Page 54 - Majalah Berita Indonesia Edisi 49
P. 54
54 BERITAINDONESIA, 08 November 2007BERITA EKONOMIHarga Minyak MelambungHarga minyak mentah dunia melejit di atasasumsi APBN. Indonesia harus mencapaitarget produksi minyak di atas 1 juta barelper hari supaya dampaknya netral. Jikatidak APBN limbung.arga minyak mentah melambungjauh di atas asumsi APBN-P 2007,yang menetapkan harga minyak 60 dollar AS per barel danproduksi minyak (lifting)950.000 barel per hari. PadaAPBN 2008 asumsi harga minyak juga ditetapkan 60 dolarAS per barel, tetapi produksi1,034 juta barel per hari.Faktanya, Rabu (17/10) pada awal perdagangan di bursaNew York Mercantile Exchange (Nymex), harga minyak sempat menyentuh level88,20 dollar AS per barel,sebelum ditutup 87,23 dollarAS per barel. Sehari kemudian,Kamis (18/10) melejit menembus level 89 dollar AS per barel.Analis bahkan memperkirakan, Desember harga minyakakan menembus 100 dollar ASper barel.Kenaikan harga minyak dunia hingga level 80 dolar ASper barel saja, sudah dikhawatirkan akan menggangguperekonomian dunia dan Indonesia. “Kenaikan harga minyak hingga di atas 80 dollarAS per barel akan mengancamperekonomian dunia,” kataMaizar Rahman, GubernurOrganization of the PetroleumExporting Countries (OPEC)untuk Indonesia.Maizar mengatakan faktornonfundamental minyak merupakan penyebab melambungnya harga minyak. Seperti ketegangan politik diTurki-Irak, menyusul rencanaserangan militer Turki ke Irakuntuk memerangi suku Kurdi.Kemudian spekulasi di pasarberjangka akibat pelemahandollar AS, tingginya kebutuhanminyak negara China dan India untuk menggerakkan industri mereka, dan kondisibumi belahan barat menghadapi musim dingin. Maizarmengatakan secara fundamental harga minyak seharusnyaberada di kisaran 60-70 dollarAS per barel.Subsidi MelonjakBesarnya perbedaan hargaminyak di pasaran dunia dengan asumsi APBN membuatpemerintah harus menanggung subsidi bahan bakar minyak (BBM) jauh lebih besar.Terlebih, pemerintahan SBYJK pernah berjanji tak akanmenaikkan lagi harga minyakbersubsidi hingga 2009 pascakenaikan Maret 2005 rata-rata50 persen, dan kenaikan terakhir Oktober 2005 rata-rata105 persen. Saat itu hargaminyak dunia masih mencapai65 dollar AS per barel.Kendati sudah berkali-kaliharga BBM dalam negeri dinaikkan, dengan alasan untukmengurangi beban subsidisebesar Rp 250 triliun yangbisa mengancam negara iniakan kolaps, nyatanya, dalamAPBN-P 2007 subsidi BBMmasih ditetapkan mencapaiRp 56 triliun, dan dalam APBN2008 hanya turun sedikit sajamenjadi Rp 45,8 triliun. Dengan kenaikan harga minyakmentah dunia, subsidi BBMkembali bisa melonjak menjadi Rp 78 triliun, atau naik Rp22 triliun. Bahkan pada akhirnya subsidi akan meroket melebihi Rp 100 triliun apabilaharga minyak melejit terushingga di atas 100 dollar AS,dan produksi minyak di bawah1 juta barel per hari.“Harga minyak yang menuju100 dollar AS per barel ditengah produksi yang sangatrendah dengan cost recoveryyang sangat tinggi pasti akansangat menekan APBN melebihi Rp 100 triliun,” kataKurtubi, pengamat ekonomiperminyakan. Kurtubi mengingatkan kemungkinan masihmelonjaknya harga minyakdunia sampai tahun depan,yang cenderung melampaui 80dollar AS per barel.Menurut Kurtubi, tidakmungkin harga minyak bertahan di kisaran 60 dollar ASper barel sebagaimana tercantum dalam APBN, sehinggasetidaknya harus diubah menjadi 70 dollar AS per barel.Dampak setiap kenaikan 1 dollar AS per barel harga minyakakan menambah defisit anggaran sebesar Rp 500 miliarsampai Rp 1 triliun.Dalam perhitungan berbeda, Menneg PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta mengatakan, setiap penurunan produksi minyak 50.000 barel perhari hingga akhir 2007 akanmenambah beban pembengkakan defisit APBN Rp 10triliun, setara 0,25 PDB. Tetapijika target produksi minyak diAPBN-P 2007 tercapai, dampak kenaikan harga minyaksampai 88 dollar AS per barel,kata Paskah menjadi netral.Artinya, kenaikan harga minyak akan menambah belanjapembelian minyak impor samabesar dengan kenaikan penerimaan negara dari PajakPenghasilan minyak dan gas(migas) serta Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) migas.Pri Agung Rakhmanto, peneliti LP3ES juga berpendapatkenaikan harga minyak tidakterlalu mengkhawatirkan bilabelum mencapai level 95 dollar AS per barel. Sebab penerimaan negara masih relatiflebih besar dibandingkan subsidi yang harus ditanggungpemerintah.Di sisi pendapatan, setiapkenaikan harga minyak 1 dollar AS per barel pemerintahmemperoleh tambahan rejekinomplok (windfall) sebesar Rp50 miliar. Tetapi pada saatbersamaan memperberat anggaran pemerintah sebab defisitbertambah 100 juta dollar ASsetiap kenaikan 1 dolar AS perbarel harga minyak.Selain mengubah patokanharga minyak dalam APBNmenjadi 70 atau 75 dollar ASper barel, Kurtubi memberisaran agar pemerintah segeramengubah kebijakan perminyakan nasional. Defisit yangakan terjadi menurutnya takbisa ditutupi dengan liftingmaupun tambahan pendapatan dari LNG.Ekonom Faisal Basri mengatakan, dampak kenaikanharga minyak ke perekonomian secara keseluruhan sangatluar biasa.”Lihat dampaknyake industri. Kenaikan hargaminyak otomatis bakal mengatrol biaya produksi,” katadia. HTHHarga minyak di atas 80 dollar AS bisa mengancam perekonomian dunia.foto: berindo wilson