Page 7 - Majalah Tokoh Indonesia Edisi 24
P. 7
THE EXCELLENT BIOGRAPHY 24 TokohINDONESIA Q 7liberalisasi dan demokrasi sebebas-bebasnyamalah melepaskan Provinsi Timor Timurdari pangkuan ibu pertiwi.Presiden KH Abdurrahman Wahid aliasGus Dur, selain sibuk keliling dunia, jugasibuk dengan politik dan kontroversiberbagai pendapat dan langkahnya.Presiden Megawati Soekarnoputriberupaya memperbaiki kondisi ekonomidengan mengandalkan privatisasi, bahkanmenjual Hotel Indonesia yang dibangunayahandanya sendiri, Presiden Soekarno.Presiden Bambang Yudhoyono, dalamsatu tahun masa jabatannya belum tampakmampu mewujudkan janji-janjinya ketikakampanye. Dia malah menyatakan I don’tcare with my popularity, ketika kinerjanya dikritik, terkesan terlalu banyak retorika.Euforia ReformasiKetika HM Soeharto dengan sukarelamengundurkan diri dari jabatan presiden,ternyata belum ada pemimpin yang mampumengatasi masalah. Sehingga krisismoneter makin berlanjut menjadi krisisekonomi dan krisis multidimensionalsampai hari ini.Pada era reformasi ini, justru politisinegarawan semakin langka. Kepentingankelompok makin menonjol. BahkanD E P T H N E W S Qkebhinekaan pundifatwakan haram.Kemajemukan tidak lagidiyakini sebagai kekayaanbangsa yang bhinnekatunggal ika. Kekerasanmengatasnamakan agamapun makin menonjol. Dasarnegara Pancasila pundipandang tidak perlu.UUD 1945 pun denganmudahnya mengalamitahap perubahan sampaiempat kali. Integrasibangsa ini terancam retak.Bahkan Timor Timurdilepas. Sipadan danLigitan telah dicaplok danBlok Ambalat tengahdiincar Malaysia. Acehdikuatirkan telah berada diambang genggaman asingdan GAM. Papua bisamungkin belajar dari Aceh.Ironisnya, pada erareformasi ini, kemiskinanmakin membelenggu.Polio, flu burung danberbagai jenis penyakitmenular merenggut banyaknyawa. Bahkan busunglapar terjadi di bumipertiwi. Dan, kelihatannyanyaris tidak ada pola untuk mengatasinya.Jangankan membangun, katapembangunan pun sudah semakin jarangdiucapkan.Kesenjangan pun makin melebar, tidakhanya kesenjangan sumber daya alam (SDA)dan sumber daya manusia (SDM) yangmakin jauh sebagai akibat otonomi daerahyang sudah berjiwa federalis, juga semakinnyata kesenjangan kebutuhan hidup dankesenjangan kemampuan berpikir sertakesenjangan sosial. Lihat saja, antara lain,hypermarket yang tumbuh demikian subur,praktis tanpa pembatasan.Hal ini ditambah lagi dengan kondisiperpolitikan (demokrasi) yang cenderungmakin kurang taat hukum (anarkis dandemocrazy). Kondisi carut-marut dalam perpolitikannasional dewasa ini, telah mendorongLembaga Pengkajian dan PengembanganKehidupan Bernegara (LPPKB) yangdipimpin Soeprapto menyampaikan pokokpokok pikiran LPPKB kepada PresidenSusilo Bambang Yudhoyono.LPPKB menyimpulkan penyebab carutmarutnya kondisi bangsa dewasa ini adalahpersoalan moral, etika dan kepatuhankepada konstitusi. “Kami melihat banyakpelaku politik kurang memahami fatsoenkehidupan politik sehingga menghalalkansemua tindakan,” ujar Soeprapto.Untuk mengatasi dan mencegah hal itu,menurut Soeprapto, perlu ditekankankembali landasan utama dalam hidupberbangsa dan bernegara, yaitu Pancasiladan UUD 1945.Dalam kondisi seperti ini, nama Pak Hartopantas saja menjadi memiliki makna yangamat berarti dengan strategi TrilogiPembangunan-nya (stabilitas, pertumbuhandan pemerataan).Jika ditanya masyarakat di pedesaanNusantara, tak heran bila merekamerindukan pemimpin besar sekaliber PakHarto. Sosok Bapak PembangunanIndonesia itu adalah orang terbesarIndonesia saat ini.Memang, sebagai manusia, apalagisebagai pemimpin yang banyak berbuat,pastilah beliau tidak sempurna dan punyakekurangan dan kelemahan. Tetapisebagai bangsa besar, sepatutnya bangsaini menghormati para pejuang danpemimpin yang mengabdikan diri kepadabangsa dan negaranya.Sebagaimana diharapkan para sesepuhyang tergabung dalam LPPKB, itu agarmasyarakat melihat masa lalu secara jernih,terutama hal-hal baik yang telah dilakukanpara pemimpin pendahulu, seperti PresidenSoekarno yang sangat gandrung denganpersatuan dan Presiden Soeharto yangsangat gandrung dengan pembangunan.Dalam pertemuan dengan Presiden SusiloBambang Yudhoyono di Kantor Presiden,Jakarta, Senin (13/6/2005), merekamenyatakan mendukung langkahpemerintah melanjutkan hal-hal yangterbukti baik di masa lalu, sepertidikemukakan SBY dalam rapat dengan paragubernur di Jakarta.Menurut Soeprapto, pengakuan adanyakontinuitas tidak bisa dihindari. “Masa laluharus dilihat secara jernih dan tidak bisadigeneralisir semuanya buruk-buruk,” ujarKetua LPPKB Soeprapto seusai pertemuandengan Presiden.Menurut Menteri Sekretaris Negara SudiSilalahi yang turut mendampingi SBY padapertemuan lebih dari tiga jam itu, LPPKBmeminta agar hal-hal prinsip dalammembangun bangsa ke depandipertahankan. Hal-hal prinsip itu adalahbagaimana tetap konsisten denganPancasila, Undang-Undang Dasar (UUD)1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika ataupluralisme. Berikut ini kami sajikan kilasbalik gerak pembangunan dalam erakepemimpinan enam presiden dalam 60tahun usia Republik Indonesia. U mti/chrobin simanullangTHE EXCELLENT BIOGRAPHY 24 TokohINDONESIA Q 7