Page 66 - Majalah Berita Indonesia Edisi 19
P. 66
66 BERITAINDONESIA, 24 Agustus 2006BERITA BUDAYALakon ini tentang perdagangan seks anak-anak di bawahumur. Mencerminkan kebobrokan sistem sebuah negeri.eorang perempuan berbaring disebuah dipan kayu yang keras, didalam sel yang gelap dan pengap.Sebentar lagi kehidupannya berakhir. Hakim sudah menjatuhkan vonishukuman mati untuknya. Tetapi perempuan itu, dengan mata berbinar berkatamenantang, “Aku ingin ditiduri presiden!”Itu adalah sekelumit adegan “Jamiladan Sang Presiden” yang dipentaskanTeater Satu Merah Panggung yang dimotori Ratna Sarumpaet. Naskahnyaditulis Ratna sendiri dari sebuah kisahnyata di daerah Ngawi, Jawa Timur tahun1993.Jamila, adalah seorang pelacur. Iamenjadi potret dari puluhan juta anakanak yang dijual untuk dijadikan budaknafsu di bawah umur. Ayahnyalah yangmenjualnya kepada seorang germo. Meskiakhirnya ia diangkat anak oleh sebuahkeluarga terhormat, ia malah diperkosa.Nasib buruknya belum berakhir ketika iadivonis hukuman mati akibat membunuhseorang pejabat negara, pelanggannya.Selain penulis naskah, Ratna jugamenyutradarai pementasannya. Ia menggunakan dua pentas sekaligus di atas satupanggung dengan dua cerita, masa kinidan masa lalu, berselang-seling. Maka,tokoh Jamila pun diperankan oleh duaorang pemain, yang mewakili Jamilaremaja dan Jamila dewasa.Investor Daily, 31 Juli 2006, menganggap ada kesamaan antara kisah Jamiladengan novel “Perempuan di Titik Nol”karya sastrawan perempuan Mesir, Dokter Nawal El Saadawi. Novel itu jugaberkisah tentang seorang perempuanyang menjadi pelacur karena sistem.Kedua kisah itu sama-sama mencerminkan kebobrokan moral di sebuahnegeri. Kemiskinan dan kebodohan yangakhirnya menjadi kekufuran. Sehinggasebagai jalan pintas menuju kekayaandengan menggadaikan anak sendiri.Dalam jumpa pers yang juga dihadirioleh Berita Indonesia, Ratna menjelaskan, bahwa pementasan teater yang ke66 ini berawal dari pertemuan dirinyadengan Unicef sekitar tahun 2004 lalu.Unicef meminta Ratna untuk membuatsebuah naskah drama yang akan digunakan sebagai alat kampanye dalammenyuarakan pemberantasan perdagangan seks anak-anak di bawah umur.Atas permintaan itulah, timbul ide untukmembuat naskah tersebut, yang dalamhitungan hari sudah siap dan digelar dilima kota besar, Jakarta (25-28 Juli),Surabaya (4-5 Agustus), Medan (11-12Agustus), Bandung (21-22 Agustus) danPalembang (25-26 Agustus).Sebuah refleksiRatna lebih dahulu melakukan penelitian untuk mendapatkan data akurat,berangkat dari realita yang terjadi didalam masyarakat. Karya-karya Ratnamemang sanggup menohok. Pementasanmonolog “Marsinah Menggugat” yangkemudian dicekal pemerintah sempatmencuat secara internasional. Ia menggunakan sound effect derap sepatu tentarayang diulang-ulang. Dengan fantasi yangcantik, religius, hal serupa kembalidiulang Ratna dalam “ALIA, Luka Serambi Mekah,” lebih menohok karenalebih terbuka.Untuk meyakinkan pihak Unicef dalampembuatan naskah tersebut, Ratna telahmengunjungi lima kota, yakni Kota Batam, Solo dan Surabaya yang dibiayaipihak Unicef. Sedangkan dua kota besarlainnya seperti Kota Kalimantan danIndramayu merupakan biayanya sendiri.Sehingga dia tahu betul masalah yangmendasar kenapa terjadi pelacuran danperdagangan anak-anak di bawah umuradalah merupakan kasus amoral, yangfaktor utamanya dikarenakan kebodohandan kemiskinan.Pertunjukan selama dua jam itu sanggup memotret perdagangan seks anakanak di bawah umur yang terjadi di Indonesia, yang pada umumnya adalah akibatpenipuan oleh para agen pekerja, baikyang beroperasi secara legal dan ilegal,termasuk penculikan.Pementasan ini tidak akan memberipetunjuk tentang jalan keluar, apalagimenggurui. Sebagai penulis dan sutradara, Ratna hanya ingin menawarkanrefleksi untuk membuka mata semua orang, bahwa pelacuran dan perdaganganseks anak-anak di bawah umur adalahkasus amoral yang datang dari kemiskinan dan kebodohan. Am, RHKala Jamila Menggugat MoralBERITAINDONESIA, 24 Agustus 2006S66foto: berindo wilson