Page 47 - Majalah Berita Indonesia Edisi 57
P. 47


                                    BERITAINDONESIA, 19 Juni 2008 47LENTERApermohonan wawancara kepada SyaykhPanji Gumilang. Dan, berselang kurangdari sepekan, kami juga pantas berbesarhati dan berbahagia, karena tokohdimaksud merespon sangat terbuka suratpermohonan wawancara kami.Kamis, 19 Februari 2004, adalah haripertama kami berkesempatan menginjakkan kaki di Al-Zaytun dan wawancaradengan Syaykh Panji Gumilang.Berangkat pagi subuh dari Jakarta, kamidisertai Sdr Mangatur Paniroy danMarjuka Situmorang, menempuhperjalanan selama kurang lebih empat jammenuju Desa Gantar, Haurgeulis,Kabupaten Indramayu, Provinsi JawaBarat.Kala itu, sama seperti kini, jalanan dariHaurgeulis menuju Al-Zaytun harusdilalui dengan kecepatan lambat karenaberlubang-lubang. Entah kenapa PemkabIndramayu atau Pemprov Jawa Baratmembiarkan jalan ini sering rusak. Ketikakembali dari Al-Zaytun malam harinyamelintasi jalan berlubang ini, kami kurangberuntung. Ban depan mobil kami bocorterkelupas batu tajam.Jalan ini pernah dipoles tatkala Presiden BJ Habibie melintasinya untuk meresmikan Ma’had Al-Zaytun, 27 Agustus1999. Habibie dan rombongan datang dengan naik Kereta Api Argo Bromo dariStasiun Gambir sampai ke Stasiun Haurgeulis. Presiden dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju kompleks AlZaytun dengan naik mobil. Maka, beberapa hari sebelum Presiden Habibiedatang, Pomprov Jawa Barat buru-burumemoles jalan itu. Setelah itu, hanyaditambal sulam, sehingga jalanan sempititu sering berlubang-lubang.Barangkali, ini kebiasaan yang kurangbaik untuk dibiarkan. Sebaiknya, dilintasiatau tidak oleh presiden, jalan seharusnyadiperbaiki dan jangan dibiarkan rusak.Apalagi di kawasan itu ada lembagapendidikan terpadu berskala global yangdidirikan dan diasuh oleh YayasanPesantren Indonesia. Barangkali, pemerintah belum celik memandang kehadiranlembaga pendidikan ini sebagai investasidan kekuatan baru untuk meningkatkankualitas sumber daya manusia yangberdaya saing tinggi yang amatdibutuhkan bangsa ini demi masa depanyang lebih baik.Tinjau Setiap SudutSetelah kami tiba di kompleks AlZaytun, terlihat beberapa pos satpamberjejer setiap beberapa ratus meter untukmemantau dan menjaga keamanan dalamkampus. Penjagaannya cukup rapi danterkoordinir. Setiap pengunjung baik undangan, tamu atau pers selalu didata dandilayani sebaik-baiknya. Petugas menuntun kami untuk melapor ke pos penerimaan tamu. Bagi kami, layanan di pos terdepan ini, mencerminkan adanya penegakan dan pemeliharaan disiplin demi ketertiban dan keamanan.Dalam benak kami langsung terinspirasi, bahwa Islam memang mengajarkandisiplin dengan sangat baik dan patutditeladani. Islam mewajibkan sholat limawaktu dengan disiplin yang ketat. Maka,mau belajar disiplin, silakan belajar dariIslam. Soal ada umat Islam yang kurangdisiplin, itu kesalahan orangnya yang kurang bergaya hidup Islami.Sementara perihal kebebasan, bisabelajar dari Kristen (Kamu adalah orangorang merdeka, tetapi jangan salahgunakan kemerdekaan itu). Bukan berartiIslam tidak mengajarkan kebebasan atausebaliknya Kristen tidak mengajarkandisiplin. Hanya sentuhan dan penekanannya ada kekhasannya masing-masing.Dalam pemahaman (inspirasi) kami, Islam mengajarkan kebebasan dalam koridor kedisiplinan, sementara Kristenmengajarkan kedisiplinan dalam koridorkebebasan.Belum lagi inspirasi itu berlalu, dalamsorotan bola mata tertangkap di setiappintu masuk kampus terpancang gapuradengan serangkaian kata: Ma’had AlZaytun Pusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi serta Pengembangan Budaya Perdamaian. Ketika membaca tulisan ini, kami tertegun seraya menatap dan membacanya dengan cermat.Sejenak, teringat desas-desus negatiftentang pondok pesantren ini, seolah-olahsebuah lembaga Islam garis keras (meSyaykh dan ribuan santri menyambut kedatangan mantan Presiden Soeharto di helipad Al-Zaytun foto: berindo wilson
                                
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51