Page 11 - Majalah Tokoh Indonesia Edisi 22
P. 11


                                    THE EXCELLENT BIOGRAPHY TokohINDONESIA 22 Q 11Syaykh pula. Aisyah meyakinihal itu tidak terjadi di Komisi.Syaykh mengamini bahwa halitu mungkin memang terjadi diforum informal. Di luar sanamereka saling membuatstatement.Dialog kedua tokoh itu ditutupdengan penjelasan Syaykh ataspertanyaan Ibu Aisyah tentangwaktu pendaftaran dan daerahasal santri yang berada di MAZ.“Di sini penerimaan muridbarunya, ditutup setiap akhirMei. Dari Malaysia tahun 2005ini, murid baru sudah masuk 56santri, Afrika Selatan 3 santridan yang lainnya di atas 500santri. Santri asal Aceh yangberada disini juga banyak, ada7 yang sebatang kara akibatmusibah tsunami dari 117santri. Santri MAZ didominasidari luar Jawa. Kata kawankawan, luar Jawa lebih banyakpeminat dan semangatsemangat.”Selesai acara silaturrahmi,saat diwawancarai wartawan AlZaytun, Ibu Aisyah berkata,“Saya melihat semangat beliaucukup tinggi untuk memajukanumat ini. Sangat besar artinyauntuk kemajuan bangsa kitayang sudah cukup lamaterpuruk dalam berbagaibidang, terutama bidangpendidikan. Mungkin hal-halseperti ini, perlu dicontoh olehbanyak pihak. Sehingga, modelpendidikan seperti ini akanmeluas. Harapan saya,semangat beliau tidak hanyauntuk di sini. Tapi untukseluruh Indonesia. Seperti apayang juga beliau sebutkan, soalmembangun pendidikan di Riau,baik Rupat maupun Natuna.”Tinjau Komplek MAZBegitulah Aisyah dengangayanya yang khas, langsungmemberondong pengurus MAZyang menyambutnya, denganberbagai pertanyaan. PengurusMAZ menjawab danmenjelaskan semua pertanyaanyang dilontarkannya.“Saya mengetahui MAZ inidari Pak Hendropriyono,” kataibu kelahiran Sumatera Baratpada 1 Desember 1931 itu,membuka pembicaraan.Memang, mantan Kepala BadanIntelijen (BIN) Hendropriyonosudah beberapa kali datang keMAZ. Namun bukan politikusnamanya kalau di antarapertanyaannya tidak ada yangbernuansa politik. “Mengapa diluar, banyak berita miringtentang MAZ?” tanyanya.“Sebaiknya, Ibu bertanya padamereka yang memberitakantersebut. Bukan kepada kami,”sahut pemandu. “Atautanyakan pada Pak Hendro.‘Kan, beliau bapaknyapenelitian.”Mendapat jawaban seperti itu,Ibu Aisyah tersenyum sambilmengangguk. Kemudianrombongan diajak meninjaukomplek MAZ. Selamaperjalanan meninjau KompleksMAZ yang memakan masa lebihdari 4 jam, berbagai pertanyaandan komentar diutarakannya.“Belum pernah saya melihatpesantren seperti ini dansebersih ini. Saya sudahbanyak meninjau pesantren diIndonesia, namun belum adayang sebaik ini,” ungkapnyasambil menggelengkan kepalapertanda kagum. “Kata PakHendro, Al-Zaytun bagus. Itulahsebabnya saya inginmemasukkan cucu saya kesini,” tambahnya sambilmenunjuk ke arah dua orangcucunya yang datangbersamanya.Pada kesempatan bertemudengan santri, Aisyah jugaselalu berusaha berdialog. Diantara isi dialognya, diamenanyakan pendapat merekayang tampak amat betah belajardi Al-Zaytun. Aisyah selalumenasihati santri yang diajakdialog, agar mereka senang dankerasan belajar di MAZ. “Baikbaik belajar ya, Nak. Ini sekolahbagus. Ibu belum pernahmenemukan sekolah sebagusini,” nasihatnya kepada parasantri.Ibu Rahmah Aminy (adik IbuAisyah) yang turut berkunjungmengaku terkesan dengansemangat Syaykh dan segenapkeluarga MAZ yang merekatemui. Menurutnya, hal itusangat membantuperkembangan lembagapendidikan ini. Seperti misalnyapemandu yang membawamereka berkeliling sejak pagi.Dia memberikan banyakwaktunya bagi rombonganmereka. Karena itu, keluargaAminy sangat menghargainya.Rahmah Aminy berharap, sikapsikap seperti itu akanmemberikan stimulan untukpeningkatan lembagapendidikan ini.”Menurutnya, dengan semakinbanyaknya orang yang datangberkunjung ke MAZ, isu-isumiring mengenai MAZ bisaterhapus. Dalam hal ini,seorang intel sekaliberHendropriyono pun menepiskabar-kabar miring itu. Bahkanmendukung dan akan membela.Seperti kata pepatah, ujar IbuRahmah, pohon besar akanditiup oleh angin yang besarjuga. Alhamdulillah, sikapSyaykh dan juga para penguruspesantren ini tidak tergoyahkandengan isu-isu yang tidak benaritu. Mudah-mudahan Al-Zaytunini akan berjalan terus.Tampak kepuasan danharapan besar terhadap AlZaytun menghiasi wajah IbuAisyah Aminy beserta keluarga,mengiringi kepulangannya keJakarta. Semoga ibu Aisyahdengan keluasan wawasannya,akan membuktikan janjijanjinya untuk selalu bersamasama, memperjuangkan jayanyapendidikan di negeri tercintaini. U ti/ms-mazAisyah: “Belumpernah sayamelihat pesantrenseperti ini.”B E R I T A T O K O H Q
                                
   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15