Page 48 - Majalah Berita Indonesia Edisi 99
P. 48
48 BERITAINDONESIA, Edisi 99AWARDAWARDmasih mengajak tentara-tentara atau tokoh-tokoh muslim Hui-hui itu, dan kembali lagi masuk ke Indonesia dengan kekuatan besar, di bawah komando Laksamana Cheng Ho, yang membawa 150.000 tentara. Konon beragama Islam dan ikut menyebarkan Islam dengan bahasa China di nusantara ini. Jadi, menurut Syayh Panji Gumilang, yang memasukkan agama Islam bukan Arab tapi dari negeri China. Turunan Arab yang berketurunan Tionghoa. Itu artinya, Islam yang masuk ke nusantara ini adalah Islam yang toleran. Saat ada berbagai acara seperti selamatan sego kuning, atau selamatan tujuh hari, mereka ikut.Kemudian muncul Fatahillah. Muncul juga Raden Fatah, menjadi pendiri dan sultan Demak pertama, beragama Islam, tahun 1.500-an. Agama Katolik dan Protestan mulai masuk ke Indonesia dengan datangnya Portugis, Spanyol dan VOC. Setelah itu datang pemerintahan Belanda, Hindia Belanda Timur yang bermarkas di Batavia. Sementara Hindia Belanda Barat bermarkas di New York. Menurut catatan sejarah, sultan-sultan di Indonesia tidak pernah berupaya untuk menyediakan pendidikan. Bahkan Belanda pada jaman VOC juga tidak melakukan upaya pendidikan apapun. Baru pada saat seluruh nusantara dikuasai oleh Hindia Belanda Timur, dari Merauke sampai Sabang, muncul politik etis. Programnya sederhana, pendidikan, irigasi dan transmigrasi. Orang-orang yang sudah punya pengalaman Cultuur Stelsel disebarkan ke Sumatera. Begitu pula ke Indonesia Timur.Baru pada tahun 1905, mulai dibangun politik etis. Bangsa Indonesia selama ratusan tahun tidak terdidik. Belanda lah yang kemudian mulai mendidik rakyat Indonesia. Banyak orang mengatakan bahwa Belanda datang ke nusantara untuk menjajah. Namun menurut Syaykh Al-Zaytun, kedatangan Belanda itu karena dipersilakan masuk dan difasilitasi oleh sultan-sultan. Hanya Aceh yang menolak memfasilitasi Belanda. Itulah mengapa Aceh baru bisa ditaklukkan di tahun 1904.Pendidikan yang diberikan oleh Belanda itu kemudian melahirkan putra-putri nusantara yang berpikiran maju. Salah satunya adalah Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka berniat ingin mandiri dan punya negara sendiri.Tidak lama kemudian, lahirlah Sumpah Pemuda, satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Semua suku, ras dan agama melebur menjadi satu, menjadi Bhinneka Tunggal Ika. “Jadi Bhinneka Tunggal Ika itu adalah intinya dari satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Apa namanya? Indosnesos yang kemudian menjadi Indonesia,” kata Syaykh Al-Zaytun, disambut anggukan dari para pendengar. BISyaykh Al-Zaytun beserta Umi dan rombongan tiba di MDC Hall, Bandung, tempat pelaksanaan acara Apresiasi Pewarna IndonesiaSyaykh Al-Zaytun diterima oleh Yusuf Mujiono/ Ketua Umum Pewarna, Roy Agusta/ Sekretaris Pewarna/ Ketua Panitia Apresiasi Pewarna Indonesia