Page 58 - Majalah Berita Indonesia Edisi 82
P. 58
58 BERITAINDONESIA, Februari 2011BERITA MANCANEGARAfoto-foto: daylife.comDemi KetentramanHampir 100 persen warga Sudan Selatan memilih untukmemisahkan diri dan mendirikan negara baru untukmengakhiri konflik sipil yang berlangsung selama puluhantahun. Pemisahan Sudan Utara dan Sudan Selatandianggap solusi terbaik meskipun masih banyak isu yangmenggantung termasuk isu sengketa wilayah Abyei yangkaya minyak.ecara geografis, wilayah SudanSelatan berada di sub-Saharabagian selatan, tepat berada dilintasan garis khatulistiwa dengankarakteristik hutan lebat dan curah hujansepanjang tahun. Daerah ini berpendudukmayoritas etnis Afrika hitam denganagama Kristen. Berbeda dengan SudanUtara yang berada di sub-Sahara bagianutara yang bercorak gurun sahara sertaberpenduduk etnis Arab beragama Islam.Karakeristik geografis dan iklim yangkontras antara Sudan Selatan dan duniaArab itu, ditambah lagi dengan perbedaanagama, etnis, bahasa, budaya, dan latarbelakang sejarah, membuat dua wilayahdi Sudan ini tak pernah merasa dekat.Sudan Selatan jauh lebih dekat denganAfrika ketimbang dunia Arab.Usaha pemisahan sudah dirintis sejak50 tahun lalu melalui berbagai carabahkan perang saudara. Sudan selatantelah mengorbankan jutaan penduduknyatermasuk yang tewas dan luka-luka,dalam peperangan.Berbicara soal perpecahan Sudan tak lepas dari kesalahan fatal Presiden SudanJaafar Nimeiri (1969-1985). Pada tahun1983, Nimeiri tiba-tiba mencampakkankesepakatan di Addis Ababa, Etiopia, tahun 1972 yang memberikan otonomi luasatas wilayah Sudan selatan. KesepakatanAddis Ababa berhasil mengakhiri perangsaudara pertama di Sudan antara pemerintah pusat dan kelompok pemberontakselatan, Anyanya, periode 1955-1972.Sebuah deklarasi resmi penerapanhukum syariah di seluruh Sudan olehNimeiri pada September 1983, semakinmemperburuk perpecahan Sudan. Penolakan keras dilakukan oleh penduduk Sudan Selatan yang beragama Kristen.Lahirlah sebuah Gerakan PembebasanRakyat Sudan (SPLM) dengan sayapmiliter SPLA. Berdirinya SPLM itu memicu lagi perang saudara Sudan mulaitahun 1983. Pimpinan Sudan Selatan jugamengungkit perlakuan tidak adil yangterus dialami Sudan Selatan di bidangekonomi, sosial, dan politik.Krisis politik yang terjadi di pemerintahan pusat yang menyebabkan konflikperbedaan agama, ekonomi, dan etnis,memberi peluang kepada warga Sudan Selatan untuk berjalan sendiri apalagi mendapat dukungan Barat sehingga semakinmenguat gerakan separatisme pimpinanJohn Garang (alm) itu.Sudan Selatan akhirnya mencoba memisahkan diri dari Sudan Utara dengancara elegan dan konstitusional lewat referendum - setelah mengalami perangsipil selama 16 tahun antara pasukanpemerintah dan pemberontak - sesuaidengan kesepakatan damai Nifasha diKenya tahun 2005. Kesepakatan damaitersebut antara lain memberikan hakuntuk menentukan sendiri bagi rakyatSudan Selatan setelah enam tahun sejakpenandatanganan kesepakatan itu.Negara yang merdeka dari Inggristahun 1956 ini, melakukan dua referendum pada 9-15 Januari 2011. Pertamatentang kemerdekaan Sudan Selatan dankedua tentang apakah wilayah Abyei yangkaya minyak akan dihubungkan denganUtara atau Selatan seandainya terjadidisintegrasi.Hasilnya, hampir 100 persen wargaSudan Selatan memilih untuk memisahkan diri dan mendirikan negara baruuntuk mengakhiri konflik sipil yangberlangsung selama puluhan tahun.\ pilihan kita, sehingga bisamerdeka di negara sendiri. Saya ucapkanberjuta-juta selamat,\Presiden Sudan Selatan yang juga WakilPresiden negara kesatuan Sudan, di Juba,Ibu Kota Sudan Selatan usai pengumuman awal hasil referendum diumumkan, Minggu (30/1/2011). Kiir juga mengingatkan soal komitmen untuk hidupberdampingan secara damai antara SudanSelatan dan Utara. “Mulai hari ini tidakada lagi perang,” katanya.Pasca disintegrasi, wilayah Abyei,kawasan kaya minyak seluas 10 ribu kilometer persegi yang terletak di perbatasankedua wilayah, menjadi salah satu isuyang harus dibicarakan. Wilayah inimenjadi faktor utama perselisihan karenasegala kepentingan bertemu dan melahirkan bentrokan di sana. Faktor kekuatandomestik dan asing, termasuk peran korSudanSKAUM PEREMPUAN: Ribuan penduduk Sudan Selatanpertama referendum kemerdekaan di Juba, ibukota SudKetiadaan kepemimpinan yang kuat, ketidakmerataan pembangunan antara pusatdan daerah, kurangnya toleransi antar umat beragama, kurangnya rasakebersamaan, dan tidak menjunjung tinggi nilai-nilai kesetaraan sebagai manusiameski berbeda suku, agama, politik, dan latar belakang sosial-ekonomi, merupakan akar masalah pecahnya Sudan