Page 13 - Majalah Berita Indonesia Edisi 15
P. 13
BERITAINDONESIA, 22 Juni 2006lama dan melepas jabatan di saatrakyat tak lagi menginginkannya.Setelah mengundurkan diri (21 Mei1998), Pak Harto digiring menjadi isusentral bangsa ini.Jenderal Soeharto tampil gagah dipuncak usianya, 45 tahun, ketikamengambil estafet kepemimpinannasional dari Presiden (mendiang)Soekarno, Maret 1966 dan dikukuhkanoleh MPRS, Maret 1968. TurunnyaBung Karno dan naiknya Pak Harto,merupakan ujung dari gejolak politikyang berdarah-darah, dinihari 1 Oktober 1965. Di kemudian hari, Pak Hartobisa berkuasa sampai 32 tahun lantaran mendapat dukungan kuat dariABRI dan Golkar yang dikukuhkanMPR di dalam sidang umum limatahunan.Artinya kesalahan yang dilimpahkanpada Pak Harto sekarang ini merupakan bagian dari kesalahan kolektif. Memang ada bagian yang salahdari sistem demokrasi di era PakHarto, tetapi itu merupakan sebuahstrategi untuk membangun ekonomiagar Indonesia segera bebas darikemiskinan dan keterbelakangan. PakHarto mengalami nasib yang hampirsama dengan Bung Karno, menjaditumpahan kesalahan kolektif. MPRSmengangkat Bung Karno sebagaipresiden seumur hidup, tetapi Majelisitu pula yang mencabut kekuasaannya.Apakah kesalahan kolektif tersebutakan terulang lagi di era reformasiyang sudah memasuki usia sewinduSayang, di Indonesia tidakada pemimpin sekaliberNelson Mandela dariAfrika Selatan. HanyaMandela yang mampumelupakan semua penghinaan dan penderitaan selama 30tahun lebih di sel penjara rezim apartheid kulit putih begitu menghirupudara bebas. Mandela juga tidaktergiur untuk membalas dendammeski terpilih jadi presiden kulit hitampertama Afrika Selatan. Dia malahmengajak bangsanya melupakan semua penghinaan dan penderitaanyang dialami ratusan tahun di bawahrezim otoriter pembedaan warna kulit.Mandela mengubur dalam-dalammasa lalu bangsanya yang gelap,mengajak (dan meneladani) merekauntuk membangun masa depan. Sebabbalas dendam hanya menciptakangejolak dan konflik serta membuangbuang waktu. Mandela ingin segeramembangun negerinya di atas landasan kebersamaan. Obsesinya, bangsa Afrika Selatan yang mayoritasberpenduduk kulit hitam harus segerabebas dari pengucilan, penghinaan,penderitaan dan keterbelakangan.Walhasil, dalam tempo relatif singkatbangsa Afrika Selatan bangkit, mengubah dirinya—dari bangsa budakmenjadi bangsa yang maju dan bermartabat di hadapan bangsa-bangsalain.Setelah obsesinya terwujud, Mandela tidak ingin berlama-lama di kursikekuasaan, turun pada saat yang tepat,ketika rakyatnya menghendakinyatetap berkuasa. Namun setelah tidakberkuasa lagi, Mandela tetap dihormati dan dielukan oleh rakyatnya.Apa kaitan Mandela dengan PakHarto? Tak lama setelah bebas daripenjara, Mandela berkunjung ke Jakarta dan menemui Pak Harto. Dalamwaktu singkat, Mandela belajar banyakhal dari Pak Harto. Sebaliknya, setelahMandela menjadi presiden, Pak Hartoberkunjung ke Capetown, tetapi takberminat belajar dari Mandela.Tiga hal yang tidak dipetik PakHarto dari Mandela; membiarkandendam berkepanjangan bahkan puluhan tahun setelah penumpasan G30-S/PKI (1965), berkuasa terlaluPak Harto, Masa LaluVISI BERITAini? Faktanya, dendam terus bergelorasehingga menarik bangsa ini ke belakang. Langkahnya ke depantersendat-sendat. Sekarang dan kemarin telah lahir tradisi baru yangmengentalkan teriakan, cercaan, kekerasan dan pemaksaan kehendak.Tradisi ini mendapat tempat terhormat di media massa, seolah-olahitu perasaan dan kehendak rakyat.Dalam sorotan tajam kamera TV dansuratkabar, tradisi ini menciutkannyali polisi, para petinggi eksekutif,legislatif dan yudikatif.Tradisi ini juga yang memaksakanpengadilan Pak Harto dalam usia uzur85 tahun. Padahal tim dokter telahmemberi rekomendasi medis bahwaPak Harto menderita kerusakan jaringan syaraf otak secara permanen,dan saat ini sedang menjalani prosespenyembuhan dari berbagai penyakitfisik. Pak Harto, ketika masih sehat,mematuhi semua proses hukum yangtelah ditetapkan oleh pemerintah yangberkuasa.Atas rekomendasi medis tim dokterpribadi dan negara, Mahkamah Agungmenerbitkan fatwa hukum bahwa PakHarto hanya bisa diadili setelah penyakitnya disembuhkan. PengadilanNegeri mengembalikan perkara PakHarto ke Kejaksaan Negeri JakartaSelatan. Baru-baru ini, KejaksaanNegeri mengeluarkan Surat KetetapanPenghentian Penuntutan (SKPP).Namun semua ketetapan hukum tersebut tidak menghentikan teriakan,aksi dan pemaksaan kehendak untukmengadili Pak Harto. Presiden Susiloyang dipilih oleh 60 juta lebih pemilihsekalipun tak mampu menghentikantuntutan di jalanan. Malah dia hanyamenjawab tuntutan tersebut dengansebuah pernyataan yang mengambang; perkara Pak Harto diendapkansementara waktu.Sekarang, penyakit fisik Pak Hartosemakin kompleks. Namun dendampadanya tak juga padam meskipunhukum menafikan pengadilan bagiseseorang yang menderita penyakitrohani dan jasmani. Agar bisa menjalani sisa usianya dengan tenang dandamai, sudah semestinya Pak Hartodibebaskan dari semua beban hukum.Biarlah Pak Harto jadi bagian masalalu.Ada baiknya bangsa ini belajar dariAfrika Selatan—mengakhiri balasdendam untuk membangun masadepan di atas landasan kebersamaan.■13