Page 47 - Majalah Berita Indonesia Edisi 89
P. 47
BERITAINDONESIA, Juli 2013 47YBERITA HUMANIORABukan Sekolah BiasaTidak semua anak dapat menjalani pendidikan formal yangterikat sistem dan waktu. Oleh karena itu, homeschooling(sekolah rumah) menjadi pilihan orang tua masa kini.aat ini, homeschooling (sekolahrumah) menjadi salah satu pilihanorang tua dalam menyekolahkananaknya. Sekolah rumah banyak dilakukan di kota-kota besar, seperti Jakarta,Bandung, dan Surabaya.Pada awalnya, keberadaan proses belajar dan mengajar model rumahan ini dipandang sebelah mata oleh masyarakat umum. Namun kini banyak dimanfaatkankalangan menengah ke atas, seperti pejabat, artis dan para entertainer. Tak jarangdidapati dari kalangan olahragawan, atlitnasional juga kalangan biasa yang menginginkan rumah sebagai ruang kelas.Ada beberapa alasan mengapa para orang tua di Indonesia lebih memilih sekolah rumah. Kecenderungannya antaralain, bisa menekankan kepada pendidikanmoral atau keagamaan, menciptakansuasana pembelajaran yang baik, sertamemberikan pembelajaran langsung yangkonstekstual, tematik, nonskolastik yangtidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu.Menurut Direktur Pendidikan Masyarakat Direktorat Pendidikan Anak UsiaDini Nonformal dan Informal (PAUDNI)Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ella Yulaelawati, sekolah rumah merupakan proses layanan pendidikan yangsecara sadar, teratur dan terarah dilakukan orang tua atau keluarga di mana proses belajar mengajar berlangsung dalamsuasana kondusif. Proses ini memilikitujuan yaitu agar setiap potensi anak yangunik dapat berkembang secara maksimal.Pakar pendidikan Universitas NegeriJakarta, Arief Rachman Hakim menyebutkan tiga syarat penting yang harus dimiliki orang tua untuk menjalankan sekolah rumah. Pertama, syarat akademisdengan memiliki latar belakang pendidikan yang cukup. Kedua, syarat psikologisyakni mempunyai jiwa pendidik. Ketiga,syarat pedagogis atau keahlian menularkan pengetahuan kepada orang lain.Model sekolah rumah ini memiliki kelebihan yakni kegiatan pembelajarandilakukan lebih mendalam, terangkai dengan kegiatan sehari-hari. Selain itu, waktu belajar yang luwes disesuaikan dengankeinginan dan kesiapan orang tua dananak yang bersangkutan. Namun, menyelenggarakan sekolah rumah menuntutkemauan orang tua untuk belajar, menciptakan pembelajaran yang kreatif danmenyenangkan serta memelihara minatdan antusiasme belajar anak. Sekolah rumah juga memerlukan kesabaran orangtua, kerja sama antaranggota keluarga dankonsisten dalam penanaman kebiasaan.Pembelajaran sekolah rumah juga diharapkan menyesuaikan dengan standarkompetensi yang telah ditentukan oleh Dinas Pendidikan Nasional. Standar kompetensi menjadi panduan yang harus dimiliki anak yang mengikuti sekolah rumah, misalnya dengan mengikuti ujian Paket A yang setara dengan SD atau Paket Bsetara SMP. Hal ini perlu agar perkembangan dan kemampuan anak dievaluasidalam ujian yang diselenggarakan secaranasional.Ada beberapa format homeschooling,yaitu homeschooling tunggal yang dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya ;homeschooling majemuk yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untukkegiatan tertentu, sementara kegiatanpokok tetap dilaksanakan oleh orangtuamasing-masing, misalnya keluarga pemusik/seni, kegiatan sosial, keluarga atlit,dan kegiatan agama.Yang lebih luas adalah komunitashomeschooling yaitu gabungan beberapahomeschooling majemuk yang menyusundan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olahraga, musik/seni danbahasa), sarana/prasarana dan jadwalpembelajaran. Komitmen penyelenggaraan pembelajaran antara orang tuadan komunitasnya kurang lebih 50:50.Kelebihan komunitas homeschoolingantara lain terstruktur dan lebih lengkapuntuk pendidikan akademik dan pencapaian hasil belajar, dilengkapi fasilitas pembelajaran yang lebih baik misalnya: bengkel kerja, laboratorium, perpustakaan, auditorium, fasilitas olahraga dan kesenian,ruang gerak sosialisasi peserta didik punlebih luas, dan dukungan lebih besar karena masing-masing bertanggung jawabuntuk saling mengajar sesuai keahliannya.Seto Mulyadi yang juga Ketua AsosiasiSekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif(Asah Pena), sudah menerapkan metodehomeschooling kepada anak-anaknya.Menurutnya, orang tua harus memilikikomitmen terhadap pelaksanaan sekolahrumah itu. Mereka harus memelajarikurikulum, menjabarkannya secara kreatif sesuai kondisi anak. Orang tua sebagaikoordinator dan fasilitator dari kegiatansekolah rumah juga harus mampu menjalin kerja sama yang baik dengan anakmaupun pihak-pihak lain termasuk jaringan sekolah rumah.Diakuinya pula, ada beberapa mitos keliru yang berkembang di masyarakat soalsekolah rumah ini. Misalnya anak menjadikurang mendapat kesempatan sosialisasidengan teman, orang tua harus menjadiguru dengan pengetahuan yang luas,waktu belajar yang tidak sepadan dengansekolah formal, anak menjadi tidak disiplin, tidak bisa memperoleh ijazah formal,anak kurang mampu berkompetisi sertatidak dapat melanjutkan ke jenjang sekolah formal yang lebih tinggi. Ditambahlagi sekolah rumah mensyaratkan biayaoperasional yang tinggi alias mahal. ayuS