Page 59 - Majalah Berita Indonesia Edisi 82
P. 59
BERITAINDONESIA, Februari 2011 59BERITA MANCANEGARAporasi perminyakan global, turut bermain.Sudan merupakan produsen minyakbumi terbesar ketiga di Afrika, yangmenghasilkan sekitar 490 ribu barel perharinya. Sebagian besar diantaranyadiekspor ke Cina. Uang hasil minyak bumiitu menopang perekonomian kedua kawasan selatan dan utara. Dalam hal pertumbuhan ekonomi, Sudan adalah negaraterbesar kedua setelah China.Negara terbesar di Afrika ini memilikiluas sekitar 2,5 juta km2 yang berbatasandengan sembilan negara lain. Letakgeografisnya yang strategis memainkanperan kunci di Afrika dan seluruh dunia.Menurut catatan PBB, jumlah penduduknya mencapai 43 juta jiwa, delapanjuta diantaranya bermukim di selatan.Isu lain adalah Sudan memiliki masalahkewarganegaraan bagi etnis Arab yangtinggal di Selatan dan etnis Afrika yangbermukim di Utara. Juga masalah pembagian beban utang luar negeri serta asetpembagian antara Sudan Utara danSelatan.Nantinya, Sudan Utara bisa lebih fokuspada masalah dalam negerinya, seperti isuDarfur, sistem politik, dan ekonomi.Sudan Selatan juga fokus dalam prosespemulihan akibat perang, dengan melakukan rekonsiliasi antara suku-suku diselatan dan melakukan pembangunanekonomi yang menjadi tantangan terberatbagi negara baru itu. Mengingat SudanSelatan merupakan salah satu wilayahpaling miskin di dunia akibat perangberkepanjangan.Sebelumnya, referendum Sudan Selatanini memperoleh perhatian khalayakinternasional. Presiden AS Barack Obamatampak mendukung referendum ini.Sebelumnya ia mengatakan, konflik duatersebut. Apabila referendum itu memutuskan untuk memisahkan diri, wilayahselatan kemungkinan akan menguasaisekitar 80 persen minyak Sudan.Menurut laman Washington Times,industri minyak di Selatan mampu meraup keuntungan hingga 4,4 miliar dolarAS sepanjang 2010 lalu. Jumlah itu setaradengan hampir 98 persen pemasukanyang diperoleh wilayah tersebut, sedangkan pemerintah hanya memperoleh pemasukan 100 juta dolar dari sumberlainnya.Karena itu, tidak mengherankan bilakepentingan Cina di Sudan begitu besar.CNPC menguasai saham 41 persen atasperusahaan The Petrodolar OperatingCompany Ltd yang beroperasi di Sudan.Pemilik saham lainnya adalah Petronasasal Malaysia (40 persen), Sudapet asalSudan (8 persen), SINOPEC asal China (6persen), dan Al Thani Corporation dariUnited Arab Emirates (5 persen).Namun, seorang pejabat senior ASmenyatakan, masalah Sudan bukan hanyapersoalan ekonomi atau politik semata,melainkan adanya keamanan dan kesejahteraan rakyatnya agar tidak terlibatdalam perang saudara seperti sebelumnya. “Kami membagi kepentingan denganCina soal Sudan yang stabil.”Sedangkan Indonesia yang turut menjadi pengamat referendum Sudan Selatanakan mendukung hasil referendum danakan tetap menjalin hubungan baikdengan Sudan. “Selama ini kerja samakedua negara saling menguntungkan,”ujar Duta Besar RI untuk Sudan, Dr.Sujatmiko, di Juba, Senin (10/1) malam.Nilai ekspor RI ke Sudan pada 2009sekitar 65 juta dolar AS, sementara imporRI dari Sudan sebesar 670 juta dolar AS.Dubes Sujatmiko juga optimistis bahwaperdamaian Sudan akan mendorongnegara-negara Barat, khususnya AS untuksegera menormalisasi hubungan baikdengan Sudan, mencabut sanksi ekonominya dan mengeluarkan Sudan daridaftar negara sponsor teroris. ROYwilayah Sudan telah menewaskan sekitardua jutaan warga. Ia menegaskan, hal itutidak boleh terulang.Upaya kuat AS untuk mendukungkemerdekaan Sudan Selatan juga terlihatdari 25 kali kunjungan utusan khusus AS,Scott Gration, ke Sudan dalam dua tahunterakhir dan rapat intensif di Washington.Tak hanya AS, perhatian besar datangdari pemerintah Cina. Lantaran perusahaan migasnya, China National Petroleum Corp (CNPC), beroperasi di negaratan berbaris sebelum memberikan suaranya pada hariudan Selatan, 9 Jan 2011KEMERDEKAAN: Sejumlah orang mengayunkan bendera Sudan Selatan sambil memegangfoto politisi Sudan Selatan John Garang dan Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir, 9 Jan 2011Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir