Page 34 - Majalah Berita Indonesia Edisi 07
P. 34
LENTERA34 BERITAINDONESIA, Januari 2006Indonesia semestinya dapat menjadirumah tempat berteduh bagi individu(bangsa) penghuninya yang majemuk.Penghuni rumah Indonesia yangpluralistik ini semestinya tampil secarasadar sebagai aktor pembangunan sikap danjiwa altruistik (nahniyah). Sekat-sekat budaya,ras dan agama semestinya tidak menjadipenghambat penghuni rumah Indonesia.Hal itu dikemukakan Syaykh al-Ma’had ASPanji Gumilang dalam Khutbah ‘Ied al-Adlha1426 H/2006 M di Masjid Rahmatan Lil ‘AlaminKampus Al-Zaytun, pada tarikh 10 Dzu al-Hijjah1426 H (10 Januari 2006 M) bertajuk “Membangun Kebersamaan Demi TerwujudnyaKehidupan Sejahtera dalam Negara IndonesiaMerdeka.”Menurut tokoh pembawa dan penebar toleransi dan damai itu, rumah Indonesia akandapat berfungsi peneduh secara hakiki, jikaindividu maupun kelompok penghuninya tidakegoistik (ananiyah). Maka Syaykh mengingatkan, sikap dan jiwa egoistik yang merasukke dalam aspek berbangsa dan bernegara dapatmenimbulkan kesengsaraan-kesengsaraan.Selengkapnya, berikut ini kami sajikankhutbah ‘Ied al-Adlha 1426 H Syaykh al-Ma’hadDr AS Panji Gumilang tersebut.2006, Tahun EfisiensiHari raya Qurban waktu ini (1426 H) tiba bersamaandengan datangnya tahun baru 2006 M. Bulan Dzu al-Hijjahmerupakan bulan bungsu bagi tahun komariyah tibabersamaan dengan datangnya Januari yang merupakan bulansulung bagi tahun syamsiyah. Tahun komariyah adalah tahunyang perhitungan tanggal harinya berdasar peredaran bulan/komar, sedangkan tahun syamsiyah berdasar peredaranmatahari/syams.Memaknai ketibaan akhir tahun komariyah di awal tahunsyamsiyah ini, kita sepakat untuk menyambutnya dengansuatu tekad: Bahwa tahun 2006 ini dan selanjutnya, sebagaiTahun Efisiensi. Yakni pemantapan kemampuan dalammenjalankan tugas/kerja/usaha secara baik dan tepat dengantidak membuang-buang waktu, tenaga, maupun biaya.Perwujudan dari tekad itu, kita adakan penyempurnaankembali terhadap berbagai aspek tatanan sosial kemasyarakatan dalam lingkup mikro kampus kita (Al-Zaytun) ini.Hal tersebut merupakan sesuatu yang harus ditempuhsebagai langkah ikmal wa itmam (perfection) terhadap kerjamembangun yang sedang dan terus kita laksanakan didalamnya. Maknanya kita menyadari bahwa membangun(pembangunan) itu bersifat kumulatif, maknanya bahwamembangun (pembangunan) itu harus mampu berlanjut(berkelanjuntan) makin lama makin besar, makin banyak,makin baik, makin berkualitas, dan makin bermanfaat bagisetiap ummat manusia. Dan untuk itu kita mengedepankanefisiensi sebagai kendali pelaksanaannya.Membangun dari Masa ke MasaBangsa Indonesia semenjak memproklamasikan kemerdekaannya telah mencanangkan usaha (kerja) membangunnegaranya. Sejarah mencatat pada zaman pemerintahanPresiden Soekarno telah disusun rancangan pembangunanbagi negara Indonesia, dengan istilah Pola PembangunanNasional Semesta Berencana yang telah ditetapkan olehMPRS tahun 1960, dimulai tahun 1961 dan akan berakhirpada tahun 1969.Kemudian, seiring dengan pergantian pemerintahan dariPresiden Soekarno kepada Presiden Soeharto yang terkenaldengan istilah Orde Baru, telah disepakati untuk menyusunsuatu rancangan pembangunan yang berjangka sekitar 25tahun, yang selalu disebut Pembangunan Nasional JangkaPanjang. MPR menetapkan kurun waktunya antara April1969 sampai dengan Maret 1994. Dan, untuk pelaksanaannyaditetapkan tahapan-tahapan lima tahunan, yang biasa disebutdengan Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun).Dalam kurun waktu 25 tahun terdapat 5 Repelita yaituOleh: Syaykh al-Ma’had AS Panji GumilangMEMBANGUN KDALAM RUMAMEMBANGUN KDALAM RUMA