Page 45 - Majalah Berita Indonesia Edisi 91
P. 45
BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006 45BERITA KHASBERITAINDONESIA, Desember 2013 45yang sepakat dengan draf RUU Pilkada,terutama Pasal 29 dan 72 yang membatasidinasti politik di tingkat gubernur danbupati/wali kota. Karena, realitasnyatidak ada partai yang tak mencalonkankerabatnya menjadi kepala daerah.Menurut Wakil Sekretaris JenderalPartai Golkar ini, partainya memberi peluang kepada publik untuk ikut serta dalam pemilihan kepala daerah dan pemilihan anggota legislatif. Salah satu yangmenjadi pertimbangan, calon tersebutmemiliki elektabilitas dan berkualitas.Direktur Center for Election and Political Party (CEEP) Reni Suwarso mengatakan kegagalan partai politik melakukankaderisasi menjadi salah satu alasanpemicu munculnya dinasti politik. Ketidakmampuan parpol melakukan kaderisasi, pendidikan politik, dan sosialisasimengakibatkan orang-orang yang tidakpunya kapasitas kemudian direkrut.Kegagalan partai politik dalam kaderisasi juga berdampak pada peran partaipolitik dalam mengisi jabatan publik.Partai politik kemudian hanya menjadistempel bagi perorangan yang akan majudalam pemilihan kepala daerah.Selain itu, dinasti politik juga munculkarena lemahnya nilai-nilai demokrasiyang tertanam dalam masyarakat. Menurutnya, sistem demokrasi yang diimplementasikan saat ini tidak dibarengidengan penanaman nilai-nilai demokrasi.Akibatnya, demokrasi bersifat prosedural,sementara pola pikir masyarakat masihbersifat kedaerahan dan kerajaan. Kombinasi tersebut membuat dinasti politiktumbuh subur.Politisi Partai Golkar, Indra Jaya Piliang, menyebutkan seharusnya dinastipolitik ini tidak perlu diperdebatkan, agarhilang. Karena, dinasti politik ini sudahbagian dari negara Indonesia sejak dulu,dari sistem kerajaan yang ada. Namun,keberadaan dinasti ini jangan sampaiberdampak negatif dalam politik, dan jugajangan sampai terjadi perebutan dinastiyang merugikan masyarakat dan negara.Kehidupan politik di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari budaya politik. Ketikamasyarakat masih sangat paternalistik,kerabat tokoh cenderung menjadi patronbudaya, politik, dan ekonomi. Bahkantanpa manipulasi atau mobilisasi dalampilkada, \banyak tempat masih kuat akan membawa kemenangan pada kerabat patron.Menanggapi hal tersebut, PengamatPolitik dari Universitas Indonesia (UI),Profesor Hamdi Muluk menilai fenomena dinasti politik sebagai sebabakibat. Masyarakat seharusnya berpikirjernih, apakah dinasti politik yangmembuat negara ini bobrok atau kebobrokan negara ini yang membuatadanya dinasti politik.Bila kondisi sosial-ekonomi masyarakatpemilih makin baik, tanpa ada manipulasidalam bentuk uang atau kekuasaan, danmelalui demokrasi langsung semestinyakonstestasi dapat berjalan baik.Mudaratnya, bila hal di atas tidakterpenuhi. Lalu calon yang maju tidakmemenuhi aspek kapasitas, kapabilitas,dan integritas. Saat hanya para aktorpolitik yang punya segala akses untukmenggapai kapitalisasi dan kekuasaan,maka disanalah celah yang akan memperburuk kondisi politik Indonesia.Maraknya praktek politik dinasti diberbagai pilkada dan pemilu legislatifdiperkirakan akan terus berlanjut selamaproses rekrutmen dan kaderisasi di partaipolitik tidak berjalan sebagaimana mestinya alias macet. Hanya dengan kepemimpinan yang sehat dengan kriteria terkait kualitas dan kemampuan tokoh yangakan menghapus feodalisme yang tumbuhmelalui dinasti politik. dhe, panPolitik dinasti membuat rekrutmen calegmelupakan aspek kapasitas, kapabilitas, danintegritas.