Page 56 - Majalah Berita Indonesia Edisi 19
P. 56


                                    56 BERITAINDONESIA, 24 Agustus 2006BERITA KHUSUSHypermarket Menuai BadaiPresiden Susilo Bambang Yudhoyono berjanji menerbitkanPerpres yang melindungi pedagang pasar tradisional.Pedagang pasar menunggu realisasi.dagang.Kendati belum ada data resmi berapabanyak pelanggan pasar tradisional yangberalih ke hypermarket, tapi yang jelaspendapatan para pedagang yang lokasinyaberdekatan dengan hypermarket semakinmenipis. “Ini perlu mendapat perhatianbersama,” tegas Ibih.Memang, hypermarket dengan berbagaifasilitas, ruangan ber-AC dan area jualantertata rapi serta harga yang bersaingmenjadi daya tarik tersendiri. Namun Ibihmenyatakan sangat tidak tepat jika masalah itu menjadi acuan. “Membandingkan dan kompetitif dengan pasartradisionil, bukan pada tempatnya kitabanding-bandingkan” tegasnya.Justru yang menjadi pertanyaan adalahsejauhmana kebijakan pemerintah menghadapi situasi ini. Padahal banyak pihakmengakui sektor informal inilah yangmampu bertahan dari goncangan resesiIndonesia pasca Mei 1998 hingga saat ini.Fakta menunjukkan, akibat krisis ekonomi itu tidak terhitung perusahaan besarbertumbangan, bagaikan daun berguguran jatuh ke bumi.“Terpaan badai resesi itu memangterbukti tidak mampu mengoyahkaneksistensi sektor informal. Namun terpaan hypermarket belum mampu dibendung oleh pemerintah. Bukti itu tidakterhitung jumlahnya”, kata Ibih serayamengingatkan pemerintah untuk mencarisolusinya.Menurut Ibih, APPSI sudah bertemuPresiden Susilo Bambang Yudhoyono.Bahkan dalam amanatnya saat menghadiri HUT APPSI di Istora Senayan,Presiden secara tegas dan jelas memberikan dukungan kepada para pedagangpasar. “Presiden menugaskan MenteriPerdagangan yang juga hadir pada acaraitu untuk menyiapkan peraturan dandikonsultasikan perkembangannya kepada Presiden, dan nanti diterbitkanPerpres”, ujar Ibih.Namun, kendati sudah berjalan duabulan, Ibih menyatakan belum ada tandatanda dari Menteri Perdagangan untukmerealisasikan petunjuk presiden itu.“Saya percaya kepada Presiden dan menyadari kesibukan beliau. Tapi saya tidakpercaya di bawahnya (Menteri Perdagangan). Nanti ingin saya tanyakan kembali kepada beliau (Presiden),” kata Ibih.“Para pedagang pasar sudah merasakankeberadaan hypermarket merugikanmereka. Satu-satu jalan agar tidak terjadikerugian pada semua pihak, adalahkeluarnya Peraturan Presiden. Itu kitatunggu,” tambahnya. „ Riedagang pasar tradisional di seluruh Indonesia saat ini menunggu dengan serius terbitnyaPeraturan Presiden (Perpres)yang memberi perlindungan kepadamereka. Perpres itu dijanjikan PresidenSusilo Bambang Yudhoyono saat bertatapmuka dengan para pedagang yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang PasarSeluruh Indonesia (APPSI) di Istora Senayan, dua bulan lalu.Terbitnya Perpres memang sangatmereka dambakan. Pasalnya, pasar tradisional menghadapi berbagai tantanganberat. Mulai dari tantangan akibat imbasperubahan cuaca di berbagai daerahseperti musim hujan yang mengakibatkanbanjir, kemarau yang berujung padakekeringan, sampai pada bencana gempabumi dan tsunami.Kesemuanya itu, menurut Ketua APPSI,Ibih TG Hasan secara langsung maupuntak langsung berpengaruh pada kegiatanusaha mereka. Diantaranya adalah terkendalanya lalu lintas dan suplay hasilpertanian yang menjadi komoditi perdagangan mereka. Kendati begitu, semuakendala yang disebabkan gejala alam tidakterlalu dirisaukan dan dianggap sebagaidinamika pedagang.Satu hal yang dianggap ancaman palingserius justru dari luar itu. Yakni, maraknya pembangunan pasar-pasar modernatau hypermaket yang bagaikan jamur dimusim hujan. Mengguritanya hypermaket di Indonesia seakan tak terkendalikan oleh pemerintah karena alasan globalisasi atau pasar bebas. Para pedagangmempertanyakan apakah kondisi yangdemikian ini sengaja dibiarkan oleh pemerintah. Karena leluasanya pengusahahypermaket merambah ke daerah-daerahdirasakan secara sistematis, perlahanlahan namun pasti, menggusur eksistensipedagang pasar tradisional.“Serbuan hypermaket ke tempat pemukiman penduduk atau istilah jemputbola, sudah menggurita dan terkesantidak ada lagi batasan. Juga tidak adanyaketentuan yang mengatur boleh dantidaknya usaha waralaba ini masuk kearea yang berdekatan dengan pasartradisional. Bahkan, tak jarang ada pasarbertetangga dengan hypermarket. Kondisi ini bisa melebihi sengatan panasmatahari,” ujar Ibih TG Hasan kepadaSamsuri dari Berita Indonesia.Betapa tidak, ungkap Ibih. Karena bila‘serbuan’ itu dibiarkan berlarut-larut,akan sangat mempengaruhi pendapatanpedagang pasar seluruh Indonesia yangmencapai lebih Rp. 300 triliun per tahunatau sekitar Rp 1 triliun per hari. Kiprahpedagang pasar yang mampu menggerakkan sektor riil ini, menurut Ibih,merupakan aset bangsa yang luar biasa.Ibih yang mengorganisir lebih dari tigajuta pedagang pasar di seluruh Indonesia,berharap pemerintah dapat menciptakankondisi yang kondusif. Apalagi daya belimasyarakat semakin menurun dan jelasberpengaruh terhadap pendapatan pePIbih T.G. Hasan: Menunggu peraturan Presidenfoto: berindo samsuri
                                
   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60