Page 41 - Majalah Berita Indonesia Edisi 07
P. 41
BERITAINDONESIA, Januari 2006 41(LENTERA)Pdt. DR. AA. Yewangoe (Ketua Umum PGI)Yang paling mengesankan sayasetelah mengunjungi MahdAl-Zaytun, adalah kemampuan pengurus dalam menanamkan mentalitas seluruhsantri dan mahasiswa agar mereka menjadi orang yang mandiri. Artinya adaprinsip-prinsip untuk meningkatkansesuatu inovasi. Inovasi daur ulang air,inovasi dalam pembudidayaan pertaniandan peternakan, sehingga ada penghormatan pada kehidupan, bukan hanyapada sesama manusia, tetapi juga padamakhluk hidup lainnya.Kemudian, sistem pendidikan di AlZaytun memberikan hak penuh kepadamasing-masing siswa. Tidak semua siswadipaksa ke perguruan tinggi bila memangdia tidak mampu. Jadi gelar akademikbukan satu-satunya kebanggaan untukSaya memiliki kesan spesifikmengenai Al-Zaytun. Pertama, masalah kurikulumnya. Dengan mengambil100% kurikulum Diknas,100% Depag dan 100% muatan lokal,ditambah sistem pengajarannya semuasiswa tinggal di pesantren, maka keuntungannya adalah tidak ada waktu yangterbuang. Siswa secara efektif mengikutipelajaran sesuai dengan kurikulum danbatas waktu yang telah ditentukan.Saya juga melihat,pada muatan lokalada pendidikan Ketatanegaraan danHAM. Ini menarik,karena aspek-aspekitu menjadi sangatpenting untuk menyiapkan siswa dacontoh oleh orang banyak. Bahkan budidaya dan pembibitan sapi unggul, perbengkelan dan pertukangan juga sudahdilakukan oleh Al-Zaytun.Sehingga yang menggelitik pemikiransaya, bagaimana memanajemen ini semua?Kedua, mengenai percakapan denganSyaykh. Saya kira cukup baik juga.Pandangan-pandangan beliu sangat inklusif, misalnya, tidak ada lagi terminologimayoritas minoritas. Jarang kita temuisosok yang pemikirannya seperti Syaykhtadi. Tidak semua orang memiliki caraberfikir seperti itu. Jika kemudian munculkeinginan untuk membuat suatu acara dialog mengenai Perlunya Terus Membangun Budaya Toleransi dan Damai,tentu saja kami sangat menyambut baik.Sebab, masih ada di antara kita yangtidak memahami pandangan agamaagama di luar dirinya. Maka, kalau kitaketemu, kita mau saling membuka, salingdialog, kita bisa saling memahami. Kitabisa mempelajari, bagaimana pandanganpandangan agama-agama lain. Kemauandan kemampuan untuk saling mamahamiini yang belum banyak dilakukan dalamkehidupan masyarakat majemuk ini. Sayasangat gembira karena Al- Zaytun bersediamenfasilitasi. ■ AD“Banyak Persamaan IdeSyaykh dengan Saya”Pdt. Weinata Sairin, M.Th (Wakil Sekum PGI)“Pandangan Syaykh Sangat Inklusif”dapat hidup sukses.Begitu masuk kita ke sini, kita langsungdihadapkan dengan motto Al-Zaytun“Toleransi dan Perdamaian”. Saya kira, iniyang dibutuhkan bangsa ini. Toleransiyang sejati yang sungguh-sungguh membawa kepada perdamaian.Seperti pernyataan yang Syaykh lontarkan bahwa mestinya kita tidak perlumengkotak-kotakkan agama yang sudahberbeda-beda ini. Bahkan janganlah kitamengeksploitasi perbedaan agama. Kitamemandang diri sebagai sebuah keluargabesar.Agama yang berbeda-beda ini mestinyatidak perlu dikotak-kotakan bangsa ini,dan jangan diekploitasi perbedaan agamaitu pada hal-hal yang tidak mendukungkebersamaan.Pemikiran dan ide-ide beliau itu sesuaidengan pemikiran kami, sehingga kamitidak merasa rugi untuk datang ke AlZaytun dan berkenalan dengan Syaykh.Kita harus bersama-sama ke depan untukmembangun dan saling belajar. Kalau sayapakai bahasa lain memperkaya spritualitasmasing-masing. Saya merasa banyakmemiliki persamaan pemikiran denganSyaykh. ■ HLlam menyongsong kehidupan di masa datang. Seperti moto Al-Zaytun, ‘Toleransidan Budaya Perdamaian’.Selain aspek kurikulum, saya jugamelihat efisiensi di segala lini dalam‘kehidupan’ di Al-Zaytun. Misalnya, penggunaan produk-produk pertaniannya,peternakannya, danlain-lain, semua kembali dari alam. Makanan, sayur sayurandari hasil pertaniandan perkebunan sendiri yang semuanyaorganik. Ayam dandaging susu dan lainlainnya, hasil budidaya sendiri. Bahkankotoran dan sampahpun didaur ulangmenjadi pupukkompos yang menyuburkan.Ini menurut sayasuatu pemikiran inoPDT. WEINATA SAIRIN, M.TH vatif yang perlu diPDT. DR. AA. YEWANGOE