Page 45 - Majalah Berita Indonesia Edisi 42
P. 45


                                    BERITAINDONESIA, 19 Juli 2007 45LENTERAmeninjau fasilitas-fasilitas yang ada diAl-Zaytun, ‘pasukan kuning’ tetap siapberbaris menyambutnya. Presiden BJHabibie juga didampingi GubernurJawa Barat kala itu HR Nuriana.Setelah Syaykh AS Panji Gumilangmenyampaikan pidato sambutan,Presiden BJ Habibie dengan gaya dansenyum khasnya meresmikanpembukaan Al-Zaytun. Dengan ucapanBasmalah, Presiden BJ Habibiemengabadikan peresmian kampus inidengan membubuhkan tanda tangandalam sebuah Prasasti Resmi padatanggal 27 Agustus 1999. Tanggal danbulan itulah yang kemudian ditetapkanmenjadi tanggal lahir Al-Zaytun.Prasasti peresmian Al-Zaytun itu kiniterabadikan dan terpajang di tepi kolamarah kiblat Masjid al-Hayat. Ketika itu,BJ Habibie juga menanam sebatangpohon jati emas di sekitar bangunanmasjid seusai shalat Jum’at di masjid itu.Kedatangan kepala negara ini, jugamembangkitkan kebanggaan tersendiribagi para santri yang baru satu bulantiga minggu mengikuti pembelajaran.Apalagi seusai melakukan upacaraperesmian, Presiden BJ Habibiemenyempatkan diri berdialog denganpara santri angkatan pertama itu padasaat jeda makan siang. Presiden RI ke-3itu tak sungkan membolak-balik tutupmenu untuk melihat menu makan yangdisajikan kepada santri.Peristiwa itu, bagi para santri dansegenap eksponen Al-Zaytun, termasukpara koordinator YPI yang hadir atautidak hadir ketika itu, tentumenghadirkan atmosfer euforia yang takterlupakan hingga kini. Apalagimengingat perjuangan panjang yangharus berlangsung di balik pendirian AlZaytun. Tak sedikit cibiran wargasetempat yang harus diterima parakoordinator YPI ketika mereka ‘menjualmimpi’ Al-Zaytun di kota-kota yangmereka datangi.Bahkan hingga detik-detik terakhirketika mereka telah dipercayamemboyong calon santri dari seluruhprovinsi ke Al-Zaytun. Jalanan menujuAl-Zaytun yang gelap membuat paracalon walisantri dan calon santri itumasih curiga. “Kita mau dibawa kemana ini, mana ada pesantren moderndi tengah-tengah hutan,” begitu katamereka.Barulah ketika cahaya lampu-lampupada Gedung Abu Bakar dan AlMushtafa terlihat dari kejauhankekhawatiran itu sirna. Walaupun waktuitu baru beberapa bangunan saja yangtelah rampung dan siap difungsikanseperti Gedung Abu Bakar, Asrama AlMusthafa, Masjid Al- Hayat, ruangruang kantin, dan kompleks peternakandi sektor selatan (itu pun belum sebesardan selengkap sekarang).Sejak peristiwa 27 Agustus 1999 itu,Al-Zaytun terus berkembang sejalandengan perputaran waktu. Satu per satubangunan berdiri, lapangan-lapangansukan atau olahraga dihamparkan, danstep by step program-programdijalankan.Kemudian Al-Zaytun muncul dalamberbagai pemberitaan media. Para tamupun terpanggil menjejakkan kakimereka di Al-Zaytun mulai dari wargabiasa hingga tokoh politik nasional danpara pejabat diplomatik serta praktisipendidikan mancanegara.Mengorbit di Tengah BadaiBaru saja melangkah ke tahun kedua(menginjak tahun 2000) sesudahdiresmikan, ada semacam badaikuda-kudanya dengan terus berkarya.Sehingga di tengah badai itu, justru AlZaytun makin mengorbit. Ibarat sebuahsatelit yang mengorbit memancarkansinyal ke seluruh penjuru negeri, bahkanlintas negeri menjangkau berbagaipenjuru dunia.Al-Zaytun menjadi bahanpembicaraan dunia, mengalahkanterpaan badai gunjang-ganjing yangditiupkan oleh pihak-pihak tertentu. AlZaytun menjadi makin ramai dikunjungiberbagai kalangan, bukan hanyadikunjungi umat Islam tetapi jugadikunjungi berbagai golongan umatberagama lainnya. Tidak hanyadikunjungi masyarakat umum, tetapijuga dikunjungi para pengusaha, politisi,pejabat negara, budayawan dan paradiplomatik serta para artis danwartawan dari dalam dan luar negeri.gunjang-ganjing menerpa Al-Zaytun.Satu per satu, bagai metraleur dan bagaibadai angin puting-beliung, terhembusberita tak sedap menggugat eksistensiAl-Zaytun dengan berbagai alasan,mulai dari isu sesat hingga sebagai pusatkomando dan sarang pergerakan politikbawah tanah.Tak tanggung-tanggung, hingga tahun2004, gunjang-ganjing itu makin gencarditembakkan. Uniknya, gunjang-ganjingitu muncul dengan suatu pola tetapsetiap tahun menjelang prosespenerimaan santri baru. Menghadapigunjang-ganjing itu, pengasuh AlZaytun selalu tampil tenang, takmenampilkan sesuatu pun yang arogan.“Cukup dengan senyum dan kata-kataindah,” kata Syaykh Al-Zaytunmenggambarkan sikap yangditempuhnya. Hasilnya, ternyata jurusitu bisa melumpuhkan kekerasan dankedengkian yang dibidikkan ke tubuhAl-Zaytun.Di tengah badai itu, Al-Zaytun yangjadi sasaran tembak, terus menguatkanSehingga periode bertiupnya badaigunjang-ganjing itu, boleh dibilangmalah menjadi suatu periode karyaemas bagi Al-Zaytun. Sebab kedatanganpara sahabat dari berbagai lapisan dangolongan itu membawa berkah bagi AlZaytun. Tak sedikit di antarapengunjung itu memberi dukunganmoral dan materil untuk membangunberbagai sarana penunjang di Al-Zaytun.Begitu pula masyarakat tampak tidakbegitu terpancing dengan desas-desusitu. Terbukti setiap tahun semakinbanyak orang tua yang mempercayakanputera-puterinya menjadi santri dilembaga pendidikan terpadu ini. Jumlahcalon santri yang mendaftar setiaptahun bertambah hingga tak semuanyabisa ditampung.Di samping itu, pengakuan dariberbagai elemen pendidikan diberikankepada Al-Zaytun. Pada 4 Februari2002, sebuah surat ketetapanpemberian akreditasi bagi Al-Zaytunditandatangani. “Status Diakui” punmelekat bagi Al-Zaytun yang baruAl-Zaytun ibarat sebuah satelit yang mengorbit memancarkan sinyal ke seluruh penjuru negeri.
                                
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49