Page 9 - Majalah Berita Indonesia Edisi 01
P. 9
No.1/Th.I/Juli 2005 11Tubuh ringkih Rahmatullah,tergolek lunglai di bangsalkelas tiga Rumah SakitUmum Daerah Koja,Jakarta Utara. Tulang rusukBalita usia 30 bulan itu tampak satudemi satu. Perutnya membusung, matanya menatap penuh harap. PenderitaanRahmat tak terkirakan. Dia mengidappenyakit busung lapar lantaran kurangmakan berbulan-bulan. Kisah pilumewakili penderitaan ribuan bayi danBalita di seluruh penjuru tanah air yangmengidap busung lapar.Penderitaan Rahmat tak lebih tragisdari ayahnya, Junaedi yang menghidupi8 anak seorang diri. Sebenarnya diapunya 11 orang anak, tetapi tiga orangtelah meninggal dunia. Demikian jugaistrinya. Penghasilan Junaedi dari jasakerja kasar dan menyewakan rumahpetak Rp 30.000 sampai Rp 50.000sebulan, tidak mencukupi keperluanmakan ke delapan anaknya.Karena miskin dan kelelahan selepas menjual tenaga, Junaedi takpunya kemampuan dan waktu untukmemperhatikan kesehatan anak-anaknya. Tetapi penderitaan Rahmatberbulan-bulan memaksa Junaedimembawanya ke rumah sakit.Kisah sedih Rahmat memenuhihalaman depan koran-koran Jakarta,membuka tabir busung lapar di jantungrepublik. Memang memalukan, tetapiitulah kenyataan, bahwa di Jakartaditemukan 18 kasus busung lapar dari1.350 lebih bayi dan Balita yang menderita kekurangan gizi. Berita Kotamenurunkan kasus busung lapar dikolom berita utama dan laporan bersambung (21/6). Sebenarnya, kasusbusung lapar, awalnya mencuat daridesa Bengkel, Lombok Barat, hanyabeberapa kilometer dari Mataram,ibukota NTB.Kasus busung lapar ternyata merebak di seluruh propinsi dan telahmenelan banyak korban. Di Jawa Timur, menurut laporan Rakyat Merdeka(21/6) mencatat angka korban meninggal tertinggi, 32 anak dari Januarisampai Juni 2005. Disusul NTB (22anak), Jawa Tengah (21 orang) dan NTT(5 anak). Menkes Siti Fadilah mengungkapkan, kasus gizi buruk menimpa3,37 persen dari total 19.685.717 Balita.Pos Kota, juga memberikan perhatian khusus terhadap kasus busunglapar dengan menurunkan laporanbersambung, mulai 20 Juni. Balita usia28 bulan, Dian Nabila, putri pasanganPurwanto dan Kinun, warga KelurahanPegadungan, termasuk yang beruntungkarena dikunjungi Walikota JakartaBarat Fadjar Panjaitan. Tak hanyabusung lapar, tetapi dian juga menderita TBC kronis.Ibunya tak pernah membawanya kerumah sakit. Nabila, di saat rewelkarena menahan sakithanya bisa digendong oleh ibunya.Pengidap busung lapar lainnya,Dody Apriyandi (14 bulan), tak pernahdibawa ke Puskesmas oleh ibunya,Rohayati, karena tidak punya ongkos.Penderitaan Dody cukup panjang, 8bulan tergolek lunglai di balai kayurumah petak kumuh di Kelurahan TegalAlur, Jakarta Barat. Ibunya hanyamampu memberi air susu atau air putihsetiap Dody meringkih kesakitan karenamenahan lapar. Tubuh Dody kuruskering.Para orang tua penderita busunglapar itu sempat didamprat para petugas Puskesmas dan Posyandu karenaenggan memeriksa dan merawat anakanak mereka. Padahal perawatannyagratis dengan menggunakan kartumiskin, demikian menurut Pos Kota.Gubernur Sutiyoso hanya menyatakanheran bahwa di Jakarta ada kasusbusung lapar. Sedangkan PresidenSusilo Bambang Yudhoyono menyalahkan pemerintah daerah yang cenderungmenyembunyikan fakta yang sesungguhnya. Mantan Presiden Megawatimengeritik Susilo lantaran merebaknyabusung lapar. “Kacang dilempar sajabisa tumbuh. Kenapa bisa terjadi busung lapar,” kata Megawati sebagaimana dikutip Bisnis Indonesia.Tajuk harian Kompas (15/6) mengulas reaksi marah yang diperlihatkanGubernur NTT Piet A. Tallo ketikamenerima kunjungan istri Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dia marah lantarantingginya angka penderita busung laparyang meninggal, sebanyak 20 anak,bukan 3 anak sebagaimana yang dialaporkan kepada Ny. Mufidah Jusuf.“Masalah busung lapar dan kekurangan pangan tidak pernah bisadiselesaikan dengan marah-marah,”tulis Kompas. (Sh)Wajah KenasBusung LaparIbarat petir di siang bolong, fenomenabusung lapar mengejutkan banyak orang.Banyak aparat pemerintah kebakaranjenggot.No.1/Th.I/Juli 2005 11