Page 63 - Majalah Berita Indonesia Edisi 19
P. 63


                                    BERITAINDONESIA, 24 Agustus 2006 63BERITA DAERAHDamai via Bakar Batuetegangan di Kwamki Lama,Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika, Papua mulaimereda. Perang tradisonalyang melibatkan dua kelompok masyarakat yang masih ada kaitan saudara darisuku Dani dan suku Damal tidak terlihatlagi. Kubu Elminus Mom dari suku Dani,Selasa (1/8) lalu bahkan telah menggelarupacara adat ‘bakar batu’ sebagai pertanda penghentian perang.Dalam upacara itu dilakukan pembakaran 100 ayam dan dua ekor babi sumbangan Bupati Timika, Klemen Tinal.“Dengan bakar batu ini, kami dan kubuyang bertikai sudah sepakat menghentikan perang. Wae mum (Panglima perangred) dari kubu yang bertikai akan bertemudan membicarakan upaya penyelesaian,”ujar Elminus Mom yang juga Panglimaperang kelompok tengah. (Indo Pos, 2/8)Kesepakatan kedua kelompok yangberperang ini tentu melegakan semuapihak. Terutama pihak pemda kabupatenMimika dan aparat kepolisian serta tokohmasyarakat, agama dan adat. Karenaperang tradisonal yang menggunakanpanah, tombak dan parang sejak tanggal23 Juli lalu itu telah meminta korban 10orang tewas dan lebih dari 110 orang lukaluka. Beberapa diantaranya terpaksadirawat di Rumah Sakit Mitra Masyarakatdi Timika. Selain itu, sebanyak 8 rumahdibakar massa.Perang yang melibatkan suku Dani danDamal, menurut Kapolres Mimika AjunKomisaris Polisi Jimmy Tuilan, bermuladari persoalan salah paham semata. Yaknimeninggalnya anak Jhoni Murib, KepalaKampung Utikini Baru di Satuan Pemukiman (SP) 13. Kerabat Jhoni dari sukuDani menuduh kematian penderita epilepsi yang hanyut di sungai itu disebabkankelalaian Yonsi Mom dari suku Damal.Dalam perselisihan itu, seorang pelayatwarga suku Dani dari kampung KwamkiLama, Abinus Kogoya, terkena panahhingga tewas. Kejadian ini kemudianmerebak menjadi perang antar suku diKwamki Lama. Darah pun mengalirmembasahi bumi dari kedua kelompokyang berperang.Sebagaimana diberitakan, perangantarkelompok yang meminta banyakkorban ini membuat aparat keamanan harus bekerja keras. Sejumlah anggota polisipengendali massa dan Brimob dikerahkanuntuk mengamankan lokasi dari pertikaian yang berkepanjangan. Pihak PolresMimika maupun Polda Papua juga melakukan pendekatan kepada para tokohagama, tokoh adat dan kepala suku.Sebelumnya, kubu Yakobus Kogoyayang merupakan gabungan massa dariKwamki Atas dan Bawah juga menggelarupacara adat untuk menghentikan perang. Mereka menggelar ritual InambeAgi, yakni upacara buang napas ataubuang dendam. Namun ternyata merekabentrok lagi yang mengakibatkan sejumlah orang luka terkena panah dantombak.Perang tradisional di Timika, Papuamemang bukan hal yang baru. Penyebabnya pun beragam. Begitu dikemukakanKomisaris Besar Polisi, Paulus Waterpauw, Direktur Reserse Kriminal PoldaPapua yang sebelumnya menjabat Kapolres Timika. Pendapat ini dikuatkanAgus Sumule, dosen dan peneliti dari Universitas Negeri Papua. (Kompas, 27/7).”Tahun 2004 terjadi perang suku yangdipicu pro kontra pemekaran. Butuhwaktu dua bulan sebelum tercapai kesepakatan upacara perdamaian bakar batu,”ujar Paulus. Kemudian di tahun 2005,sebuah peristiwa kematian di SP 12Jayanti berkembang menjadi perangtradisional di Kwamki Lama. Kini kematian yang terjadi di SP 13 juga menjadiperang di Kwamki Lama.Mengapa di Kwamki Lama? Padahalpemicunya adalah kematian anak di SP 13yang berjarak sekitar 20 km dari KwamkiLama?.“Kedua suku yang bertikai ini secarafisik mereka tinggal bersama namunhakekatnya mereka tidak tinggal bersama.Di Kwamki Lama ada jalur-jalur jalan. Disetiap jalur orang tidak bermukim membaur. Mereka tinggal berkelompok berdasarkan suku, keret atau marga. Itusangat rentan menimbulkan konflik,” ujarAgus Sumule.Kendati proses perdamaian telah dirintis, menurut adat, masih ada tahapantahapan yang harus dilalui. Pertama,acara membakar batu sebagai tandapenghentian perang. Kedua, acara dudukbersama dengan menghadirkan kubulawan untuk proses perdamaian yangsesungguhnya. Satu ritual yang sangatpenting pada tahap ini adalah kedua belahpihak memasuki pintu dari lengkungankayu. Ini sebagai simbol bahwa keduanyasudah bisa memasuki daerah kekuasaanmasing-masing. Ketiga, membakar batubersama antara kaum pria dan warga luaryang turut memberi andil pada perdamaian. Tahap keempat adalah pertemuan bersama antara pihak korban danmassa dari kubu yang dibelanya. „ SPDua kelompok yang bertikai di Kwamki Lama setujumenghentikan perang. Kubu Elminus Mom dari suku Danibahkan sudah melakukan upacara bakar batu. Wae mumkedua pihak sepakat bertemu.Kfoto: repro
                                
   57   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67