Page 4 - Majalah Berita Indonesia Edisi 01
P. 4


                                    6 No.1/Th.I/Juli 2005VISI BERITAMeskipun usianyasemakin uzur, PakHarto (84) tetappeka terhadappermasalahan yangmenimpa bangsanya. Mantan presiden 32 tahun itu, melalui adiknya,H. Probosutedjo, mengutara-kankeprihatinannya atas bencana busunglapar yang mulai mencuat kepermukaan dari P. Lombok (Tokoh Indonesia, edisi Juni 2005).Kenapa dia begitu peduli? PakHarto, di awal pemerintahannya(1970-an), memberi perhatian khususterhadap bencana busung lapar tahunan di NTB, terutama Lombok Selatan. Pak Harto mendeteksi akarpermasahan, mengupayakan solusijangka pendek, menengah dan panjang. Akar kemiskinan di LombokSelatan dan daerah-daerah lain diNTB adalah kekeringan. Lantas PakHarto menetapkan tiga program:goranisasi, pembangunan irigasi danperbaikan gizi.Langkah pertama, menanamisawah-sawah tadah hujan denganpadi gogoh ranca yang tahan kekeringan. Langkah kedua, membangunjaringan irigasi untuk mengairi ribuanhektar lahan yang kering kerontangpada setiap musim kemarau. Langkahketiga, membangun Puskesmas danPosyandu untuk memantau dan mengawasi kondisi gizi masyarakatmiskin.Khusus di Lombok Selatan, pemerintah bekerjasama dengan Kanada, membangun sistem pengairanyang berteknologi tinggi, high level diversion, mengalihkan air yang berlimpah di Lombok Barat dan Timurke Lombok Selatan lewat saluranlayang. Hasilnya, ribuan hektar sawahtadah hujan diairi secara teratur,masyarakat Lombok Selatan terbebasdari kemiskinan dan busung lapar.Sungguh mengejutkan, di tengahlaporan tahunan surplus pangan,bencana busung lapar mencuat kembali di NTB. Bencana itu memangmenghilang dari Lombok Selatan,tetapi mencuat dari di desa Bengkel,Lombok Barat, hanya beberapa kilometer dari Mataram, ibukota NTB.Agaknya busung lapar merupakanpuncak gunung es kemiskinan yangmengendap di bawah permukaanbertahun-tahun. Yang tak terbantahkan, pengakuan Menteri Kesehatan SitiFadilah, bahwa di antara 4 juta penduduk NTB, ada sejuta lebih yang masihdijerat kemiskinan.Namun ada justifikasi dari pejabatkesehatan setempat bahwa busunglapar di Lombok lebih disebabkan olehketidaktahuan masyarakat terhadapmasalah gizi, bukan semata-matakurang pangan. Padahal faktanya,gejala busung lapar mendera bayi-bayikeluarga miskin yang dibesarkan dirumah-rumah satu kamar, berdindingdan berlantai tanah, dan beratap jerami.Di situlah mereka beranak pinak, berlindung dari kebodohan dan kehidupanyang serba kekurangan.Apa pun dalihnya, satu hal yang takterbantahkan bahwa busung lapar lahirdari ketidakberdayaan, ketidakpeduliandan manipulasi sosial. Karena itu, jugapatut ditelusuri bahwa di Lombok,keberadaan sekat-sekat sosial seakanlestari secara alami.Lantas apa hubungan antara busunglapar dan tindak korupsi?Hubungan antara keduanya sangaterat, ibarat dua sisi mata uang. Korupsitelah merusak sendi ekonomi dan moralbangsa, menciptakan kemiskinan danmelemahkan daya saing bangsa. Peringkat ketiga negara terkorup di dunia,sungguh telah menempatkan Indonesiasebagai bangsa yang tidak bermartabatdi hadapan bangsa-bangsa lain.Busung Lapar dan KorupsiWajah korupsi bermacam-macam; misalnya, pencurian uang negara, transaksi fiktif, mark-up proyek,manipulasi pajak dan kredit bank.Kasus-kasus ini bertebaran di pelbagai lembaga negara, instansi pemerintah, perusahaan negara danperbankan.Skandal kredit BLBI yang menguras uang negara ratusan triliunrupiah ditalangi oleh pemerintah(Presiden Habibie, Gus Dur danMegawati). Pemerintah menjual suratutang (obligasi) untuk menyehatkanbank-bank milik pengemplang BLBI(para konglomerat). Kemudian utangitu dimasukkan ke APBN, sudah tentudibayar dari hasil keringat rakyat(termasuk yang miskin). Skandalkredit macet bank-bank milik negarasudah tentu ditalangi oleh pemerintah, dananya dikumpulkan darirakyat. Masih ada segudang skandalkorupsi lainnya, di KPU, BPK, DPRdan berbagai departemen yang perluditelusuri oleh KPK.Kejahatan korupsi telah merongrong kemampuan pemerintah membiayai proyek-proyek untuk kesejahteraan rakyat. Pemerintah, bahkanharus menjual surat utang untukmenutup defisit APBN. Subsidi buatrakyat (BBM) Rp 17 triliun harusdikalahkan oleh subsidi untuk orangkaya, tak kurang dari Rp 800 triliun.Jangan heran jika angka kemiskinanbertambah dari sekitar 22 juta tahun1976 menjadi 37 juta lebih tahun2003. Laporan ILO yang dikutip ISEIlebih mengerikan, tak kurang dari 107juta penduduk Indonesia terancamkemiskinan.Sangatlah ironis bahwa di antarapuluhan juta orang yang bergulatdengan kemiskinan, sekelompok kecilelite mempertontonkan gaya hidupmewah. Mereka tak peduli padasaudara-saudara mereka yang hidupserba kekura-ngan. Kepedulian sosialtelah menjadi “barang langka” dinegeri ini. Jurang kaya-miskin melebar dan terus melebar.Yang perlu ditelisik, apakah kekayaan yang mereka hamburkandiperoleh secara wajar atau hasilkejahatan korupsi. Karena mafiakorupsi telah membangun sel danjaringan yang tak mudah didobrak.■
                                
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10