Page 39 - Majalah Berita Indonesia Edisi 01
P. 39
No.1/Th.I/Juli 2005 41kan menjadi pondasi kapal,” jelas IrDjamal M Abdat, Pimpinan TanmiyahMAZ.Sementara, untuk menyempurnakan desain Masjid Rahmatan Lil’Alamin, Syaykh al-Ma’had, langsungmemimpin tim beranggota M NatsirAbdul Qadir, M Yusuf Rasyidi dan IrBambang T Abdul Syukur, pada akhirOktober melakukan perjalanan keSpanyol untuk melihat secara langsungmodel arsitektur di Al-Hambra, Cordoba yang terkenal itu. Kemudian keMesir, untuk melihat model bangunanarsitektur masjid-masjid bersejarahyang punya nilai arsitektur yang tinggi.Dalam aplikasi gaya arsitektur,semuanya dipertimbangkan secaramatang. Gaya itu harus punya nilaiestetika universal, tidak cenderungkepada suatu etnik lokal atau antipatiterhadap nilai-nilai estetika tertentu.Syaykh al-Ma’had selalu berpesan, tidakada dikotomi arsitektur Islam, gothicatau tradisional.Arsitektur Masjid Rahmatan Lil’Alamin dibuat dengan memadukanmodel arsitektur di seluruh dunia. Halini dilakukan karena Masjid RahmatanLil’Alamin akan menjadi sebuah masjidmonumental karya umat Islam di abad21 ini akan menjadi rahmat bagi semuaorang. Gaya arsitekturnya merupakanperpaduan menyeluruh dari semua gayaarsitektur yang ada di dunia ini.Bahkan, rencananya masjid ini akandilapisi oleh granit, mulai seluruh lantaidan dindingnya. “Untuk keperluan initak kurang dari 70.000 meter persegigranit yang dibutuhkan”, jelas Syaykhal-Ma’had. Dan sesuai dengan namanyaRahmatan Lil’Alamin, masjid yang akanmenebar rahmat, menebar kasih hinggaakan tercipta hubungan silaturahmiyang tidak ada putus-putusnya.Sepenggal Pengalaman PekerjaBarangkali menarik dikisahkansepenggal pengalaman para pekerjakontruksi yang terlibat dalam pembangunan Masjid Rahmatan Lil’Alaminini. Terutama mereka yang bekerja diketinggian ketika merangkai kerangkalengkung struktur pembentuk kubahbesar masjid ini. Bekerja di ketinggianbukan pekerjaan yang bisa dilakukansembarang orang. Orang yang takutketinggian jangan harap bisa melakukannya. Selain itu, mereka harus memiliki ketahanan mental dan fisik, sebabpada ketinggian 40 meter ke atas, anginberhembus lebih kencang daripada didaratan. “Di ketinggian 15 meter sajaangin sudah kencang,” kata salah seorang karyawan MAZ sub unit erection.Sekadar pembanding, memanjatsebuah tower transmisi listrik sajasudah memerlukan tenaga besar. Sampai di atas bukan tujuan akhir melainkan hanya sebuah langkah awal. Diketinggian itu mereka mesti melakukanpekerjaan spesifik yang terkadangdilakukan sambil berdiri di atas sebatang besi kerangka. Begitu pula dalamproses ereksi kerangka bangunan yangdi MAZ seluruhnya menggunakan bajaWF. Terkadang seorang petugas mestibergelayutan di rangka-rangka bajayang sedang dikerek tower crane.Pemandangan menegangkan begituterasa ketika para petugas sub unit erection tengah merangkai kerangka-kerangka lengkung struktur pembentukkubah besar mesjid ini. Bayangkanmereka harus bergelayutan dan memanjat baja WF lengkung sepanjang 24m di atas ketinggian 80 m untuk menyambung belalai-belalai WF pembentuk kubah besar itu. Atau ketikaharus mengencangkan baut-baut perangkai dan kemudian mengelasnya.Menurut A Daud yang sejak awalmenjadi komandan unit pabrikasi,setiap pekerja di unitnya dituntutmampu mengelas, sebab semua rangkaian konstruksi baja, selain diikatdengan baut mesti diperkuat dengansambungan las. Pada saat-saat sepertiini keseimbangan tubuh menjadi vital.Salah, tak seimbang atau grogi, nyawamenjadi taruhannya. Bagi orang yangtakut ketinggian, jangankan untukmerangkai struktur baja yang beratnyaberton-ton, berdiri di sebatang WF sajapasti sudah gemetar. Terlalu lama,keringat dingin bisa mengucur.Tak salah jika para pekerja spesialisKUBAH KECIL: Mengelilingi kubah besar dibangun empat kubah lebih kecil.