Page 66 - Majalah Berita Indonesia Edisi 62
P. 66
66 BERITAINDONESIA, Desember 2008BERITA BUDAYABIRAUSetelah 218 TahunPesta birau diharapkan mampu melestarikan budayadaerah. Berbagai kesenian dari beberapa daerah diseluruh Indonesia ikut ambil bagian. Bukti keterbukaanmasyarakat asli Bulungan menerima para pendatang.abupaten Bulungan, KalimantanTimur memang ibarat gadis desacantik yang belum tersentuhtangan tukang rias. Wilayah Bulungan memiliki banyak potensi pariwisata. Selain alamnya yang indah danmempesona, seni dan budaya masyarakatnya pun memiliki daya tarik yangmampu menawan turis manca negara.Namun, hingga sekarang masih belumada objek wisata yang dapat dibanggakansebagai pariwisata andalan.Oleh sebab itu, pesta ‘Birau’ kembali dilaksanakan untuk mengembangkan produk wisata. Selain itu, untuk melestarikanadat, seni dan budaya masyarakat Bulungan. Memberi hiburan kepada masyarakat, sekaligus penyampaian informasipembangunan. Demikian disampaikanBupati Bulungan Drs H Budiman Arifin,MSi dalam acara pembukaan Birau 2008yang dirangkai dengan Hari Ulang Tahun(HUT) ke 218 Kota Tanjung Selor danHUT ke 48 Kabupaten Bulungan.Birau, sebuah kata dalam bahasa sukuBulungan yang artinya, pesta besar(agung). Sebuah tradisi (pesta adat) yangdulunya biasa dilakukan oleh SultanBulungan secara turun-temurun.Birau diselenggarakan pada saat perkawinan putera-puteri Sultan, khatam AlQur’an, sunatan, naik ayun/injak tanah,dan teristimewa saat penobatan sultan.Birau sudah menjadi salah satu upacaraadat di kalangan Kesultanan Bulungan,sekaligus sebagai sarana partisipasi danhiburan bagi rakyat.Menurut data/arsip yang tersimpan dimuseum Kesultanan Bulungan di TanjungPalas, Birau secara intensif diselenggarakan di masa pemerintahan Ali Kahar.Sultan Bulungan ke V yang bergelar Sultan Kaharuddin II atau Puen Tua memerintah dari tahun 1875-1889. Pesta akbarini seakan jadi pesta syukur dan kegembiraan bagi masyarakat Bulunganyang terdiri dari berbagai etnik dan sukuhingga terakhir kali diselenggarakantahun 1955 pada saat khatam dan khitanan Datuk Ali putera Sultan MaulanaDjalaluddin.Lagi, menurut data tersebut, penyelenggaraan Birau yang paling meriah danbesar yang berlangsung selama 40 hari 40malam terjadi pada tahun 1946. Saat itu -Sultan Bulungan Ke X yang bernama Sultan Maulana Djalaluddin dianugerahipangkat “Letnan Kolonel Tituler” olehRatu Belanda Wihelmina. Ini sebuahpenghargaan tentunya.Namun, sejak Sultan Maulana Djalaluddin pada 12 Desember 1958 meninggaldunia, tidak ada lagi ditemukan catatanpenyelenggaraan Birau di Bulungan, ataubekas Kesultanan Bulungan yang meliputiwilayah Tarakan, Nunukan, Malinau, danTanah Tidung, yang sekarang dimekarkanjadi kota dan kabupaten. Tapi, setelah HJusuf Dali terpilih sebagai Bupati pada tahun 1991, ia menetapkan penyelenggaraan birau setiap dua tahun, yang kemudian oleh Bupati RA Bessing (almarhum)menjadikannya setiap tahun untuk mengembangkan produk wisata di WilayahUtara Provinsi Kalimantan Timur yangberbatasan langsung dengan Negara bagian Sabah dan Serawak Malaysia Timur.Penyelenggaraan birau ini menjadimelembaga karena dipadukan denganperayaan hari jadi Kota Tanjung Selor,bulan Oktober tahun 1790, dan hari jadiKabupaten Bulungan yang jatuh pada 12Oktober 1960. “Birau ditetapkan padasetiap 12 Oktober, dan ketetapan tersebutdikukuhkan dalam Perda Tk II BulunganNomor 02 Tahun 1991. Setelah itu disahkan lagi dalam SK Gubernur KepalaDaerah (KDH) Tk I Kaltim No 003.3-IV.2-144,” kata Kabag Humas dan ProtokolSekretariat Kabupaten Bulungan, DrsYahdian Noor, MSi kepada SL Pohan,wartawan Berita Indonesia di Tarakan.Secara tradisional, Birau bukanlahsemata-mata sebuah pesta besar, tapi jugasebagai refleksi kegembiraan atas suatukeberhasilan pencapaian sesuatu. Iapunya estetika dan norma-norma adatyang kharismatik, sakral serta saratdengan nilai-nilai seni budaya yang khasKesultanan Bulungan. “Birau yang dikemas untuk kebutuhan masa kini, selainmenampilkan perpaduan budaya tradisional juga konvensional,” tutur Yahdian Noor.Aspek tradisional misalnya, upacara biduk bebandung, lomba perahu atau yangdisebut “Alut pasa pabeka tawai uyan”di Sungai Kayan, dan tarian masing masing daerah, serta kesenian dari suku yangbermukim di Bulungan dari berbagai daerah di Indonesia. Sementara yang konvensional meliputi pameran hasil pembangunan dari segala bentuk instrumen.Itulah sebabnya, Pejabat (Pj) GubernurKaltim H Tarmizi A.Karim, dalam acarapenutupan yang berlangsung selamaseminggu, berharap - pesta seni danbudaya Birau itu mampu melestarikanadat budaya serta menjalin persatuan dankesatuan sesuai motto pesta Birau 2008itu sendiri. “Dengan Semangat Kadandiyu Dandiyu Lai Kadandiyu KadandingTingkatkan, Merudung Pebatun De Banuanta” yang artinya, Dengan semangatkeprihatinan namun penuh kesungguhandan optimis, bekerja keras memeras keringat, kita tingkatkan rasa kebersamaan,senasib sepenanggungan dalam membangun di daerah kita. SLPKfoto: slp-berindo