Page 55 - Majalah Berita Indonesia Edisi 73
P. 55
BERITAINDONESIA, Januari 2010 55BERITA DAERAHMenuju PendidikanBertaraf InternasionalSebagai induk daerah pemekaran di Wilayah Utara Kaltim,Bulungan berupaya meningkatkan pendidikan. SMUNegeri 1 Tanjungselor memenuhi syarat SekolahBerstandar Internasional. Target tahun 2012 sudahdimulai.ajah Sukirno, S.Pd MApplingbegitu bersemangat ketikaBerita Indonesia menemuinya di Sekolah MenengahAtas (SMA) Negeri 1 Tanjungselor, Kabupaten Bulungan Provinsi KalimantanTimur, belum lama ini. Padahal, KepalaSekolah ini baru saja menerima tamu,orangtua murid dan guru wali kelas.“Kami selalu membina hubungan yangbaik dengan orangtua murid,” jelasnya ditengah kesibukan.Itulah salah satu cara yang dilakukanSMAN 1 Tanjungselor, yang telah ditetapkan sebagai sekolah Rintisan SekolahBertaraf Internasional (RSBI) dalammenerapkan sistem pendidikan. Dimulaitahun 2007 sebagai rintisan kategorimandiri, dan pada Desember 2008 sekolah ini mendapat tawaran untuk ditingkatkan menjadi Sekolah BerstandarInternasional (SBI). “Tim dari Jakartasudah turun melakukan verifikasi, dansejak Mei 2009 lalu, SMAN 1 Tanjungselordinyatakan memenuhi syarat,” kataSukirno kepada SL Pohan dari Berita Indonesia Biro Tarakan.Sudah barang tentu, para siswa disekolah ini tidak langsung dihadapkanpada pendidikan bertaraf internasional.“Masih banyak yang harus kita benahi,”ujar Kepala Sekolah yang mengambilPasca Sarjana (S2) di Australia ini. Jalanmenuju sekolah bertaraf internasionalmasih panjang. Makanya diharapkanbantuan dari semua pihak.Standar murid maksimal 32 orang perkelas. Tahun ini untuk kelas 10 hanya 6lokal, sementara kelas 11 dan 12 masingmasing 7 lokal, yang terdiri dari programIlmu Pengetahuan Alam (IPA) 2 kelas danIlmu Pengetahuan Sosial (IPS) 5 kelas.“Kami bekerjasama dengan LembagaPengembangan Bahasa Australia di Bidang Perhotelan dan Parawisata - Indonesia Australia Language di Bali. Makanya, target kami tahun 2012 diharapkankelas 10 yang ada sekarang bisa bersaingdengan SMA Internasional,” kata Sukirno.Bagaimana dengan tenaga pengajar,dan hambatan lainnya? Jumlah guru yangada sekarang baru 43 orang. Dan salahsatu persyaratan untuk menjadi SBI,tenaga pendidik minimal 30 persen S2(Strata 2), sementara sekolah ini barumemiliki 3 orang S2. Sedang untuk 7 orang guru yang mendapat bantuan dariPemda Bulungan mengambil S2, merekasekarang lagi menempuh pendidikan diberbagai perguruan tinggi, ada yang diPulau Jawa, Sulawesi, Samarinda, danBali.Memang, keberadaan SMAN 1 yangberdiri persis di jantung Kota Tanjungselor ini belum ditunjang sarana fisik.Padahal, sebagai persyaratan utama disekolah Rintisan Bertaraf Internasional(RSBI) tidak boleh double shift artinyasekolah pagi sore. Pemda Bulungannampaknya kurang memberi perhatian.Ini dilihat dari lambatnya pekerjaanbangunan yang sedang berjalan sekarang.Anak-anak butuh ruang belajar. Untuklokal SBI minimal 24 lokal tidak termasukruang laboratorium, perpustakaan, galeri,taman, dan kantin. “Belajar sore kurangefektif karena guru-guru lebih produktifjika pagi,” keluh beberapa orangtua siswa.Drs H Masjkur Masa, MM, anggotaDPRD Kabupaten Bulungan, bahkansependapat jika dikatakan Pemda Bulungan kurang memberi perhatian terhadap sekolah tersebut. “APBD Tahun2009 Bulungan sebesar Rp 1,6 triliun -untuk pendidikan hanya Rp 130 milyar,artinya tidak sampai mencapai 10 persen,”ujar Masjkur. Jadi? “Tidak masuk akalsekolah seperti itu bisa menjadi bertarafinternasional,” kata wakil rakyat pensiunan Kadis Pendidikan Bulungan ini.Lebih dari itu, menurut Masjkur Massa,yang juga dosen di sebuah perguruan tinggidi Tanjungselor, untuk merampungkansarana fisiknya saja membutuhkan biayaRp 50-60 milyar. Masih banyak yang perludibenahi. Makanya, sebagai seorang pendidik dan juga sebagai Panggar (PanitiaAnggaran) DPRD Bulungan akan mendukung anggaran yang diajukan olehDisdik. “Silakan buat anggarannya, kitaakan mendukung,” ujarnya.Kendati demikian, Masjkur tidak sependapat adanya tudingan bahwa PemdaBulungan kurang memberi perhatiankepada pendidikan. “Istilah itu kurangtepat. Buktinya, mulai dari Sekolah Dasar(SD) sampai Sekolah Lanjutan TingkatAtas (SLTA) bebas biaya sekolah,” katanya. Ia hanya sependapat, pembangunangedung SMAN 1 Tanjungselor terlambat.Tentu, keterlambatan itu ada penyebabnya yang harus dicari. Sebab itu, KetuaPanggar di DPRD Bulungan ini berharapkepada Kepala Dinas Pendidikan yangmenggantikannya dapat mengusulkandalam anggaran yang akan datang. “Harapan saya, sebagai induk daerah pemekaran di Wilayah Utara Kaltim, Bulungan memiliki Sekolah BerstandarInternasional. Sesuai motto Tanjungselorsebagai kota pendidikan,” katanya. SLPWGedung SMAN 1 Tanjungselor, pembangunannya terlambat.foto: sl pohan