Page 26 - Majalah Berita Indonesia Edisi 36
P. 26


                                    26 BERITAINDONESIA, 26 April 2007BERITA UTAMAsatu orang yang terendam air, daripadakita menata seperti itu.Katakan, ‘diperlukan puluhan miliardollar’, oh sekali hutang saja 40 miliar(dollar), nah mengapa bukan itu.‘Oh, darimana dananya’, orang Indonesia kaya. Karena jumlah penduduknya240 juta. Ambil 10 persen yang punyauang diam, masing-masing 100 ribu dollar. Juallah obligasi kepada bangsa janganke luar negeri. Jangan pula mencetakobligasi yang cincai-cincai satu dollar duadollar. Paling murah 1.000 dollar satusurat berharga, banyak orang yang bisamembelinya.Lha, sejumlah itu apakah mungkinmengumpulkan 100 miliar dollar AS.Sangat mungkin. Bisakah kembali dengantempo cepat? Sangat bisa, mengapa tidak?Sebab air berjalan. Ada transportasi air,ada wisata air, kemudian ada ketenanganjiwa. Terjadilah Ibukota menjadi tenang.Kemudian tidak usah digembar-gemborkan istilah megapolitan dan sebagainya. Setelah dibuat seperti itu makadiputuskanlah oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Ibukota Negara Indonesiaadalah Jakarta yang dibatasi oleh sungaibaru “Letter U”. Selesai. Rakyat tidakberdebat.Gubernur Jawa Barat tidak akan melawan, Gubernur Banten tidak akan melawan. Gubernur Jakarta tidak akanbangga la wong keputusan, menjadilahIbukota Negara Republik Indonesia.sama 100 (meter), kanan-kiri ada jalan50-50 meter.Kemudian ke timur, kanal sampai keKarawang yang lurusannya nanti Rengasdengklok. Keluar dari sana ada yangnamanya Tanjung Jaya. Kalau di Tangerang sana ada Tanjung Kait.Kalau itu dibuat maka terjadi, IbukotaJakarta itu luasannya dari titik Monas 60kilometer ke selatan. Kemudian dari titikMonas ke utara 30 atau kurang lebih 20kilometer. Berarti hampir 80 atau 100 kilometer.Kemudian timur-barat (dari Monas)sampai ke lurusan Kresek sana 60 kilometer, dari Kresek itu mungkin juga sampailurusan Batu Jaya 60.Berarti nanti akan ada sungai “Letter U”60-60-60-60, yang totalnya menjadi 240kilometer mengitari Ibukota.Kitaran yang “Letter U” sudah barangpasti mencegat perjalanan aliran air yang13-15 sungai itu. Dan yang terkenal kalaudi tengah Ciliwung, di timur Citarum, dandi barat Cisadane sungai raksasa semua.Itu sudah terbendung dulu. Bukanberarti tidak boleh mengalir (tapi) adaparas kontrol.Dengan adanya yang 240 kilometer adapenanggulangan lalulintas. Ada orangkurang senang jalan di darat, dia jalan diair. Sebab ada jalan yang mendukungkanan-kiri tadi, 240 kilo kali dua.Sudah, manfaatnya besar bisa untukrekreasi, bisa menghasilkan uang, secaraestetikanya indah, arsitekturnya mendukung.Mengapa sungai Nil bisa seperti itu, kitatidak bisa buat? Dulu sungai Nil kalaubanjir bukan banjir air tetapi banjir buaya.Manusia Kairo banyak yang mati bukantenggelam tapi dimakan buaya. KalauJakarta, banyak yang sengsara karena air.Kemudian (sungai-sungai) yang masukdalam kota dinormalisir. Tidak usahmengusir penduduk tetap saja di situ.Perumahannya tidak boleh horizontal,mulailah vertikal.Sehingga di sisi-sisi sungai ada lahanyang luas. Katakan, Ciliwung yang dekatTebet, nanti di pengkolannya, kampungnya masih Kampung Tebet, kelurahannyamasih Kelurahan Tebet, kecamatan masihKecamatan Tebet. Mereka tidak usahdiusir karena sumber budaya ada dikampung-kampung itu.Baru dibuat perumahan ke atas. Ada1.000 kepala keluarga (KK) dalam saturumah vertikal yang tadinya mendiami200 meter lahan. Maka lahan yang ditinggalkan, 200 meter kali 1.000 KK samadengan 200.000 meter persegi itu dijadikan halaman, tempat sekolah, tempatolahraga, tempat rekreasi, tempat penghijauan lingkungan. Rumah cukup naik keatas untuk 1.000 KK. Untuk pengontrolankependudukan lebih aman dan lebihterkontrol.Jadi andainya seperti itu maka di dalamkota ada pilihan jalan. Ah, saya mau lewatCiliwung saja, oh, saya mau lewat Ciliwung pinggiran kanan atau kiri. Makatidak ada kesulitan jalan raya. Jadi bukankarena banyaknya kendaraan Jakartamacet, tapi manajemennya yang kurangtertata.‘Oh, biayanya mahal’ (kata orang), ohmemang mahal. Tapi lebih mahal jiwaSyaykh AS Panji Gumilang.Syaykh menjelaskan “Mimpi untuk Jakarta“ kepada Pemfoto-foto: berindo wilson
                                
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30