Page 31 - Majalah Berita Indonesia Edisi 36
P. 31


                                    BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006 31BERITA KHASBERITAINDONESIA, 26 April 2007 31ia 2030(FAEZ).Namun Salahuddin menerima shortmessage service (SMS) dari temannya:“Dengan asumsi pendapatan per kapitaper tahun saat ini, USD 1.500, rata-ratapertumbuhan 7,9%, pertumbuhan penduduk 0,9%/tahun, maka pendapatan perkepala per tahun (PKT) pada2030=1,061>23x1.500=USD 7.110. AngkaUSD 18.000 tidak masuk akal.”Kompas, suratkabar yang beredar luasdan sangat berpengaruh, juga menurunkan artikel yang ditulis pakar ekonomi,Djisman Simandjuntak (26/3) yang jugamenanggapi VI-2030. Dalam kalimatkalimat yang diplomatis, Djisman menulis: perubahan arsitektural lumrahdalam perjalanan panjang suatu bangsa.Dalam epik maupun sejarah, hal itu dapatterjadi di buritan suatu krisis besar. Leninpun pada awal sejarah sentralisme beralihke Kebijakan Ekonomi Baru ketika komunismenya membuat rakyat sangat menderita.Roosevelt di AS, tulis Djisman, meluncurkan kontrak sosial baru ketika ekonominya diterpa krisis besar. Deng Xiaoping meluncurkan empat modernisasi,termasuk pemulihan kebebasan ekonomi,ketika rakyat China bergumul dengankelangkaan parah dan ketertinggalanyang kian jauh dari tetangga-tetangganyadi buritan kebijakan ekonomi tertutup.Tulis Djisman, Indonesia juga bertindakserupa ketika jatuh dalam krisis hebattahun 1997-1998. Arsitektur baru diluncurkan, sentralisasi diganti desentralisasiatau otonomi daerah yang dekat ke federalisme. Dengan pendapatan per kapitayang masih rendah dan berpendudukbesar, negeri ini harus bersandar padapertumbuhan modal fisikal per kepala danpertumbuhan jam kerja. Di abad ini, Indonesia seharusnya mengandalkan industri pengolahan dan perluasan kesempatan kerja. Namun, negeri ini sekarang menderita “de-industrialisasi”.Menurut Djisman, bangsa Indonesia didalam nilai tambah industri pengolahanjuga turun. Sedangkan dalam pemupukanmodal, mengidap penyakit yang menunggu diagnosa. Di wilayah Asia Timur,Indonesia paling lemah menurut tabungan murni (genuine saving). Jaditidak mudah memaknai PKT sebesar USD18.000 dalam tahun 2030, tanpa latarbelakang yang jelas. Saat itu di manakahkeberadaan negara-negara Asean lainnya,demikian juga Korea Selatan, China, Korea, Jepang dan India.Tulis Djisman dalam co-evolusi persaingan dan kerjasama antar bangsa,kelebihan lebih penting, dan pengasahankelebihan itu didikte oleh perubahanlingkungan strategis global yang kiankompleks.Menanggapi mimpi untuk Indonesia2030, Kompas (24/3), merasa perlumenurunkan sebuah tajuk rencana. Tulisharian ini, banyak orang pasti kaget,ketika Indonesia mencanangkan maumenjadi negara ekonomi kelima di duniadengan PKT sebesar USD 18.000 tahun2030.Visi besar seperti itu, menurut Kompas,tidak mesti dimentahkan dengan perdebatan; itu harapan yang berlebihan atautidak. Namun jadi tujuan bersama untukdiwujudkan. “Segala sesuatu harus dimulai dari mimpi,” tulis Kompas. Yangpenting itu jadi kontrak sosial dan kontrakpolitik bersama yang mestinya bisadiwujudkan.Kompas merujuk pada pengalamanKorea Selatan dan China yang mampumewujudkan mimpi besar mereka dalamwaktu relatif cepat. Mimpi untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik, tahun2030, tidaklah lama lagi. Hanya 23 tahundari sekarang. Masalahnya sekarang,bukan waktunya berdebat atau berlombauntuk membuat konsep yang lebih hebat,tetapi menyepakati visi bersama yangingin dituju. Selanjutnya, merumuskanlangkah bersama untuk mewujudkan visitersebut.Suratkabar berpengaruh lainnya, Media Indonesia, dalam tajuknya di halamansatu (26/3), juga sepaham bahwa sebuahbangsa perlu memiliki mimpi yang besar,dan cita-cita yang tinggi. MI mengutipBung Karno yang menyatakan, “Gantungkan cita-citamu setinggi langit.”Menurut MI, tahun 2030, tentu sajabukan tahun yang jauh di langit. Bukanpula impian besar untuk bisa tiba di tahunitu. Sebab, 23 tahun hanyalah rentangwaktu satu generasi. Tahun itu, menurutVI-2030, Indonesia masuk lima negarabesar di dunia setelah China, AmerikaSerikat, Uni Eropa dan India.Banyak orang, termasuk Presiden,optimis bahwa visi itu dapat diwujudkan.Namun ada yang menganggapnya mimpidi siang bolong. VI-2030 memang bukandibuat berdasarkan realitas dan kenyataan hari ini, tetapi dibuat dengan caramenetapkan lebih dulu masa depan yanghendak diraih, lalu mencapainya melaluilompatan.Tulis MI, apa pun realitas hari ini,sebuah bangsa memerlukan impian yangbesar. VI-2030, setidaknya memberiinspirasi agar bangsa ini kembali menggantungkan cita-citanya setinggi langit.“Bila mimpi pun tak sanggup mau jadi apabangsa ini,” tulis MI.Rencana Aksi StrategisKompas (24/3) di dalam laporanutama di halaman satu, mengutip komentar berbagai kalangan dunia usaha.Mereka berpendapat untuk menjadikanVI-2030 sebagai kenyataan perlu rencana aksi strategis yang jelas dan konkrit, dilaksanakan secara nyata dankonsisten. Menurut mereka kunci suksesnya adalah stabilits politik dankeamanan, kepastian hukum, sertakepemimpinan yang kuat.Menurut Ketua Umum Kadin Indonesia, MS Hidayat, tujuan mengurangikemiskinan dan pengangguran sertameningkatkan kesejahteraan rakyat,hanya bisa dicapai jika ada strategi jituuntuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kata Hidayat sepertidikutip Kompas, penyusunan strategitersebut melibatkan dunia usaha. “Kalauimplementasinya tidak bisa berjalan, sayapikir pemerintah harus segera menggantikebijakan atau malah mengganti orangnya,” kata Hidayat.Sofjan Wanandi, Ketua UmumAPKINDO memandang kritis pada VI2030. Kata Sofjan, cita-cita tersebut sulitdicapai jika pemerintah kurang memperhatikan tiga faktor penting yangmempengaruhi pertumbuhan ekonomi;kestabilan politik dan keamanan, kepastian hukum supaya investor merasatenang, dan kepemimpinan.“Mustahil 30 perusahaan Indonesiayang masuk 500 daftar perusahaan besardunia bisa eksis bila mereka selalu diganggu oleh kebijakan-kebijakan pemerintah sendiri,” kata Sofjan kepada Kompas. „ SHfoto: presidensby.info
                                
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35