Page 48 - Majalah Berita Indonesia Edisi 57
P. 48
48 BERITAINDONESIA, 19 Juni 2008LenteraL ENTERA48minjam istilah yang sering kali digunakanorang lain). Bahkan ada sebuah majalahmenulis dugaan bahwa Osama bin Ladenpernah bersembunyi di kompleks ini,selain menyebutnya sebagai markas NII.Tapi bagi kami, serangkaian kata dibeberapa gapura itu menghadirkaninspirasi tentang kehidupan yang penuhtoleransi dan damai. Kata-kata itu adalahilham dari Allah. Dalam pikiran kamisegera melintas kata (inspirasi) bahwa orang-orang di sini pembawa damai. Inspirasi itu membawa kami pada bunyi Firman Allah dalam Alkitab (Bibel): Berbahagialah orang yang membawa damai,karena mereka akan disebut anak-anak(hamba) Allah.Segera muncul sebuah keyakinan bahwa pondok pesantren ini bertujuan sangatmulia, pembawa damai. Tidak mudahmenjadikan motto toleransi dan perdamaian ini hanya sebagai tameng menutupiwajah lain yang tidak toleran dan tidak damai. Sebelumnya, pernah kami dengar dari seorang kiyai pimpinan ormas Islamyang menduga Al-Zaytun punya agendatersembunyi (hidden agenda). Walaupuntidak dijelaskan hidden agenda sepertiapa.Sebutir keraguan yang sempat bercokoldalam hati bahwa apa yang didesas-desuskan tentang Ponpes ini, mulai tersingkir. Apalagi, kami menganut prinsipmempercayai lebih dulu jauh lebih baikdaripada mencurigai lebih dulu.Barangkali prinsip ini juga membuat kamitidak cocok menjadi polisi atau jaksa.Atau menjadi seorang jurnalis yang selalumencurigai.Hati pun makin tenteram setelah memasuki kompleks menuju wisma tamu AlIshlah yang cukup megah. Bangunan limalantai ini berada di sebelah selatan MasjidAl-Hayat. Wisma seluas 7.600 m2 dengan150 kamar tidur itu dilengkapi denganfasilitas pendukung seperti coffee shop,meeting room, dan pendukung lainnya.Terasa suasana peradaban maju yangamat bersahabat dan damai, tidak adakesan eksklusif (tertutup).Suasana wisma tamu yang dibangun 1Juli 1999 dan selesai 27 Oktober 2001 inijauh lebih baik dari suasana hotel-hotelberbintang di Jakarta. Sementara sarananya sama dengan hotel berbintang, mulaidari lobi hotel, coffee shop, meeting roomsampai restoran didisain sedemikian rupasehingga sungguh menunjukkan kesanmodern yang tertata apik. Petugas penerima tamu dan pelayan restoran pun kompak menggunakan seragam yang menyiratkan kesungguhan dan profesionalismedalam melakukan tugasnya.Suasana hati yang teduh dan bersahabat amat terasa, saat berpapasan dengansetiap orang dalam kompleks pendidikanterpadu ini. Tidak ada tampang sangardan tatapan mata tajam beringas. Parasantri pria (rizal) berpakaian rapihdilengkapi dasi bahkan jas, layaknyasekolah umum. Tidak ada yang pakai sarung. Begitu pula santri putri (nisa) berpakaian seragam rapih dan sopan dilengkapi kerudung penutup rambut yang cukup modis.Pertama kali, kami disambut Uztad Abdul Halim, yang belakangan kami ketahuimenyandang jabatan sebagai SekretarisYayasan Pesantren Indonesia. Rasanya,kami cepat akrab, seperti sudah lama berkenalan. Padahal, itulah pertama kalikami bertemu muka, apalagi bercakapcakap. Penampilannya seperti eksekutiflembaga modern global. Pakai dasidengan jaket hitam yang maskulin. Dia tidak pakai sorban dan berjanggut panjang.Bicaranya lugas, layaknya seorangeksekutif perusahaan multinasional.Seraya beristirahat sejenak di restoranWisma Al-Islah, minum teh tarik ciri khasAl-Zaytun ditemani Uztad Abdul Halim,kami menjelaskan maksud kehadiranSudah lebih empattahun kami mengenal danberulangkali mengunjungiserta berdialog denganSyaykh dan paraeksponennya, jugamembaca bulletin harianinternalnya, Al-Zaytunyang kami kenal padaawal, itu pulalah yangkami kenal hari ini. AlZaytun yang mengajarkandisiplin kuat, mengajarkankebebasan berpikir,toleransi(interdependensi),demokrasi danperdamaian serta cintaRepublik Indonesia.