Page 66 - Majalah Berita Indonesia Edisi 10
P. 66


                                    BERITA BUDAYA66 BERITAINDONESIA, 6 April 2006Kampung di pinggir SungaiCiwulan itu memang unik.Jajaran rumah panggungdari bambu dan kayu sertaberatap ijuk, daun nipahatau alang-alang, menambah kental atmosfir tradisional di desa itu.Kampung Naga, namanya.Tak ada naga di desa itu. Nama itudiambil dari kata ‘nagawir’ dalam bahasaSunda, yang artinya lereng bukit. Menujukampung itu memang harus menurunianak tangga di lereng yang kemiringannyahampir 45 derajat.Dengan luas areal kurang lebih empathektar, lokasinya terletak pada ruas jalanraya yang menghubungkan Tasikmalaya- Bandung melalui Garut, yaitu kuranglebih pada kilometer ke-30, ke arah Baratkota Tasikmalaya. Secara administratif,Kampung Naga termasuk kampung LegokDage, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu,Kabupaten Tasikmalaya.Rumah-rumah yang berjajar itu berjumlah sekitar 108, ditambah sebuahmesjid, sebuah balai pertemuan, dansebuah lumbung padi. Rumah tinggalharus menghadap selatan atau utara.Bahan bangunan tidak boleh tembok,melainkan kayu atau bambu. Cat tembokjuga dilarang, kecuali kapur atau catmeni.Penduduk tidak punya perabot sepertikursi, meja dan tempat tidur. Selain itu,tidak boleh ada pintu yang berlawananarah, karena dipercaya akan menyebabkan rezeki yang masuk ke pintu depanPendapatan TambahanWisatawan lokal maupun asing yangdatang, biasanya akan disambut denganramah. Kampung ini memang menjadisalah satu obyek wisata andalan PemdaTasikmalaya. Ada penduduk setempatyang akan mengantar berkeliling kampung dan menjelaskan adat istiadatmereka.Ketika berkeliling kampung, akanterlihat kehidupan khas pedesaan berjalanseperti di tempat-tempat lain. Petanibekerja di sawah, para pengrajin sibukmenenun dan menganyam, sama sekalitak terusik dengan kedatangan wisatawanPenduduk mendapatkan tambahanpenghasilan dari menjual kerajinantangan kepada wisatawan. Mereka biasanya membuat tas, sandal maupun tempatmakanan kecil dari anyaman.Sayang sekali, saat ini para tetua adatdi kampung itu sepakat untuk sementaramenutup kampungnya sejak 6 Februarilalu. Konflik itu, seperti dilaporkan, dipicuoleh kebijakan Pemda Tasikmalaya yangdengan sepihak menaikkan tarif retribusiparkir hingga 100 persen sejak November2005. Pasalnya, tidak sesen pun uangretribusi itu masuk ke kas Kampung Nagamaupun warga. Padahal, wargalah yangmembersihkan areal parkir.Akibat penutupan itu, selain turis, sejumlah lembaga penelitian, sekolah dan universitas tidak dapat melakukan penelitian dikampung tersebut. Saat ini, DPRD Tasikmalaya tengah membentuk Pansus untukmencari jalan keluar yang terbaik. ■ RHakan keluar lewat pintu belakang.Islam merupakan agama yang dianutpenduduk Kampung Naga. Namun, pelaksanaan ibadahnya agak berbeda denganpemeluk Islam lainnya. Seperti ditulisharian Indo Pos, 15 Februari 2006,penduduk Kampung Naga hanya sholatlima waktu di hari Jumat saja. Kegiatanmengaji anak-anak dilakukan Minggu danRabu malam. Untuk orang dewasa padaKamis malam.Kepatuhan pada adat leluhur menjadidaya tarik wisatawan. Mereka melakukanberbagai upacara adat dan upacara harihari besar Islam, misalnya Upacara BulanMulud atau Alif dengan melaksanakan‘Pedaran’ (pembacaan sejarah leluhur).Proses ini dimulai dengan mandi diSungai Ciwulan dan wisatawan bolehmengikuti acara tersebut dengan syaratharus patuh pada aturan yang ada.Upacara menyepi dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga pada hari Selasa,Rabu, dan hari Sabtu. Upacara ini dianggap sangat penting dan wajib dilaksanakan, tanpa kecuali baik laki-laki maupunperempuan.Upacara yang paling menarik perhatianwisatawan adalah Hajat Sasih yang diselenggarakan bertepatan dengan harihari besar Islam. Upacara ini merupakanupacara ziarah dan membersihkan makam. Sebelumnya, para peserta upacaraharus melaksanakan beberapa tahapupacara. Mereka harus mandi dan membersihkan diri dari segala kotoran disungai Ciwulan.KARUHUN DI KAMPUNG NAGAMenjadi obyek riset, penelitian dan wisata karena kekhasan budayanya. Sayangnya,sementara ditutup untuk umum karena konflik antara tetua adat dengan pemerintah. www.indonesiatourism.go.id(BERITA BUDAYA)
                                
   60   61   62   63   64   65   66   67   68