Page 29 - Majalah Berita Indonesia Edisi 36
P. 29
BERITAINDONESIA, 26 April 2007 29LINTAS TAJUKKesejahteraan PetaniPetani selalu jadi buah bibir setiap kali menyinggungmasalah pangan di dalam negeri. Sebaliknya,kesejahteraan mereka jarang dibicarakan bahkan hampirdilupakan, padahal 60 persen rakyat Indonesia hidup darisektor pertanian.khir Maret lalu, pemerintahmenaikkan harga pembelianpemerintah (HPP) untuk gabah dan beras antara 12,7%-17,6%. HPP untuk gabah kering panen(GKP) dinaikkan dari Rp1.730 menjadi Rp2000 per kg di tingkat petani, HPP gabahkering giling (GKG) dari Rp 2.250 menjadiRp 2.750 per kg di penggilingan, dan HPPberas di gudang Bulog dari Rp 3.550menjadi Rp 4.000 per kg. Kebijakanpemerintah melalui Inpres No.3/2007 itumenjadi tajuk utama sebagian besarharian ibu kota awal April ini.Harian Bisnis Indonesia (2/4) menulis,kebijakan itu sepantasnya direalisasikanNovember-Desember 2006 lalu, karenasaat itu masa tanam belum berlangsungsehingga masih ada kesempatan menggenjot kegairahan petani. Meski demikian, kebijakan terlambat itu tetap sajamemiliki nilai positif, setidaknya untukmengurangi kemungkinan defisit berasIndonesia yang oleh Food and AgricultureOrganization (FAO) dan United StatesDepartement of Agriculture (USDA)diperkirakan 1,8 juta ton sepanjang tahun2007.Kenaikan HPP tersebut, tulis BI, jugadimaksudkan mendongkrak tingkat kesejahteraan petani. Namun lebih daripadaitu, sudah saatnya petani tidak sematamata ditempatkan sebagai obyek sekadarpodusen padi. Menyinggung rencanapemerintah membentuk lembaga pembaruan agraria, harian ini menyarankanagar di dalam programnya mengikutsertakan petani.Mengenai masalah yang sama, harianMedia Indonesia (2/4) memberi judultajuknya dengan nada menyindir: “Ternyata Pemerintah masih Ingat Petani.”MI menilai kenaikan harga gabah danberas petani ditentukan oleh ingatan pemerintah. Kalau pemerintah ingat, harganya mulai dipikirkan, itu pun tidak berartiharga dinaikkan. Dan kalau tidak ingat,harga lama yang berlaku. Kenaikan HPPtersebut tentu sangat menggembirakanpetani padi dan kita semua, karena pemerintah ingat kembali nasib rakyatnyayang bergumul di sawah, yang memenuhikebutuhan pokok kita akan beras.Menurut harian ini, dengan kenaikanHPP, nasib petani padi tidak serta mertadiselamatkan. Masih ada kekuasaanekonomi, dalam hal ini lintah darat, yangakan mencekik lebih kencang. Selama ini,belum ada pemerintah yang nyata-nyataberhasil membangun kekuatan ekonomipetani padi melalui kredit mikro. Karenaitu menurut MI, negeri ini memerlukanbank seperti yang didirikan MuhammadYunus di Bangladesh. Maksudnya supayakenaikan harga gabah betul-betul dinikmati petani padi, bukan malah menggembungkan pundi-pundi tengkulak.Pendapat senada disampaikan harianKompas pada tajuknya (3/4). Keputusanpemerintah menaikkan harga pembeliangabah petani, menurut koran sangatberpengaruh ini, merupakan langkahtepat untuk memberikan insentif, sekaligus memperbaiki kehidupan petani.Selama ini petani selalu diminta untukberkorban. Dengan berbagai cara, pemerintah berusaha menekan harga kebutuhan pokok ke tingkat yang rendah denganmengimpor beras. Alasannya, petani Indonesia adalah produsen sekaligus konsumen, selalu dijadikan pembenaran.Menurut Kompas, yang tidak pernahdisadari, 60% penduduk Indonesia masihhidup dari sektor pertanian. Sekarangdengan insentif ini, petani akan semakinbersemangat menjalankan profesinya.Secara perlahan akan bisa dilihat bagaimana para petani memperbaiki kualitashidup keluarga mereka. Tapi untuk mendukung kebijakan ini agar benar-benarterlaksana, diperlukan upaya keras pemerintah dengan seluruh perangkatnya.Tugas terberat adalah bagaimana hargapatokan dasar tersebut bisa berlaku dilapangan, sehingga petani mendapatkanhak yang memang seharusnya merekaterima.Sedangkan tajuk harian Republika (3/4), meragukan keberhasilan dari upayamenaikkan HPP tersebut seiring dengankebijakan pemerintah membuka kesempatan ekspor pupuk. Menurut koran ini,kenaikan HPP memang sudah lama ditunggu petani, apalagi setelah pencabutansubsidi bahan bakar yang membuat biayaproduksi melambung. Dengan kenaikanini, banyak kalangan memprediksi, petaniakan menikmati keuntungan sampai 30%setelah memperhitungkan ongkos produksi.Kenaikan itu menurut Republika cukupmenggembirakan. Di satu sisi, petani bisamenikmati untung, dan di sisi lain hargayang ditetapkan juga dinilai tidak terlalutinggi bagi konsumen. Bulog pun agaknyasudah siap menyerap produksi petani. Bilakeseimbangan terus terjaga, keinginanuntuk menyejahterakan petani bisa tercapai.Republika menyesalkan keputusan pemerintah yang membuka kembali eksporpupuk, sehingga akan membuat kenaikanHPP gabah dan beras itu jadi percuma.Karena, dengan dibukanya kesempatanekspor pupuk, produsen akan lebih tergiurmengekspor, akibatnya stok pupuk dalamnegeri berkurang. Akibat selanjutnya,harga pun akan naik, berarti menaikkanbiaya produksi petani. Dengan demikian,keuntungan petani yang diharapkan darikenaikan HPP, bakal kembali terseretturun.Kenaikan HPP memang diharapkanmampu mengangkat kesejahteraan petani. Namun keraguan kembali munculketika pemerintah membuka kran eksporpupuk. Sampai kapan harapan itu bisaterjaga? Keraguan tersebut, menurutRepublika, mesti dijawab dengan kebijakan komprehensif untuk menyeimbangkan kepentingan petani, konsumen, danindustri pupuk. Jangan sampai salah satunya berada di posisi sulit hanya karenakepentingan sempit. MS, SHA