Page 38 - Majalah Berita Indonesia Edisi 07
P. 38
LENTERA38 BERITAINDONESIA, Januari 2006Reportase KPGI KE A Pada 6 Januari 2006, Berita Indonesia berkesempatan mengikuti rangkaian kegiatananjangsana dua anggota Majelis Pekerja Harian(MPH) Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia(PGI), masing-masing Pendeta DR. A.A. Yewangoe (Ketua Umum PGI) dan PendetaWeinata Sairin, M.Th. (Wakil Sekretaris UmumPGI) ke Ma’had Al-Zaytun (MAZ). Di sampinguntuk membuktikan kebenaran berbagai ‘ceritamiring’ yang berkembang di masyarakat seputarMAZ, dua pendeta PGI itu juga hendak berdialog secara langsung dengan pimpinan MAZguna menakar sejauh mana budaya toleransidan perdamaian dikembangkan secara konkretdi lembaga pendidikan yang bermoto: Pesantren Spirit but Modern System itu. Laporannya bisa disimak di bawah ini.Rasa lelah setelah tiga jam perjalanan dari kantorPGI, di jalan Salemba Raya 10 Jakarta,menyusuri jalur Pantura hilang seketika begitumobil yang kami tumpangi memasuki kawasanMAZ.Rombongan langsung disambut Sekretaris YayasanPendidikan Indonesia (YPI), yang menaungi MAZ, BapakAbdul Halim. Setelah beristirahat selama 1 jam, denganmenumpang bis Al-Zaytun, dua pendeta PGI diajak mengelilingi kawasan MAZ yang memiliki luas total 1.200hektar. Mereka diperkenalkan pada berbagai sarana danfasilitas yang dimiliki MAZ. Dengan penuh semangat,Pendeta A.A. Yewangoe dan Pendeta Weinata Sairinmenyimak penjelasan yang disampaikan Abdul Halim. Tanpaterasa, empat jam berlalu saat rombongan mengakhiriperjalanan keliling kawasan MAZ. Kedua pengurus PGI ituberistirahat sejenak di Wisma Al-Islah, sebelum bertatapmuka dan berdialog dengan Syaykh Ak-Zaytun, DR. A.S. PanjiGumilang.Suasana begitu hangat dan akrab tatkala dua pendetaditerima Syaykh yang didampingi sejumlah eksponen MAZ.Kepada Syaykh, Pendeta Yewangoe mengucapkan terimakasih kepada pengelola MAZ yang dengan tangan terbukamenerima kunjungan mereka berdua.Dia membaca laporan Berita Indonesia, Syaykh juga sudahbeberapa kali berkunjung ke Gereja Protestan Bagian Barat(GPIB) Koinonia di Matraman, Jakarta.Selaku Ketua Umum PGI, Pendeta Yewangoe mengatakan,pihaknya akan sangat senang apabila Syaykh berkenanberkunjung ke kantor PGI. Syaykh langsung merespons:“Kami akan datang, kalau sudah begini, kami akan ketukpintu PGI:“‘Assalamu‘‘alaikum’.”Tak lupa Yewangoe mengungkapkan keterkesanan yangmendalam dengan motto yang diusung MAZ, “Toleransi danPerdamaian”. Dalam hematnya, itu bukan sekadar motto, tapijuga menyimbolisir langkah-langkah strategis, yang ditanamkan melalui titian pendidikan mulai dari jenjang SD sampaike perguruan tinggi yang dikelola MAZ.Masih kata Yewangoe, merujuk pada kurikulum dan sistempendidikan satu pipa yang dikembangkan MAZ, dia menilaisangat inklusif. “Itu adalah titik-titik harapan di tengahtengah kemelut yang ada. Buahnya mudah-mudahan bisadipetik lima sampai sepuluh tahun mendatang,” ujarnya.“Tentu saja, di kalangan kami pun (umat kristen), kamiberharap ada hal-hal serupa yang akan kami petik.”Seharusnya, tutur Yewangoe, ada dosen Sekolah TinggiTeologia Jakarta (STT Jakarta) -–Yewangoe sehari-hari jugamengajar di STT Jakarta— bisa ikut berkunjung ke Al-Zaytun,sayangnya kurang sehat. Dengan nada berkelakar, Syaykhmenyahut,—“Padahal, kalau ikut langsung sembuh.”Ketua Umum PGI mengisahkan, sebelum berangkat ke AlZaytun pihaknya menerima berbagai masukan. Ada yangmengingatkannya untuk membatalkan niatnya berkunjungke Al-Zaytun.Tapi dengan ketetapan hati, Yewangoe berargumen, “Apasalahnya berkunjung, kami ingin melihat sendiri Al-Zaytun.Kami ingin berteman pada siapa saja. Bahkan, dalam SidangRaya (muktamar) yang lalu sangat ditekankan relasiantarumat beragama. Kita tidak mungkin hidup terisolasi.”Syaykh sangat salut dengan sikap yang diambil PGI.Menurut Syaykh, seluruh rakyat Indonesia ditakdirkan untukmenjadi sama menjadi satu bangsa, menjadi milik negara.“Tidak ada mayoritas dan tidak ada minoritas,” tegas SyaykhPanji Gumilang, yang mengaku telah melontarkan hal serupaReportase KPGI KE A