Page 61 - Majalah Berita Indonesia Edisi 62
P. 61


                                    BERITAINDONESIA, Desember 2008 61kertas lusuh, fabrikan, dan lain sebagainya. Istilah lainnya, mereka akan mengatakan, “It’s just a comic!”Adanya kenyataan dan pandangan tadimembuat komik merah lebam. Dan inilahyang sedikit alasan yang menjelaskanmengapa sampai saat ini, setelah empatdasawarsa komik Indonesia masih mengalami mati suri.Mati surinya komik dalam jagat perbukuan kita sekarang menyebabkan tidakada pilihan lain selain menghiba dariperkembangan komik import. PenerbitIndira sempat menjadi primadona diakhir era 70-an hingga awal 90-an denganmenerbitkan versi terjemahan komikkomik Eropa yang menjadi living legend.Terbitan komik terjemahan itu misalnyaLucky Luke, Tanguy & Laverdure, Nina,Asterix & Obelix.Menjelang berakhirnya tahun 80-an,jagat pustaka kita berkenalan denganmanga, komik Jepang (dan juga beberapaKorea) yang akhirnya, manga terjemahanitulah merajai bursa komik di Indonesiasejak awal 90-an hingga detik ini. Mengakarnya manga tidak melulu soal gempuran industri budaya negara mana yanglebih kuat. Persoalan utamanya adalahkelangkaan komik anak negeri.Upaya membangkitkan dunia komikIndonesia sudah pernah dilakukan. Diantaranya, di awal era 2000-an, PenerbitElex Media pernah menggandeng sejumlah komikus lokal dalam usaha menghidupkan kembali perkomikan dalamnegeri. Salah satunya adalah menerbitkankembali serial Panji Tengkorak (1968)dan Walet Merah (1973), sebagai duamahakarya Hans Jaladara.Namun sayang, kejadiannya tidak semulus rencana. Dalam contoh kasus karyaHans Jaladara tadi, Panji Tengkorakterbit ulang dengan ukuran buku lebihkecil dari aslinya. Persis seukuran mangayang sudah begitu populer. Gambarnyapun demikian. Tak disangka, kisah PanjiTengkorak kehilangan daya magnetnya.Setelah ada kabar selentingan akanmenembus pasar global ke Malaysia,riwayat bukunya di dalam negeri sendirinyaris tak berkabar lagi hingga sekarang.Tragis.Makin terpuruknya komik Indonesiabisa disimak lewat jajaran buku bestsellerdi toko buku atau bestseller listings dalamrubrik bulanan Pustaka Loka harianKompas. Komik dalam hal ini mangasudah mempunyai daftar sendiri. Sejaktahun 2006 sampai 2008 ini, serbuan serial Avatar, dan Nakayoshi selalu membuat anak-anak tepekur di sudut-suduttoko buku. Kedua judul tadi selalu mendapatkan kursi empuk dari jajaran bukupaling laris.Di tengah gempuran komik-komik import, sebenarnya ada sejumlah karya yangsedikit menerangi kelamnya jagat pustakakita. Caroq karya Thoriq (1995), MateraPawitra karya Al Fitri Muhammad Zachy(2004), Selamat Pagi Urbaz karya BengRahardian (2004), Windrider karya IsYuniarto (2007), sekadar menyebutbeberapa contoh.Duo komikus Benny & Mice juga bisamenjadi salah satu pertanda baik dalamdunia komik non fiksi. Serial LagakJakarta edisi koleksi sampai akhir 2008ini sudah melewati 20 ribu eksemplar(dengan harga 95 ribu rupiah angkapenjualan ini terbilang fantastis). DalamLagak Jakarta, kedua kartunis yangkedua ciri gambarnya sudah meleburmenjadi satu itu memperlihatkan selukbeluk manusia Jakarta dalam bentukkomik strip. Keduanya mengintai, mereportase, mengamati perilaku badaniahmanusia urban, dan menggali kedalamanbathiniah mereka. Lalu keduanya merekamnya ke dalam bentuk komik. Darisanalah timbul kejenakaan, peristiwakonyol tapi memang begitu adanya. Namapelakunya bisa saja fiktif. Tapi peristiwayang terjadi begitu dekat, nyata, danfaktual. Komik non-fiksi ini secara taksadar sudah menjadi telaah sosiografisJakarta sebagai bahagian kecil Indonesia.Bukunya yang lain, 100 “Tokoh” yangMewarnai Jakarta (2008) menjelangtutup tahun 2008 ini sudah mencapai 40ribu eksemplar. Dalam buku ini ditampilkan seratus orang tokoh “rekaan” yangacap kita jumpai di pelosok Jakarta. Mulaidari Nenek-nenek Pengajian, Hansip,Aktivis LSM, Pengamat Politik, sampaiWasit Sepak Bola. Unsur banyolan sangatkentara, tapi, dari sana Benny & Micemempersembahkan sebuah kajian ilmutentang kota Jakarta dan penghuninya.Komik-komik non-fiksi terbitan luaryang mendidik juga terbilang banyak.Memasuki lembaran milenium baru,Penerbit KPG melempar serial terjemahan komik non-fiksi yang terdiri dari enamjudul kartun sains. Semua judul di-”komandani” Larry Gonick, yang di setiapjudulnya ia menggandeng pakar ilmu yangterkait tema bukunya.Kejutan pertama dibuka dengan KartunKimia yang disusun oleh Larry Gonickbersama Craig Criddle (KPG, 2000), laluberturut-turut disusul dengan KartunFisika kerjasama antara Larry Gonick danArt Huffman (KPG, 2001), dan untukjudul Kartun Biologi karya Larry Gonickdan Mark Wheelis (KPG, 2001).Selanjutnya Larry Gonick menggaetWollcott Smith seorang profesor statistikdari Michigan University untuk penggarapan Kartun Statistik (KPG, 2002).Sedangkan untuk Kartun Lingkungan(KPG, 2004), Larry Gonick mengajakpakar ekologi dan lingkungan, AliceOutwater. Dan yang paling buncit Kartun(non) Komunikasi gubahan Larry Gonicksendirian (KPG, 2007).Dengan hadirnya enam judul buku sainsini, kita tak bisa lagi mengganggap remehkehadiran sebuah komik. Sebagai sebuahmedium, komik melenturkan dunia sainsyang dipenuhi aksioma, teori, ketentuan,rumus, hukum, dan eksperimen.Kendati telat 10 tahun, kehadiran bukuterjemahan karya Larry Gonick dankawan-kawannya ini disambut meriah dibursa buku Tanah Air. Terutama untukBERITA HUMANIORA
                                
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65