Page 37 - Majalah Berita Indonesia Edisi 07
P. 37


                                    BERITAINDONESIA, Januari 2006 37(LENTERA)negaranya, sebagai manifestasi semangatcinta tanah air. Sikap dan jiwa egoistikmenghambat tumbuhnya sikap dan jiwatoleransi, dalam rumah besar Indonesia inimemerlukan jiwa toleransi yang tinggikarena penghuninya terdiri dari berbagaikelompok yang memiliki budaya masingmasing yang semestinya saling berinteraksi dengan penuh toleransi. Sikap danjiwa egoistik sulit menemukan rumusanbersama dalam bentuk definisi real yangdapat diterima, karena real-nya dansebaliknya selalu mengarah hanya untukkelompok tertentu saja. Jiwa egoistik, sulituntuk menghantar kepada sikap mandiri,selalu bersandar kepada kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh selain dirinya.Lain halnya dengan jiwa altruistik, nahniyah dan kekitaan, ianya akan dapatmenghantarkan kepada kebalikan dariegoistik tersebut.Penghuni Rumah IndonesiaPenghuni rumah Indonesia yang pluralistik ini semestinya tampil secara sadarsebagai aktor pembangunan sikap dan jiwaaltruistik (nahniyah). Sekat-sekat budaya,ras, dan agama semestinya tidak menjadipenghambat penghuni rumah Indonesia.Ras, budaya, agama, dan lain-lain yangdimiliki oleh penghuni rumah Indonesiaini kita miliki untuk memperkaya subyekdalam melakukan sesuatu di dalam rumahIndonesia ini. Kita jadikan kekayaanbudaya itu untuk meningkatkan kecerdasan pikiran kita, mempertebal sikaptoleransi dalam memiliki dan menyampaikan kehendak, memperhalus memaknaikebebasan dan kemerdekaan yang kitamiliki, selanjutnya dapat memberikan artidan makna atas segala sesuatu yang kitalakukan dan karenanya kita mampumenilai tindakan dan hasil tindakan kitasendiri. Membangun jiwa kekitaan yangtumbuh dari keluarga besar rumah Indonesia dengan sadar, akan mengangkatharkat dan martabat Indonesia kini danmendatang.Tumbuhnya kebersamaan dan kekitaandalam keluarga besar Indonesia akanmempercepat langkah memperoleh kembali sesuatu yang kita anggap hilang,tatkala sesuatu yang baik itu menjadidambaan kita. Kebersamaan (kekitaan)akan menghantar sikap percaya diri dalammelaksanakan berbagai pembangunannegara dan bangsa. Kebersamaan dankekitaan akan menghantar warga bangsapenghuni rumah Indonesia ini memperkecil ketergantungannya kepada bantuan orang lain, karena kekayaan hatinurani kita akan mengatakan bahwasebenarnya kita mampu dengan kekayaankita menafkahi keluarga besar rumah Indonesia ini tanpa harus memperbesarjumlah hutang yang ditanggung olehkeluarga besar Indonesia. Kekitaan dankebersamaan akan memacu keluarga besarpenghuni rumah Indonesia ini menjadiwarga yang cerdas, berkemampuan hidupyang hakiki, yang karenanya dapat memperkecil bahkan menghapus sikap menyengsarakan sesama ummat manusia.Tertanamnya kebersamaan dan kekitaan yang kokoh, akan dapat memaknaisebuah cita-cita dan harapan yang seringdikumandangkan: Indonesia harus kuat.Dengan kebersamaan dan kekitaan kitadapat menghantarkan cita-cita itu bukandengan besarnya jumlah penduduk dankekayaan yang terkandung dalam Indonesia namun kita akan sanggup menempuhnya dengan kecerdasan warga bangsa yangterlatih serta teruji, juga karena kecintaanmereka terhadap Indonesia yang mendalam semua tertanam di dalam setiapwarga bangsa sebagai sikap dan perbuatan. Ide besar: Indonesia Harus Kuat,mesti dipahami secara real, dimengertisecara bersama dan dilaksanakan secarabersama pula. Tidak ada satu kekuatanapapun yang dapat menghalangi cita-citaini jika sikap dan jiwa altruistik, nahniyahdan kekitaan telah menghujam sebagaidarah daging bangsa Indonesia, selanjutnya egoistik (ananiyah) kita kubur dalamdalam.Kiranya, inilah yang dapat kita maknaidari Ied al-Qurban tahun ini sebagaipenanaman cita-cita dan sikap kebersamaan, untuk menghantarkan Indonesiamenjadi kuat. Indonesia harus Kuat. ■ BISyaykh al-Ma’had AS Panji Gumilang saat berkhutbah ‘Ied al-Adlha 1426 H.
                                
   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41