Page 59 - Majalah Berita Indonesia Edisi 19
P. 59


                                    BERITAINDONESIA, 24 Agustus 2006 59BERITA WAWANCARApa (Asisten Deputi Urusan Analisis Kebutuhan IPTEK Kementerian Ristek)esialisasi Penanganan Bencanadi Indonesia. Kita di Indonesia memangtidak punya banyak waktu antara gempahingga terjadinya tsunami. Ini yang agakmenyulitkan kita. Dalam kondisi sepertiitu boleh kita tergantung kepada peralatan, seperti alat pendeteksi gempa.Tapi jangan dilupakan kesiapan masyarakat. Karena berapapun canggihnya peralatan, kalau masyarakat tidak siap akansia-sia. Ditambah lagi kita tidak punyawaktu yang agak lama.Contohnya, di Pulau Simeulue ketikagempa Aceh itu, hanya tujuh orang yangtewas. Itu karena masyarakatnya sejakzaman dulu sudah terbiasa dan bisamembaca situasi alamnya. Mereka tidakpunya alat canggih tapi begitu merasakangempa, mereka segera membaca tandatanda alam bahwa akan terjadi tsunamidan segera menyelamatkan diri. Ini kitanamakan kearifan lokal. Kekuranganperalatan yang dimiliki, harus kita kombinasikan dengan kearifan lokal ituuntuk mengurangi korban akibat gempadan tsunami. Dalam kasus Merapi, kitapunya Mbah Marijan, meski itu kontroversial. Tapi itu adalah salah satu kearifan lokal. Nah bagaimana metode itubisa dimasukkan dalam peringatan dinidan jangan mengandalkan pada peralatan.Peringatan dini yang disarankanRistek dalam masalah ini sepertiapa?Peringatan dini tidak bisa dilakukanoleh satu orang atau satu instansi. DanRistek hanya mengkoordinasikannyadengan instansi terkait. Bahkan tidak bisadilakukan oleh satu negara. India, Srilanka dan lain sebagainya itu sangat bergantung pada peringatan dini kita. Karenamereka punya waktu 2-3 jam pasca gempabaru akan terjadi tsunami. Sementara kitahanya punya waktu 10-30 menit setelahgempa, karena pusat gempanya ada dikita. Artinya sistem peringatan tidak bisadibatasi. Fungsi dari kantor ini adalahhanya berusaha untuk mengkoordinasikan dan mensosialisasikan sehingga bisamengurangi korban jiwa.Sebetulnya, saya ingin katakan bagaimana sih penanganan yang paling efektifagar pengurangan jumlah korban itu bisaberhasil. Jawabannya cuma satu yaitumeningkatkan kesejahteraan. Semakintinggi kesejahteraan seseorang makasemakin sadar dia akan keselamatandirinya. Tapi jalan menuju ke arah itusangat panjang. Dan ini adalah permasalahan bangsa ini.Jumlah ideal seismograf yangharus kita miliki berapa?Saat ini sudah ada 58 buah, dan padaakhir 2006 direncanakan akan mencapai80 buah dan pada 2007 diharapkanmencapai 160 buah yang diperlukan,dalam artian untuk mendapatkan hasilkurang dari lima menit setelah gempa.Kalau sekarang, kita baru mendapatkanhasil sekitar 8 menit setelah terjadiJadi anda berpikir perlu adasebuah lembaga pendidikan denganspesialisasi masalah itu?Iya. Bolehlah yang menangani daridisiplin ilmu apa saja awalnya. Tapi perluada suatu pendidikan lanjutan yangspesialisasinya memfokuskan diri padapenanganan bencana. Bencana itu tidakhanya gempa, tapi juga banjir, kekeringan, asap dan kebakaran. Orang Bakornas itu belum tentu bisa menanganisemuanya. Satu hal lagi banyak tujuantujuan tersembunyi di balik bantuanbencana itu. Ini harus ditangani secarabaik dan benar. Artinya jangan salahkanbencana dan hanya meratap saja.Anda melihat ada nuansa bisnisdan proyek setiap terjadi bencana?Coba Anda lihat setiap terjadi bencana,bantuan luar begitu banyak. Mereka jugatentu punya tujuan selanjutnya. Buatmereka itu bisnis. Itu sudah ada yangmembayar. Siapa yang membayar tentupembayar pajak di negara mereka. Tapiitu baru pada tahap awalnya. Katakanlahperusahaan industrinya. Agenda tersembunyinya kan ada. Tapi begitu selesai,begitu banyak peralatan dan teknologiyang kita butuhkan. Sementara kita belumpunya industri sendiri di dalam negeri. Disini pula muncul proyek pengadaan itu.Oleh karena itu, dalam jangka panjangbagaimana kita harus kuat dalam bidangindustri sehingga kita punya industridalam negeri meski harus melewati prosesalih teknologi. Tidak mungkin kita harusmembeli terus, tapi kita harus bisamenciptakan sendiri. Jangan hanyadilihat ujungnya bencana tapi lebih dariitu adalah agenda tersembunyi di belakangnya. Kita ini nggak sadar-sadarsoalnya.Untuk itu, sebenarnya apa yangsaat ini harus segera diupayakan?Menurut saya, kita harus punya HariPenanganan Bencana Nasional. Pada hariitu, kita semua melakukan simulasi penanganan bencana. Kemudian kita rumuskan bagaimana membangun bangsayang siap menghadapi bencana. Memangada masalah implementasi dan pendidikan. Tapi ada masalah yang lebih besarlagi yaitu masalah kultur. Misalnya padasaat bencana, 100 rumah rusak, tapi sehari kemudian rumah yang rusak menjadi200 rumah, itu kan masalah kultur. Iniharus ada semacam kurikulum yangbenar menanamkan nilai-nilai kejujuransejak dini terhadap generasi kita. „ SB, RHgempa. Waktu gempa di Aceh, sekitar 30menit.Kira-kira harga satu unit seismograf itu berapa?Kalau bicara soal harga, selain hargaalat itu sendiri, juga masih ada banyakkomponen lain yang membutuhkan anggaran. Katakanlah lahannya, biaya pembangunan, belum lagi perawatan dantenaga ahlinya.Sehingga cukup banyak biaya ikutandari alat itu. Katakanlah alat ada. Tapi kitaharus mencari dimana alat itu ditempatkan sehingga bisa berfungsi maksimal.Kalau tidak berfungsi maksimal tentu sajapercuma. Artinya, disini perlu survei.Konstruksinya pun harus benar agar diadapat mengukur dengan benar. Kemudian bagaimana hasilnya itu segerasampai ke tangan kita atau kantor regionalatau kantor pusat. Saya pikir bukan hanyamasalah berapa mahal harga seismografnya, tapi juga membutuhkan SDM yanglain pula.Hal lainnya adalah banyak orang yangterlibat dalam bencana ini. Masa orangyang terlibat itu tidak ada yang punyaspesialisasi penanganan bencana?BIODATANama : DR. Pariatmono SukamdoLahir : 11 Januari 1962Pekerjaan : Structural EngineerPendidikan :fl Civil Engineering, Bandung Institute ofTechnology (ITB), Indonesia, 1986fl Master of Science in Structural SteelDesign, Structures Section, Department of Civil Engineering, ImperialCollege of Science, Technology andMedicine, London, UK, 1989fl Doctor of Philosophy in Structural Stability, Structures Section, Departmentof Civil Engineering, Imperial Collegeof Science, Technology and Medicine,London, UK, 1994.
                                
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63