Page 66 - Majalah Berita Indonesia Edisi 89
P. 66
66 BERITAINDONESIA, Juli 2013BERITA LINGKUNGANZUbah Perilaku,Selamatkan LingkunganPada peringatan Hari Lingkungan Hidup tahun 2013,Indonesia mengusung tema Ubah Perilaku dan PolaKonsumsi untuk Selamatkan Lingkungan.ema ini bertujuan untuk menggugah kesadaran masyarakat luasatas pentingnya menyikapi pemanfaatan sumber daya alam termasuk penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) sertapemanfaatan bahan makanan secara bijak. Tema tersebut selaras dengan tema yangdikeluarkan oleh Badan Lingkungan Hidup Dunia, United Nations EnvironmentProgramme (UNEP), yaitu Think.Eat. Save.Hasil studi KLH tahun 2012 menunjukkan bahwa Indeks Perilaku Peduli Lingkungan (IPPL) masih berkisar pada angka0,57, dari angka mutlak 1. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat belum berperilaku peduli lingkungan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Perilakukonsumsi masyarakat dalam pemenuhankebutuhannya sebesar 49,3% berupabahan makanan yang berasal dari luardaerahnya. Kondisi ini tentunya akanmemberikan dampak bagi lingkungan, seperti meningkatnya emisi karbon, karenakegiatan pengangkutan bahan makanantersebut dari daerah asal ke tempat tujuan.Dari 6 indikator perilaku, yakni konsumsi energi, membuang sampah, pemanfaatan air bersih, pemanfaatan bahanbakar, penyumbang emisi karbon danperilaku hidup sehat, nilai yang terburukadalah perilaku pemanfaatan bahan bakaryaitu level 0.28. Aleta BaunProtes Sambil MenenunMama Aleta menggerakkan Masyarakat Adat Mollountuk mempertahankan tanah leluhurnya dan menjadi inspirasi bagikaum tani danmasyarakat adat.Aleta Baun, seorang perempuan dariNusa Tenggara Timur, meraih penghargaan Goldman Environmental Prize2013 atas jasa-jasanya di bidang konservasi alam. Goldman EnvironmentalPrize 2013 merupakan Hadiah Lingkungan Hidup yang diberikan setiap tahunkepada pahlawan lingkungan hidup,masing-masing mewakili enam kawasanbesar di dunia.Perjuangan Aleta Baun yang biasadikenal dengan Mama Aleta ini telahdimulai pada 1990-an ketika Gunung BatuAnjaf dan Nausus mulai dirambah industri tambang dan industri kehutanan. Gunung Batu Anjaf dikeruk (dibelah) dan diolah menjadi batu marmer. Batu, bagi orangTimor adalah batu nama. Nama marga adapada batu-batu itu. Kalau batu nama itudihilangkan, maknanya sama denganmenghilangkan identitas orang Timor.Perempuan kelahiran Lelobatan, Mollo,Timor Tengah Selatan, Nusa TenggaraTimur, 16 Maret 1963 itu pun bertindak,menyatukan komunitas untuk sama-samamenolak upaya korporasi itu demi mempertahankan identitas Suku Mollo. Keinginannya sederhana, agar masyarakatsetempat tidak kehilangan sumber pangan, identitas dan budaya daerah.Perjuangan Mama Aleta dan Masyarakat Adat Mollo selama 11 tahun mulaimembuahkan hasil pada 2007, dengandihentikannya operasi tambang di daerahtersebut. Mama Aleta secara damaimenduduki tempat-tempat penambanganmarmer dengan aksi yang disebut \sambil menenun.\yang sakral di Gunung Mutis, Pulau Timorakhirnya bisa dicegah. TAdopsi PohonKemarau BasahBadan Meteorologi,Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa musimkemarau 2013 ini adalah kemarau basah.Artinya musim kemarau tahun ini akanlebih banyak hujan dibandingkan denganpola musim kemarau normal.Pola angin yang menimbulkan gangguan cuaca pada musim kemarau inidiprediksi berlangsung Juli sampaiAgustus 2013. Kondisi tersebut bisa memicu terjadinya bencana hidrometerologiseperti banjir, longsor, puting beliung,dan gelombang pasang. Masyarakat danBPBD dihimbau untuk tetap waspada. Dalam rangka merestorasi hutan,khususnya di areal perluasan TamanNasional, lahir program bernama ‘AdopsiPohon’ yang melibatkan masyarakat.Upaya melestarikan lingkungan dengan'Gerakan Adopsi Pohon' ini diharapkanbisa mempertahankan keberadaan pohon-pohon besar dan tanaman asli daerah agar tidak punah. Selain itu, adopsipohon merupakan upaya untuk merawatpohon yang ditanam. Sebab sudahbukan rahasia lagi, bila banyak programpenghijauan dari pemerintah yang hanyasebatas penanaman pohon tetapi minim/tidak ada perawatan sama sekali.Ada banyak bentuk 'adopsi pohon' yangditerapkan. Misalnya, adopsi pohon diTaman Nasional Tanjung Puting, Kalimatan Tengah. Setiap adopter (orangyang mengadopsi) membayar Rp100.000 perpohon sudah termasuk pemeliharaan pohon. Menariknya, setiappohon yang ditanam akan dinamai sesuaidengan nama orang yang menanam.Sedangkan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak ditawarkan dua jenis adopter yakni Lembaga/Korporasi (minimum 3 hektar untuk 3tahun) dan Perorangan (minimum 1pohon untuk 3 tahun). Sejumlah menteridan partai politik sudah ikut mengadopsipohon di Taman Nasional itu.