Page 62 - Majalah Berita Indonesia Edisi 92
P. 62


                                    62 BERITAINDONESIA, Feb-Maret 2014BERITA BUDAYAZharus melindungi para perempuandalam kondisi apapun.Sedangkan Kabanti merupakan lagu-lagu tradisional bersyair pantunyang dinyanyikan masyarakat Wakatobi dalam berbagai aktivitas mereka,seperti nyanyian kerja, nyanyianpengantar tidur, acara adat (kadandio), penenang orang sakit (bae-bae),serta berbagai aktivitas masyarakatlainnya. Selain itu, kabanti juga menjadi bagian pementasan dalam berbagai tarian yang ada dalam masyarakat Wakatobi, misalnya: tari pajogi,tari lariangi, dan tarian lainnya.Sebagai alat hiburan, syair Kabantidapat menidurkan bayi dan sebagaihiburan di tempat pesta dan sebagaipenghilang rasa jenuh dan stres. Masyarakat Wakatobi juga menjadikanKabanti sebagai sarana penyampaiannasihat keagamaan, sebagai ingatankolektif masyarakat tentang suatuperistiwa, dan sebagai sarana transformasi nilai-nilai budaya.Selain mematenkan budaya aslidaerahnya, Pemkab Wakatobi jugamerevitalisasi nilai-nilai adat budayalokal ke dalam tata nilai regional,nasional dan internasional. BupatiWakatobi, Hugua mengatakan, revitalisasi nilai adat budaya lokal inimerupakan komitmen Pemkab danmasyarakat Wakatobi dalam mendukung penetapan wilayah Wakatobisebagai salah satu kawasan cagar biosfir bumi di dunia oleh Unesco.Di dalam tatanan masyarakatWakatobi, terkenal istilah potulu-tulungi atau pomoriaso ako atau tolongmenolong atau saling menyayangi.Tata nilai budaya itu harus mendarahdaging di kalangan aparat birokrasipemerintahan sehingga dalam menyelenggarakan pemerintahan, terutama memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan rasa kasihsayang.Mayoritas masyarakat Wakatobiadalah suku Bajo yang tersebar dibeberapa wilayah perairan. Bajo Molabermukim di sekitar perairan WangiWangi atau Wanci, Bajo Sampela,Lohoa dan Mantigola bermukim diperairan Kecamatan Kaledupa, danBajo Lamanggu bermukim di perairanKecamatan Tomia.Tradisi suku Bajo yang lestarihingga saat ini adalah tradisi Duatayang menurut keyakinan suku BajoDuata adalah Dewa yang turun darilangit dan menjelma menjadi sosokmanusia. Tradisi atau budaya duataini sering ditampilkan pada FestivalBudaya Wakatobi setiap tahunnyaataupun kegiatan-kegiatan nasionalmaupun internasional.Tradisi ini adalah puncak dari segalaupaya pengobatan tradisional sukuBajo. Ini dilakukan jika ada salah satudiantara mereka mengalami sakit keras dan tak dapat disembuhkan dengancara lain termasuk pengobatan medis.Suku Bajo mempercayai bahwa setiap kelahiran anak pasti bersamakembaran yang langsung hidup dilaut. Sehingga jika salah satu diantaramereka sakit keras, dipercayai bahwasebagian semangat hidup orang itutelah diambil oleh saudara kembarnyayang disebut Kakak dan dibawa kelaut. Sebagian lagi diambil oleh Dewadan dibawa naik ke langit ketujuh.Sehingga prosesi ini dilakukan untukmeminta kembali semangat hidupyang dibawa ke laut dan ke langit.Dalam prosesi duata, para tetuaadat yang didominasi perempuanlanjut usia berkumpul di satu ruangan berukuran sekitar 2 meter persegi.Dihiasi dengan janur kuning bagianatasnya tanpa pagar. Ada pula UlaUla, bendera yang merupakan lambang kebesaran suku bajo yang diyakini membawa keberkahan. Di sinimereka menyiapkan pelengkap ritualseperti beras berwarna-warni yangdibentuk melingkar di atas daun pisang, perlambang warna-warni sifatyang dimiliki manusia dan dupa untuk mengharumkan tempat upacara.Setelah itu, orang yang akan diobatidigiring menuju laut. Sepanjangperjalanan, lagu Lilligo (lagu masyarakat Bajo) terus dinyanyikan diiringitabuhan gendang. Di barisan terdepan delapan orang gadis berpakaianadat menari tarian Ngigal (tarianbajo). Peserta yang berada di atas perahu juga menari Ngigal untuk menyemangati orang yang diobati. Sementara tetua adat melakukan prosesi larungan. Ada pisang dan beberapa jenis makanan serta perlengkapan tidur, berupa bantal dan tikar.Hal ini untuk memberi makan saudara kembar si sakit yang ada di laut.Usai pelarungan, si sakit dan tetuaadat kembali ke tempat semula. Orangyang sakit akan kembali untuk mandidengan bunga pinang (mayah) untukmembersihkan penyakit yang adadalam tubuhya dan mengusir roh jahat yang menyebabkan sakit. Laludiberi benang di lengannya sebagaiobat, konon benang ini berasal darilangit ketujuh yang dibawa turunoleh 7 bidadari sebagai obat.Pengujian kesembuhan dilakukandengan cara mengadu dua ekor ayamjantan. Jika ayam si sakit menangmaka itu berarti si sakit telah sembuh.Selanjutnya si sakit akan menghaburhamburkan beras sebagai wujudkegembiraan karena telah kembalisehat.Dalam kehidupan masyarakat Bajo,pelaksanaan Duata tidak terbataspada prosesi pengobatan tetapi jugaacara syukuran dan hajatan. Tradisiini juga dilakukan untuk memberikanpenghargaan pada penguasa lautyang mereka sebut sebagai Mbo Janggo atau Mbi Gulli. „ inaTRADISI DUATA: Tradisi suku Bajo yang lestari hingga saat ini.
                                
   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66