Page 49 - Majalah Berita Indonesia Edisi 57
P. 49
BERITAINDONESIA, 19 Juni 2008 49LENTERAkami untuk wawancara dengan SyaykhPanji Gumilang. Abdul Halim juga menjelaskan secara singkat tentang keberadaanAl-Zaytun. Lalu, kami ditawarkan untukmeninjau lebih dahulu ‘setiap sudut’Ma’had Al-Zaytun, sebelum wawancara.Tentu saja kami sangat senang bisa meninjau secara langsung semua sudutlembaga pendidikan ini. Dalam hatiterinspirasi, lembaga pendidikan ini sangat terbuka. Terbuka (transparan) dalamkedisiplinan tinggi. Tentu saja, setiap kalikita masuk ke rumah orang haruslahsepengetahuan dan dipersilahkan lebihdahulu oleh pemilik rumah. Registrasitamu di pintu masuk tadi suatu bentukkesopanan tamu yang layak dipatuhiseorang tamu yang beradab. Sesudah itu,kita diperlakukan sebagai sahabat yangseperti berada di rumah sendiri.Semua sudut kami tinjau. Mulai dariruang kelas, basement Masjid RahmatanLil Alamin yang masih dalam tahap pembangunan, laboratorium, peternakansampai asrama putri pun kami masuki.Basement Masjid Rahmatan Lil Alaminitu pernah diberitakan orang sebagai bunker, ruang persembunyian bawah tanah.“Mana bunkernya?” kami bertanya. AbdulHalim menjelaskan: “Iya ini, basementyang nanti sebagian akan digunakansebagai ruang kantor.”Setelah itu, pada malam harinya, sekitarpukul 20.00 sampai 23.30 WIB, kami wawancara dengan Syaykh Panji Gumilang.Lengkaplah sudah penjelasan yang kamiperoleh perihal keberadaan Al-Zaytun.Hampir 14 jam secara marathon dan intensif, mulai pukul 10.00 pagi sampai23.30, kami meninjau dan menerimapenjelasan. Rasanya keingintahuan kamiterlayani dengan terbuka dan sempurna.Sungguh, di situ kami menyaksikansebuah wujud nyata konsep pendidikanterpadu yang bermotto: Pusat Pendidikandan Pengembangan Budaya Toleransi danPerdamaian. Kampus ini disetting menjadi laboratorium toleransi dan perdamaian. Tidak hanya dalam konsep teoridan penelitian, melainkan benar-benarmengimplementasikan dan memproduksibudaya toleransi dan perdamaian tersebutdalam gaya hidup keseharian.Selain itu, kampus ini juga benar-benarmenerapkan konsep pendidikan terpadusecara mandiri yang menempatkan pendidikan sebagai gula dan ekonomi jadi semutnya. Setelah menyaksikannya, tidakmudah bagi kami menyampaikan katayang bisa menggambarkan keberadaanpondok pesantren ini. Sungguh luar biasa!Tak berlebihan bila kami menyebutnyasebagai Ponpes (Kampus) PeradabanBerskala Dunia. Mengenai tokohpendirinya, beliau adalah PeloporPendidikan Terpadu dan PembawaDamai.Namun, penyajian kami, pastilah masihsangat jauh dari sempurna, untukmenggambarkan apa, siapa dan bagaimana Ma’had Al-Zaytun dan tokoh pendiri dan pemimpinnya itu. Setelah kamimemublikasikannya di website TokohIndonesia.Com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia), kami pun menerbitkan di MajalahTokoh Indonesia Edisi 8.Dan, setelah lebih empat tahun, serta sesudah beberapa kali berkunjung ke AlZaytun, tatkala kami membaca ulang apayang kami tulis di Majalah Tokoh Indonesia Edisi 8 tersebut, sungguh cukup memberi gambaran singkat secara menyeluruhtentang keberadaan Al-Zaytun. Inilah AlZaytun yang sesungguhnya (setidaknya dalam pandangan kami), tidak ada yang tersembunyi. Kami menyadari kata kuncinyaadalah karena di situ kami menemukan inspirasi (ilham secara intuisi ataupun atas petunjuk Illahi) yang mencerahkan.Sudah lebih empat tahun kami mengenaldan berulangkali mengunjungi serta berdialog dengan Syaykh dan para eksponennya, juga membaca bulletin harian internalnya, Al-Zaytun yang kami kenal padaawal, itu pulalah yang kami kenal hari ini.Al-Zaytun yang mengajarkan disiplin kuat,mengajarkan kebebasan berpikir, toleransi(interdependensi), demokrasi dan perdamaian serta cinta Republik Indonesia. Memasuki area Al-Zaytun, kita benar-benarmasuk dalam zona perdamaian dan demokrasi (zone of peace and democracy) dango home! Bersambung Bagian DuaSyaykh Panji Gumilang, kaya inspirasifoto: berindo wilson ICDL-Al-Zaytun, pendidikan teknologi informasi bertaraf internasional