Page 16 - Majalah Berita Indonesia Edisi 49
P. 16
16 BERITAINDONESIA, 08 November 2007BERITA UTAMAkan, sebagian terbesar, terkesan oleh puplik, diinisiasioleh Wapres. Pertanyaanmenggelitik muncul apakahsistem share yang menjadicetak-biru keduanya berpasangan masih berlaku, “DuluPak Jusuf Kalla, sebelum menjadi Wapres dalam wawancarasama kita pernah mengatakanbahwa antara Bapak sebagaiCawapres dan Capres SusiloBambang Yudhoyono adashare dalam kepemimpinankalau kelak terpilih. Masihkahshare itu berlaku sekarangini?”Jawaban Wapres Jusuf Kalla? “Yah.... Anda lihatnya bagaimana? Anda kan tanya mana keputusan-keputusan yangsaya ambil. Kan, share itukan?”Kebijakan EkonomiMengenai tema kedua darikampanye, yaitu di bidangekonomi, Wapres Jusuf Kallamengatakan sebenarnya pertumbuhan ekonomi sudah lebih baik dan sekarang ini diusahakan naik hingga enampersen.“Kemudian, tentu, secaraumum kehidupan pun naiksebenarnya. Income perkapitakita sudah 1.800 dollar AS perhitung hari ini. Ya, memangmasih ada pasti masalah-masalah kemiskinan, pengangguran karena itu tidak bisasekaligus selesai,” urai Kalla.Salah satu keputusan palingberani kabinet SBY-JK selamatiga tahun memerintah adalahmenaikkan harga minyak ratarata sebesar 100 persen per 1Oktober 2005. Kebijakan iniditempuh menyusul kenaikanminyak mentah di pasar duniayang mencapai 65 dollar ASper barel. Dengan menyamakan harga minyak dalam negeri dengan luar negeri diharapkan subsidi BBM berkurang, penyelundupan minyakke luar negeri karena disparitas harga yang tinggi jugadapat dikurangi.Jusuf Kalla disebut-sebutberperan besar menaikkanharga minyak sebesar itu danberlangsung sekaligus pula.Benarkah? Wapres menjawabnyadengan mengemukakan alasankenapa menaaikkan hargaBBM sedemikian tinggi, sekaligus.“Ya, pertama, kalau kitatidak naikkan harga, makasubsidinya tinggi sekali bisamencapai Rp 250 triliun. Kalau subsidinya Rp 250 triliunmaka negeri ini akan kolaps,tidak bisa apa-apa. Oleh karena itu harus dinaikkan, tapimenaikkannya juga sekali saja,biar tinggi. Karena, biar demonya sekali saja. Tapi secarabersamaan kita kasih bantuantunai langsung kepada masyarakat miskin. Jadi aman,” jelasKalla.Kebijakan menaikkan BBMitu kata Kalla tentu sudahmempertimbangkan opini publik, dan ia sudah siap mengambil risiko penurunan popularitas. “Oh, kita ambil risiko. Jadi pemimpin haruspunya risiko,” kata Kalla.Inisiatif itu konon dari PakWapres juga? “Ah... ha... ha...ha. Sama-samalah semuanya.”Menaikkan harga minyaksekaligus menggambarkanpula karakter khas Jusuf Kallasebagai pemimpin yang beraniambil risiko, tapi secara pragmatis mempunyai tujuanmemberikan rasa aman. Demodan perlawanan rakyat dia hadapi. Banyaknya rakyat yangjatuh miskin disangga denganmenebar bantuan tunai langsung ke rakyat-rakyat miskin,sebesar Rp 100 ribu perbulandibagikan sekali per tiga bulanan.Dalam sudut pandang yangberbeda, sesungguhnya tidaksedikit kritikan yang dialamatkan kepada pemerintah ketikaitu. Misalkan, andai saja danabantuan tunai yang triliunanrupiah digunakan untuk membangun proyek-proyek padatkarya di bidang infrastruktur,akan ada beberapa sasaranyang tercapai. Yaitu, banyakrakyat yang memperoleh lapangan kerja, infrastrukturbaru yang terbangun akanmempercepat laju pemulihanekonomi, dan muaranya perbaikan kehidupan masyarakatdi berbagai bidang.Para analis menilai kinerjaKIB khususnya kepemimpinanSBY-JK menganggap, pilihanmemberikan bantuan langsung tunai merupakan salahsatu nila yang merusak keberanian pemerintah menaikkanharga BBM. Nila lain berasaldari Menkominfo ketika itu,Sofyan A. Djalil yang mengkampanyekan hemat energidengan kebijakan mematikanlampu-lampu penerangan dimalam hari serta membatasisiaran televisi di malam hari.Selain tidak demokratis danmenghambat kreativitasmasyarakat, mematikan lampu dan membatasi siaran televisi hingga tengah malam justru memancing timbulnya berbagai aksi kriminalitas, yangmembuat mayarakat hidupkurang nyaman.Kebijakan ekonomi pemerintahan SBY-JK memang banyak kesandung persoalanenergi, (Selain persoalan bencana alam yang bertubi-tubimenghadang dan mengurasbanyak tenaga, waktu, pikirandan dana). Pasca kenaikanharga minyak Oktober 2005pemerintah mengampanyekanpenggunaan bahan bakar nabati (biofuel) untuk kendaraan, dan briket batubarapengganti minyak tanah dirumah tangga. Hasilnya? Biofuel sebelum mencapai tujuanmaksimalnya menjadi bahanbakar alternatif pengganti solar dan premium, kehadirannya secara global justru mengancam ketahanan pangan.Produksi bahan pangan banyak diarahkan untuk memenuhi bahan baku biofueldunia. Padahal akibat perubahan iklim global banyaknegara terancam gagal panen.Demikian pula penggunaanbriket batubara, sebelum berhasil mencapai sasaran sudahdiganti kebijakan baru konversi minyak tanah ke LPG.Briket batubara ditinggalkan.Tetapi kebijakan dadakan initak disertai persiapan danWapres Jusuf Kalla saat memimpin rapat koordinasi di dalam perjalanan kereta api Jakarta-Madiun padabulan Februari 2007.foto: berindo samsuri