ajang tawuran antar suporter, tak ubahnya perangsuku di zaman bahaeula. Yang memalukan lagi, dalam liga nasional kerap terlihatseorang wasit jadi bulan-bulanan pemain,sebuah gambaran perilaku yang jauh darietika sportivitas yang diusung sebuahkompetisi olahraga.Yang paling menyebalkan lainnya bagisebagian besar pecinta sepakbola nasionaladalah kepengurusan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), terutamaketuanya Nurdin Halid yang dinilai tidakbecus mengurus cabang olahraga ini, tapitetap tidak mau hengkang dari jabatannya.Begitu apatisnya sebagian orang padaPSSI sekarang ini, sehingga begitu adasekecil apa pun upaya memperbaikiprestasi sekarang ini, upaya itu langsungdisambut hangat. Begitu pula halnyadengan wacana pembentukan kompetisiindependen bernama Liga Primer Indonesia (LPI) yang belum lama ini menghiasi pemberitaan banyak media nasionaldan disambut antusias oleh masyarakat.Seperti diberitakan, dilatarbelakangioleh keinginan untuk membenahi persepakbolaan nasional, beberapa pecintasepakbola Tanah Air berencana membentuk liga baru di Indonesia. Denganmengadopsi Liga Primer di Eropa, merekaberencana mendirikan Liga Primer Indonesia (LPI). Jika tidak ada aral melintang,LPI yang dideklarasikan 24 Oktober 2010di E-Plaza, Semarang ini akan mulaidigulirkan pada 8 Januari 2011.Liga yang waktu pendeklarasiannyatelah diikuti oleh 17 klub dari berbagaidaerah di Indonesia ini mengklaim akandapat meningkatkan kualitas sepakbola diTanah Air, serta meningkatkan kemandirian klub. Alias, tidak lagi menggantungkan dana operasinya dari AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah (APBD).Pencetus awal LPI adalah Arifin Panigoro, seorang pengusaha eksplorasi minyak nasional di bawah bendera MedcoEnergi. Menurut Panigoro, digelarnya LPIagar perhelatan sepakbola nasional lebihbersih, transparan, dan tidak mengandung rekayasa. Jadi bukan untuk menandingi kompetisi yang sudah ada, yakniLiga Super Indonesia (LSI). “Sudah saatnya sepakbola Indonesia ini dikeloladengan baik dan maju. Potensi sepakbolaluar biasa. Sepakbola adalah olahraga paling favorit. Kita akan merasa berdosakalau tidak mengelolanya dengan baik danjujur,” katanya saat deklarasi.Selain itu, LPI juga bertujuan untukmemandirikan klub dari ketergantungansubsidi. Seperti diketahui, untuk mengikuti kompetisi LSI, selama ini klub-klubselalu mengharapkan subsidi dari pemerintah daerah. Setiap musim, merekaumumnya hanya menunggu suntikandana dari pemerintah setempat, tanpa adausaha untuk meningkatkan kemandirian.Di tengah peliknya pencarian danaseperti sekarang inilah, LPI hadir menawarkan sebuah solusi baru yang cukupmenantang. Berbeda dengan LSI yangdigelar PSSI selama ini, dimana seluruhkeuntungan kompetisi ditarik oleh PSSI,dalam LPI nantinya, seluruh keuntunganyang didapat dari kompetisi akan dikembalikan ke klub peserta. Selain itu, kedudukan penyelenggara kompetisi jugasejajar dengan federasi sepakbola.Dengan sistem pembiayaan yang baruini, di samping klub menjadi mandiri,uang negara pun dapat diselamatkan. “Inimomentum awal reformasi sepakbolayang sangat penting. Semua klub itu susahcari duit seusai kompetisi. Arema aja duakali juara tapi akhir kompetisi punyautang Rp5 miliar. Kita bisa selamatkannegara minimal Rp600 miliar per tahunyang tidak lain adalah uang rakyat.Makanya kita coba buat kompetisi ini,”kata Arya Abhiseka, salah satu penggagasLPI, menjelaskan awal mula munculnyagagasan pembentukan LPI.Berkaca dari kesuksesan liga primer diEropa seperti Inggris, LPI menghendakiadanya privatisasi tiap klub denganmenerapkan sistem bagi hasil. Pertama,dana akan di gelontorkan oleh konsorsiumLPI untuk setiap klub untuk mendanaibiaya operasionalnya. Kemudian memutarnya untuk mendapatkan keuntungan.Dana yang disuntikkan kepada klub iniSfoto-foto: reproTimnas Indonesia rindu menantikan prestasi.
                                
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66