Page 42 - Majalah Berita Indonesia Edisi 07
P. 42
42 BERITAINDONESIA, Januari 2006BERITA KHASkanlah, Duta Besarnya Pak Bey berhalangan hadir tapi palingtidak kan ada yang mewakili.Sewaktu berada di ruang VIP Dili Airport, penulis bertemudengan Bapak Primanto Hendrasmoro dan menanyakanketidakhadiran staf Kedubes RI pada acara itu.Dari penuturan beliau, penulis mengetahui bahwa ternyatapihak Kedubes RI sengaja tidak hadir karena tidak setuju denganupacara peringatan kemerdekaan ke-30Timor Leste.“Dikemanakan dong sejarah 24 tahunTimor Timur (yang bergabung denganNKRI)?” ucap Pak Prim, seraya mengatakanbahwa pertanyaan serupa juga disampaikanpihak Kedutaan Portugal di Timor Leste.Penulis sempat bertanya kepada WakilMenteri Perencanaan dan Keuangan RDTLDra. Aicha Basarewan ihwal kemerdekaanTimor Leste yang ke-30.Aicha membenarkan bahwa dalam sejarahTimor Leste, proklamasi kemerdekaannegeri itu telah dilakukan pada 28 Nopember 1975. Telah disusun pula anggotakabinet. Namun, sejarah mengatakan lain,Timor Leste masuk dalam NKRI. Dan olehsejarah pula Timor Leste kembali menjadinegara berdaulat seperti sekarang.“Tiga puluh tahun kami telah merdekadan tiga tahun sudah kami merestorasiBerbagi Pulau menjadi beberapa kedaulatansudah tidak asing lagi bagi kita. Kalimantansudah sejak lama menjadi bagian dari Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.Papua terbagi antara Indonesia dan PapuaNew Guinea, dan yang terakhir walau denganberat hati dan jiwa besar, kita harus membagiPulau Timor menjadi dua: satu tetap berada di pangkuan ibupertiwi dan yang satu lagi kini menjadi Timor Leste di bawahkepemimpinan Perdana Menteri (PM) Dr. Mari Bin Amude AlKatiri.Selama kurang lebih 24 tahun, kawasan ini menjadi bagianintegral Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai PropinsiTimor Timur (Timtim), saat itu menjadi propinsi termuda,dengan ibukota Dili, dan terdiri dari tiga belas Kabupaten,termasuk satu Kabupaten yang berada di wilayah bumiTimorbarat Oucessi/Ambeno.Begitu panjang cerita dan perhatian kita terhadap Timtim,tetapi pada akhirnya kita harus membuat satu keputusan, dandi masa Presiden BJ Habibie Timtim harus dilepaskan sebagaibagian dari upaya “ Cut Loss” untuk memenuhi kehendak hukumInternational dan sejarah. Namun, seperempat abad tidaklahbegitu saja bisa dihapuskan pengaruhnya bahkan sampai kinisetelah lebih dari enam tahun berdaulat menjadi RepublicDemocratic Timor Leste (RDTL).Beruntunglah penulis karena berkesempatan berkunjung keTimor Leste dan melihat sepintas Dili, ibukota negara termudadi dunia ini, secara langsung atas undangan Kantor PerdanaMenteri Timor Leste. Penulis diundang untuk menghadiriKonferensi International tentang Investment Opportunity (28-29 Nopember 2005). Tapi, penulis harus berangkat 26Nopember 2005 karena keterbatasan sarana transportasi udaradari Jakarta ke Dili yang saat ini hanya di layani oleh maskapaipenerbangan Merpati, itu pun seat selalu penuh.Lima hari memang terlalu singkat untuk mengenal secara luaskawasan Timor Leste. Tapi dalam waktu yang amat singkat itu,alhamdulillah penulis bisa berjumpa secaralangsung dengan banyak tokoh nasionalTimor Leste: PM Mari Al-Katiri, MenteriLuar Negeri Ramos Horta, dan tentu sajaPresiden Kay Rala Xanana Gusmao, sertapara menteri/wakil menteri.Secara kebetulan, saat penulis datang,seluruh rakyat Timor Leste sedang merayakan hari kemerdekaannya. Tentunya banyaktamu dari luar negeri yang datang, termasukdi dalamnya President Saotome and Principe, serta beberapa penyanyi dari Portugal,Brazil, dan negara Afrika (Portugese speaking countries ).Hadir juga Duta besar Mozambiqueiuntuk Indonesia dan Timor Leste serta DutaBesar Nigeria untuk Indonesia dan TimorLeste yang keduanya penulis kenal denganbaik.Sayangnya, pada acara penting itu tidaksatu pun staf kedutaan RI datang. KataOleh: MYR Agung Sidayu, Redaktur Senior Berita Indonesia‘OlehDARI TIM Petani panen kopi.