Page 50 - Majalah Berita Indonesia Edisi 19
P. 50
50 BERITAINDONESIA, 24 Agustus 2006BERITA EKONOMIPengangguran danPengelolaan APBNSalah satu permasalahan yang paling pokok yangmenghantui perekonomian Indonesia dewasa ini, tepatnyasetelah krisis ekonomi pertengahan 1997 adalah tingginyatingkat pengangguran dan kemiskinan. Menurut GubernurBank Indonesia Burhanuddin Abdullah, seperti yangdilaporkan Harian Suara Pembaruan, Kamis (18/5), hal itudisebabkan pertumbuhan ekonomi yang belum mampumenyerap tenaga kerja baru yang berkisar 2000-4000orang per hari.enurut Kepala Badan PusatStatistik (BPS) Choiril Maksum, dalam release bulananBPS, seperti dilaporkan Harian Media Indonesia (2/6), total angkatan kerja pada Februari 2006 mencapai106,3 juta orang atau bertambah 500 ribudibandingkan dengan total angkatan kerjaFebruari 2005. Dari total angkatan kerjayang ada pada Februari 2006, jumlahyang bekerja sebanyak 95,2 juta orang(10,4%) atau hanya bertambah sebanyak300 ribu jika dibandingkan dengan angkapengangguran pada Februari 2005. Inimenunjukkan pertambahan jumlah penganggur sebanyak 200 ribu orang padatahun 2006.Akan tetapi, ekonom Hendri Saparini,sebagaimana yang dilaporkan HarianMedia Indonesia (3/6), membantah klaimBPS yang menyebutkan jumlah pendudukyang bekerja sebesar 95,2 juta orang atau10,4%. Menurut perkiraannya, tingkatpengangguran terbuka di Indonesia pada2006 tetap berada di atas 11% dari totalangkatan kerja. Adapun angka pengangguran 10,4% yang diumumkan BPS, disebabkan momentum pencacahan, bukankarena faktor pertumbuhan ekonomi.Menurutnya, pada saat pencacahan,bersamaan dengan musim panen raya,sehingga seakan-akan sebagian besarangkatan kerja bekerja pada sektor informal pertanian.Di pihak lain, ekonom Bank Dunia William Wallace, seperti dilaporkan HarianSuara Pembaruan (6/11), mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesiadalam beberapa tahun terakhir, belummampu menciptakan lapangan kerjabaru. Hal itu dikemukakan Wallace dalamsebuah laporan singkat menjelang RapatTahunan ke-15 Consultative Group on Indonesia (CGI), Senin (12/6). Indikasi kearah itu dilihat dari tingkat pengangguranterbuka yang saat ini sudah mencapai10,4%, dan diperkirakan akan terus bertambah.Penyerapan Tenaga KerjaMenurut kajian Badan PerencanaanPembangunan Nasional (BAPPENAS),yang dilangsir Harian Bisnis Indonesia,Jumat (19/5), untuk mengurangi tingkatpengangguran yang tinggi, maka setiap 1%pertumbuhan ekonomi harus mampumenyerap tenaga kerja sebesar 400.000-500.000. Namun, dalam kenyataannya,setiap 1% pertumbuhan ekonomi tersebuthanya mampu menyediakan 180.000-250.000 lapangan kerja baru.Rendahnya tingkat penyerapan tenagakerja ini, berkaitan langsung denganinvestasi yang lebih banyak pada sektorpadat modal, bukan investasi yang padatkarya. Menurut kepala Bappenas PaskahSuzetta, untuk mencapai target tingkatpengangguran terbuka sebesar 8% dantingkat kemiskinan 5,1% pada 2009dibutuhkan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 8-10% dalam tahun 2007-2009.Tingkat Pengangguran danInvestasiSaat ini tingkat pengangguran terbukamasih bertengger di 10,4% dari totalangkatan kerja sebesar 106 juta tahun2006. Namun, versi lain di luar perhitungan pemerintah menyebutkan angka pengangguran terbuka 11% atau 13,2 jutaorang. Dalam upaya mengurangi tingkatpengangguran ini, maka satu-satunyaupaya yang harus dilakukan adalah mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal itu hanya dapatdiwujudkan dengan peningkatan jumlahinvestasi. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana aliran investasitersebut diarahkan pada sektor-sektorpadat karya.Ada 3 (tiga) komponen utama aliran investasi yang berperan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertama, investasiyang berasal dari dalam negeri, yang biasadisebut dengan Penanaman Modal dalamNegeri (PMDN). Kedua, investasi yangberasal dari luar negeri atau PenanamanModal Asing (PMA). Ketiga, investasipemerintah melalui alokasi dana APBN.Dari ketiga komponen investasi tersebut di atas, komponen ke tiga menjadisangat penting di antara dua komponenlainnya. Disebut berperan penting karenainvestasi pemerintah dapat diarahkan kesektor padat karya, sehingga penyerapantenaga kerjanya jauh lebih besar yakniantara 400.000-500.000 orang per 1%pertumbuhan ekonomi. Sedangkan investasi asing maupun swasta dalam negeritidak serta merta dapat diarahkan padasektor-sektor padat karya, bahkan cenderung ke sektor-sektor padat modal.Fungsi APBN sebagai StimulusPertumbuhanSalah satu parameter dalam mengukurkinerja perekonomian adalah performance APBN yang langsung berkaitandengan pertumbuhan ekonomi, melaluifungsi stimulusnya. APBN merupakansalah satu sumber investasi yang dialokasikan ke sejumlah sektor, sehinggadapat mendongkrak kinerja perekonomian pada sektor-sektor tersebut serta menyediakan lapangan kerja baru.Walaupun APBN merupakan perhitungan anggaran tahunan, namun performance-nya tidak terlepas dari tahuntahun sebelumnya. Performance APBNyang baik dalam satu tahun, akan mendorong semakin membaiknya kinerjaAPBN pada tahun-tahun berikutnya.Dalam hal ini, posisi surplus ataupundefisit merupakan indikasi dari kinerjaperekonomian nasional. Kinerja APBNyang surplus, akan mendorong peningkatan alokasi investasi pemerintah, khususnya di bidang pengembangan infraM