Page 66 - Majalah Berita Indonesia Edisi 08
P. 66
BERITA PARIWISATA66 BERITAINDONESIA, 10 - 23 Februari 2006Tahun 1949, setelah Belanda mengakuikedaulatan RI, gedung KW III sempatmenjadi markas kesatuan TNI BatalyonKala Hitam. Kemudian beralih menjadikantor dan perumahan Jawatan Kesehatan TNI AD.Wisata sejarahMeski telah direnovasi, bentuk aslinyatetap dipertahankan. Arsitekturnya bergaya rumah tropis Melayu. Jika berjalandi lorong-lorongnya, siapa saja bakalmembayangkan suasana kala anak-anakmasih bersekolah di sana. Di halamantengah ada sebuah pendopo yang dahulumerupakan aula tempat dahulu para murid menggelar acara tahunan seperti teateratau olahraga. Sekarang, bekas aula itumenjadi Auditorium PerpustakaanNasional.Setelah pendopo bisa dijumpai deretanruang kelas. Ada 23 kelas dalam duaderetan yang dipisahkan lorong panjangyang kini diberi penerangan lampu neon.Kelas-kelas itu cukup luas dengan jendeladan berpintu lebar sehingga ventilasinyamemungkinkan udara masuk sebanyakmungkin.Jika melangkah ke ujung pendopo,maka akan terlihat sebuah tangga untuknaik ke ruangan memanjang di lantai atas.Di sana dulu, murid kelas lima melaksanakan ujian akhirnya.Kolam air mancur yang kini berdiri didepan bangunan Kawedri dulu merupakan halaman teduh yang ditumbuhipohon-pohon kenari dan asam. Di ujungkanan gedung utama dahulunya adalahtempat parkir sepeda para muridnya.Lapangan olahraga untuk murid-muridberada di halaman belakang gedungutama. Di sana terdapat juga ruanganruangan untuk olahraga indoor. Karenatidak ada kolam renang di komplekssekolah, murid-murid Kawedri biasaberenang di kolam renang Asrama Mahasiswa di belakang Rumah Sakit CiptoMangunkusumo. Mereka biasanya pergiberamai-ramai naik sepeda.Gedung ini kini berada di bawah tanggung jawab Yayasan Kawedri. Sebuahprasasti bertanggal 27 Januari 1987–tanggal penggunaan gedung secara resmisetelah dipugar–berhadapan denganprasasti peresmian KW III School 27 November 1860.Meski berbeda dengan museum, gedung Kawedri menjadi monumen sejarahyang menarik untuk dikunjungi, sambilmengenang kembali perannya melahirkanpara pahlawan pergerakan Tanah Air. ■ RH(Sumber: buku “Dari Sekolah K.W.III ke YayasanKawedri, 1992”)Air mancur yang menyejukkanmata akan menyambut siapasaja yang memasuki pintugerbangnya. Di depan airmancur, berdiri sebuah bangunan, dengan atap yang bentuknyamirip dengan atap rumah tradisionalMelayu. Di sebelah kanan bangunan itu,masih di dalam halaman yang sama, adagedung bertingkat sembilan berwarnacoklat muda. Itulah PerpustakaanNasional.Semua orang mengenal PerpustakaanNasional di Jalan Salemba, Jakarta Pusat.Gedung yang diresmikan oleh PresidenSoeharto pada 11 Maret 1989 itu menjadisalah satu tempat yang sering dikunjungioleh masyarakat, terutama pelajar danmahasiswa, untuk keperluan riset datamaupun mencari bahan bacaan yangmenarik.Namun tak banyak yang tahu apasebenarnya fungsi gedung tua di seberangair mancur itu. Bangunan bergaya tradisional itu sebenarnya peninggalansejarah dari masa lalu, ketika Belandamasih bercokol di Tanah Air. Bangunanitu dulu merupakan sekolah anak-anakBelanda, bernama Gymnasium KoningWillem III School.Nama sekolah itu diambil dari namaraja Belanda kala itu, yakni Koning (raja)Willem III. Diresmikan oleh GubernurJenderal Charles Ferdinand Pahud pada27 November 1860, dan merupakansekolah menengah yang pertama kalididirikan pemerintah kolonial Belanda diBatavia. Orang-orang kemudian menyingkatnya KW III yang dalam pelafalanBelanda menjadi Kawedri. Sekolah itujuga dijuluki ‘sekolah raja’ sehingga murid-muridnya yang adalah anak-anakpejabat kolonial disebut ‘anak-anak raja.’Sekolah ini kemudian menerima anakanak pribumi dari golongan priyayi ataupejabat pribumi. Beberapa murid pribumiyang bersekolah di sana kelak menjaditokoh pergerakan nasional yang dikenangsampai sekarang. Ada Agus Salim,Achmad Djajadiningrat, MohammadAchmad, M.H. Thamrin, Douwes Dekker,dan Johannes Latuharhary.Tahun 1867, gymnasium KW III yangsemula diubah menjadi hogere burgerschool (HBS). Namun sekolah ini tetapdisebut KW III. Ketika Jepang masuk keIndonesia tahun 1942, sekolah ini ditutup.Gedungnya dipergunakan untuk Pertahanan Sipil Belanda. Setelah Belandamenyerah, Jepang menggunakannya.Demikian juga saat sekutu mengalahkanJepang, gedung ini dipakai oleh tentarasekutu.Sekolah Rajadi Tengah KotaBeberapa siswa pribumi yang pernah belajar di sekolah inidi kemudian hari menjadi pahlawan di Tanah Air.Sekolah Raja dan Perpustakaan Nasional di Jalan Salemba, Jakarta Pusat.DOK. BERINDO