Page 47 - Majalah Berita Indonesia Edisi 91
P. 47


                                    BERITAINDONESIA, Desember 2013 47YBERITA IPTEKsantara, jumlah situs pornografi selaluberjumlah sekitar 1 persen dari situs yangada di dunia, yaitu sekitar 5 juta situs. Sedangkan yang sudah diblokir Kementerian Kominfo hingga saat ini barusekitar 1 juta situs. Irwin Day, pengelolaYayasan Nawala Nusantara menilai program pemblokiran yang dilakukan Kominfo gagal karena hanya dikerjakansebagai formalitas saja. Cara kerja Kominfo tidak jelas dan tidak menampilkandata angka secara detail seperti yangdilakukan Nawala. Akibatnya, terjadisalah blokir dimana situs biasa terblokirkarena dianggap situs porno.Perangkat yang dimiliki Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) buatanKominfo pun memiliki kapasitas yangsangat terbatas sehingga banyak situspornografi yang lolos. ID-SIRTII hanyabisa memblokir dan mengidentifikasi200.000 situs negatif saja, dan itu punbukan hanya situs pornografi, termasukdi dalamnya judi online, situs yangdisusupi peretas, dan lainnya.Kementerian Kominfo sendiri mengakukesulitan melakukan blokir situs-situsnegatif di jagat maya. Kesulitan-kesulitanitu antara lain, banyak situs porno yangtidak menggunakan nama domain pornoatau situs yang sudah diblokir bergantinama. Kesulitan baru lainnya adalahmaraknya akun-akun porno dan prostitusi online di media sosial seperti Facebook dan Twitter.Hadirnya DNS Nawala dan upayapemerintah sebagai agen sensor internettidak lepas dari pro dan kontra. Bagimereka yang kontra, sensor dianggapmelanggar hak asasi manusia. Ada pulayang memilih kontra karena ternyata adasitus-situs tertentu yang bukan situsporno tetapi kena blokir. Contohnya situsplugin jQuery bPopup yang beralamat dihttp://dinbror.dk/bpopup. Situs inisudah bertahun-tahun kena blokir dansampai sekarang tidak ada yang peduliuntuk membuka blokirnya.Selain itu, upaya sensor internet ini jugadianggap tidak jelas. Hal itu diakui olehCitizen Lab di sela acara forum internetdunia atau Internet Governance Forum(IGF) 2013 yang digelar di Bali. Sejak2003, Citizen Lab telah melakukan penelitian mengenai filtering di 74 negara, danditemukan bahwa 42 negara di antaranyamelakukan upaya filtering. Menurut risetyang dilakukan The Citizen Lab, Universitas Toronto, Kanada ini, berbagaipenyedia jasa internet (ISP) di Indonesiatidak melakukan filtering secara sistematis dan tidak konsisten. Beberapa ISPmemblokir situs yang menyediakan layanan anonymizer, termasuk situs dengankonten politik atau religius yang kontroversial.Selain itu, mekanisme filtering kontenInternet di Indonesia yang bersifat ad hoc,dianggap tidak jelas (pemerintah memerintahkan pihak ketiga untuk melakukanpemblokiran). Hasil riset Citizen Labmenemukan bahwa ketika ada sebuah situs diblokir (padahal seharusnya tidakperlu diblokir), lalu setelah diberitahu,ISP kemudian membuka blokirnya hanyadalam hitungan menit. Bagaimana mekanismenya, Citizen Lab sendiri belummengetahuinya. \tidak jelas dan itu bisa menjadi potentialabuse,\zen Lab of Canada Centre for Global Security Studies.Sedangkan menurut pakar hukum siberMegi Margiyono dari Indonesia OnlineAdvocacy, harus ada kontrol dalam aksiblokir atau filtering yang dilakukanpemerintah agar tidak menyalahgunakankekuasan dan menimbulkan bias politik.\ pemerintah tidak absolut,dibutuhkan pemeriksaan dan penyeimbangan dari sisi hukum dan politik,\Megi. Menurutnya, upaya filtering konteninternet tersebut harus dipertanggungjawabkan kepada DPR.Terlepas dari berbagai upaya internetfiltering yang dilakukan oleh masyarakatdan pemerintah, konten-konten negatifakan terus eksis di internet. Upayapemblokiran pada akhirnya mesti dikembalikan kepada individu/pengguna internet itu sendiri. Sebab sekarang banyakkonten atau iklan berbau porno justrudipajang di situs-situs yang banyakdiakses oleh publik. Misalnya Facebook,jejaring sosial yang bebas digunakan olehsiapa saja (termasuk anak-anak) memasang iklan berbau porno di sidebar kananhalamannya. Di situ ada iklan memperbesar kelamin, iklan alat bantu seks atauberita berbau mesum yang dipajang olehsejumlah portal berita untuk meningkatkan traffic pengunjung. Belum lagiakun-akun mesum yang menayangkankonten porno yang bertebaran di jejaringsosial seperti Facebook dan Twitter.Situs-situs umum termasuk portalberita pun sudah memajang iklan berbauporno walaupun sebenarnya kalau dikliktidak berisi konten porno. Teknik marketing ini sudah lama digunakan sebab iklanberbau porno lebih berpeluang untukdiklik. Tidak ada yang peduli bahwa iklanitu juga dilihat oleh anak-anak di bawahumur 10 tahun. Bahkan sudah bukanrahasia lagi kalau orang bisa mencarikonten porno di Google Image Search.Apakah pemerintah dan ISP juga akanmemblokir akses ke Google, Facebook,Twitter, dan berbagai portal berita karenamemuat konten yang berbau porno ataumenjadi media penyebaran konten porno? Apakah upaya-upaya pemblokiransitus ini akan terus efektif ke depannya?Biarlah waktu yang akan menjawabnya.Banyak Jalan Menuju RomaKita pasti menjadi gusar saat mendapatisitus yang kita kunjungi kena blokir.Kegusaran itu makin bertambah karenatanda sebuah situs kena blokir pun kadang tidak jelas tergantung ISP manayang digunakan. Ada yang memunculkanhalaman 'Internet Positif' yang di dalamnya secara gamblang memberitahu bahwasitus yang dituju termasuk situs terlarang.Ada pula dengan cara yang tidak gamblang, seolah-olah situs/halaman yang dituju tidak aktif lagi. Entah dengan memunculkan halaman putih dengan pesan\ Found\munculkan pesan error seolah-olah serversitus yang dituju sedang bermasalah.Memblokir akses ke situs-situs terlarang mungkin efektif bagi penggunainternet pemula. Namun, perlahan-lahan,SITUS TAK BERDOSA KENA BLOKIRdinbror.dk/bpopup mricons.com“Facebook, jejaring sosial yang bebas digunakanoleh siapa saja (termasuk anak-anak) memasangiklan berbau porno di sidebar kanan halamannya.”
                                
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51