Page 5 - Majalah Berita Indonesia Edisi 01
P. 5
No.1/Th.I/Juli 2005 7Belum usai guncangan akibatbusung lapar, ulah BBMmenempati berita utamahampir semua media massacetak pusat dan daerah.Pengadaan dan pasokan BBM ke sejumlah depo di seluruh Indonesiatersendat. Pertamina kelabakan.Tempat-tempat pengisian BBM dipadati kendaraan bermotor.Sebenarnya gejolak BBM dalamnegeri merupakan riak dari gelombangkenaikan harga minyak bumi di pasardunia. Harga naik sampai 60 dolar ASper barel pekan lalu, karena pasokanmenurun akibat pembatasan produksioleh beberapa negara produsen dandampak langsung dari kemelut politikdan keamanan di kawasan TimurTengah.Tingginya harga minyak bumi dipasar dunia memiliki potensi yangsangat kuat untuk mengganggu kinerjaperekonomian nasional, bahkan mengkoreksi asumsi-asumsi ekonomi makroyang ditargetkan pemerintah.Dampak ekonomis kelangkaan BBMsemakin parah, ketika perusahaanpembangkit listrik juga menghadapikelangkaan pasokan BBM. Pihak PLNterpaksa melakukan pemadaman listriksecara bergilir di beberapa daerah,khsusunya Pulau Jawa. Kerugian ekonomis dari pemadaman ini, tidak hanyadirasakan masyarakat pengguna jasalistik di perumahan, tetapi juga parapelaku industri karena harus menghentikan kegiatan produksi mereka.Pembangkit Listrik Tenaga Gas danUap (PLTGU) Grati, di Pasuruan, menurut Kompas (21/6), telah mengakibatkan terhentinya pasokan listrik kepusat-pusat industri di berbagai daerahdi Pulau Jawa.Koran ekonomi, Bisnis Indonesia(24/6) menempatkan rapat terbataskabinet yang membahas krisis BBMpada headline. Dalam rapat yang dipimpin langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu, disepakati empatlangkah penting untuk memenuhikebutuhan BBM dalam negeri.Pertama, pemerintah akan fokuspada peningkatan bertahap stok BBM, dari 17,2hari menjadi 22 hari. Kedua, mengkaji penghematanenergi. Ketiga, meningkatkan proseshukum terhadap pengoplosan danpenyelundupan BBM. Keempat, peningkatan produktivitas Pertamina.Kelangkaan BBM telah mengakibatkan merebaknya kecemasan masyarakat di berbagai daerah, hingga memicu kepanikan yang berlebihan dimasyarakat. Hal ini diperburuk olehprilaku spekulatif banyak pengecer,memanfaatkan kepanikan masyarakatuntuk menaikkan harga eceran.Koran sore, Suara Pembaruan, mengangkat masalah ini dalam tajukrencana (20/6). Menurut harian inikelangkaan BBM telah memicu kenaikan harga eceran premium hinggaRp 4.000 per liter di Sumenep,Madura. Lebih tragis lagi, di Bengkuluharga eceran mencapai Rp 6.000 perliter.Kelangkaan BBM juga terjadi diPontianak, karena persediaan solarhanya untuk dua hari. Di Ngajuk, JawaTimur, kelangkaan BBM harus diantisipasi dengan pembatasan pembelianhanya sampai Rp 50.000. Di Surabaya,kelangkaan BBM juga memuncak, yangditandai dengan terhentinya aktivitasbeberapa Stasiun Pengisian BahanBakar Umum (SPBU).Kelangkaan BBM, lebih banyakdisebabkan oleh menurunnya tingkatproduksi sementara konsumsi meningkat terus. Menurut laporan BisnisIndonesia (25/5), sejak Januari 2005neraca perdagangan minyak mentahIndonesia resmi memasuki masa defisit.Pada tiga bulan pertama, defisit neracaperdagangan minyak Rp 1,37 miliar.Nilai ekspor hanya 2,32 miliar dolar AS,sedangkan impor melonjak sampai 3,69miliar dolar. Dengan demikian, posisiIndonesia sudah menjadi negara pengimpor minyak, padahal sebelumnyanegara pengekspor, termasuk anggotapenting dari OPEC.Kenaikan harga minyak secara terusmenerus, telah memicu kesulitan tersendiri bagi pemerintah maupun Pertamina, di luar peningkatan jumlahpembayaran. Amat sulit memprediksiharga minyak yang sesungguhnya.Pemerintah sulit menghitung jumlahuang talangan subsidi yang harusdibayarkan kepada Pertamina. Sedangkan Pertamina kesulitan menyediakandana pembelian minyak impor.Gejolak BBM terjadi sejak tahun2004, mencapai puncaknya beberapaminggu lalu, ketika daerah pantai utaraJawa dan Madura mengalami kelangkaan pasokan minyak. Kompas pun(22/6) menurunkan tajuk di bawahjudul, Kelangkaan BBM Tidak BisaDianggap Enteng. (Asas, Sh)BBM Siaga SatuBahan bakar minyak kembalimenciptakan gejolak. Pengadaandan pasokan BBM pada titik kritis.BERITA UTAMA