Page 7 - Majalah Berita Indonesia Edisi 01
P. 7


                                    No.1/Th.I/Juli 2005 9Satu lagi tahapan tragis telahterjadi di dalam perjalananbangsa. Fenomena busung lapar,gizi buruk dan kurang pangan merebakdi seluruh penjuru negeri, sementara virus korupsi menyebar di hampir semualembaga negara, departemen, perusahaan dan bank milik negara. Keduafenomena tersebut, belakangan inimemenuhi halaman depan berbagaisurat kabar di Indonesia.Harian Kompas, dalam tajuk berjudul, Kasus Busung Lapar SebuahPuncak Gunung Es (8/6-2005), mengupas masalah kekeringan dan kekurangan pangan di Lembata, NTT.Reaksi keras datang dari aparat pemerintah daerah ketika harian ini mengangkat masalah tersebut secara khusus.Wapres Jusuf Kalla bereaksi cepat.Dia mengirim Dirut Perum Bulog, tetapitidak sampai di daerahbencana. Laporannya tidak akurat, sehingga terapi pun tidak tepat. Padahal sejak Maret, kasuskurang gizi, gizi burukdan busung lapar di sanamenimpa 66.000 orang.Sudah 13 bayi dan anakanak Balita meninggalakibat busung lapar.Kasus busung laparpertama kali mencuat disejumlah media massadari desa Bengkel, Lombok Barat, hanya beberapa kilometer dari Mataram, ibukota NTB. Sudah 8 anak meninggalkarena busung lapar, 50 lainnya mengidap gizi buruk.Anehnya, di tengah gemerlap kehidupan metropolitan Jakarta, jantungrepublik dan ibukota negara, bayi danBalita yang mengidap gizi buruk danbusung lapar sementara ini tercatat8.455 orang. (Sinar Harapan, 21/6-2005).Mengutip peraih Hadiah NobelEkonomi Amartya Sen, Kompas mengupas korelasi antara demokrasi dankebebasan pers di dalam pencegahandini ben-cana kelaparan. Sebab semua informasi yang burukbisa diungkap sejakawal agar bisa segeradiambil tinda-kan pencegahan.Ironisnya, tulisKompas, di tengah semaraknya demok-rasidan kebebasan pers,bencana busung laparmencuat ibarat puncak sebuah gunung es.Penyebabnya, demokrasi baru difahami secara harafiah,belum secara ensensial. Institusi yangdibutuhkan bagi be-jalannya demokrasibe-lum terbentuk, apalagi berjalan.Institusi dalam sistem lama (otokrasi)dalam kedaan amburadul.Dalam sistem otokrasi, bencana busung lapar bisa dicegah karenaadanya perhatian yangbegitu intens dari Presiden Soeharto dalam soalperut dan kesejahteraanrakyat. Kalaupun laporanpers tidak dipercaya, pemerintah mempunyai sistem informasi yang memungkinkan presidenmengetahui secara rinciapa yang terjadi di sebuahdaerah.Seorang kepaladaerah, bahkan menteri,bisa digusur apabila kedapatan tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya.Apalagi jika mereka hidup bermewahmewah, dengan fasilitas yang begitulengkap, sementara rakyatnya dibiarkan kelaparan.“Inilah yang sedang terjadi dihadapan kita sekarang ini,” tulis Kompas,suratkabar harian sangat berpengaruhdan beroplag terbesar di negeri ini.Kemewahan menjerumuskan mereka yang punya wewenang dan kekuasaan, ke dalam sikap mental yang ajimumpung. Di Departemen Agama yangselama ini dipercaya sebagai bentengterakhir pertahanan moral, justruterjadi kejahatan korupsi secara besarbesaran. Menurut Harian Rakyat Merdeka (21/6-2005), korupsi di Depagmenyikat Rp 385 miliar dari Rp 700miliar Dana Abadi Umat (DAU). Mantan Menteri Agama Said Agil HusseinAl Munawir terseret sebagai tersangkabersama Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Taufik Kamil.“Kasus ini sangat memalukan, karena Depag seharusnya menge-depankan komitmen dan keteladanan moral,”Rakyat Merdeka mengutip pernyataanSekretaris Umum MUI, DR Din Sjamsuddin.Ironisnya, kata Din Sjamsuddin,dana yang diselewengkan itu berasaldari umat yang bersusah payah mengumpulkan uang untuk pergi haji.Said Agil Buka-bukaan, demikianjudul berita utama harian Indo Pos (22/6). Kata Said Agil di depan para investigator Timtastipikor (Kejaksaan), DAUjuga dinikmati oleh banyak petingginegara dan pemerintah bersama istriistri mereka. Yang menikmati DAU,termasuk Jusuf Kalla (sekarang Wapres) beserta istri, Mesnos BachtiarChamsyah dan putri, Akbar Tandjung(bekas Ketua DPR) dan istri, AlimarwanHanan (bekas Menkop dan UKM) danistri, Sri Rejeki (bekas Meneg UrusanPeranan Wanita) dan suami, HattaRajasa (Menteri Perhubungan) danistri, Tosari Wijaya (bekas Wakil KetuaDPR) dan istri. ShAdakah korelasi antarabusung lapar dan korupsi?Tentu ada, dalam kaitanhukum sebab akibat. Korupsimengakibatkan negara danrakyat jatuh miskin.Dana DAUdinikmatisejumlahpetingginegara danpemerintahbesertaistri-istrimereka.
                                
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11