Page 38 - Majalah Berita Indonesia Edisi 94
P. 38


                                    38 BERITAINDONESIA, April 2015BERITA KHAS ZIni pulaunya ada di mana? Nah, iniboro-boro namanya, tempatnyajuga tidak tahu,” katanya, prihatin.Oleh karena itu, lanjut Anang,tanpa menyalahkan siapa pun, tapiitulah faktanya bahwa kita masihpunya harapan untuk kedaulatan,kewilayahan, geopolitik kita itutentu ada batas-batas fisik danteritorinya.Dia menilai, negara memang masih lemah dalam mengelola pulau.“Memang, kalau lihat faktanyasampai hari ini, untuk menguruspulau-pulau besar saja, pulau-pulauyang jelas (bernama) saja, kita inimasih keteter. Ya, contohnya didaerah perbatasan itu. Apalagi kalausemua pulau besar dan kecil. Tapiketidakmampuan itu, mustinyadijadikan tantangan supaya kitamampu, jangan kemudian malahmengabaikan,” kata Anang.Maka, lanjutnya, inilah salah satuyang akan kita perhatikan dari RUUWawasan Nusantara. “Jadi, satu sisikita mengurus apa yang ada, dansatu sisi lagi memastikan keberadaan yang ada, yang belum jelasharus diperjelas,” katanya.Terkait teknis pemberian nama,kata Anang, seyogyanya diserahkankepada local wisdom (kearifanlokal). “Biarkan masyarakat setempat yang menentukan namanya,yang sesuai dengan kebiasaan mereka menyebut pulau itu. Tentu dibawah koordinasi kepala-kepaladaerah,” katanya. Tapi, Anang mengingatkan, jangan lantas kepaladaerah mengambil-alih untuk memberikan nama. Kepala daerah cukupmemfasilitasi dan mengoordinasikannya kepada lembaga yang berkompeten, seperti BIG ataupun timnasional Pembakuan Rupabumi Indonesia (PRI),” terang anggota DPDRI asal Lampung itu.Anang mengkhawatirkan keberadaan ribuan pulau-pulau yang belum teridentifikasi dan belum bernama itu dijadikan untuk tujuan tertentu yang bertentangan dengan tujuannegara. Menurutnya, pemerintah memang masih kesulitan dalam mengurus pulau-pulau yang berpencar diwilayah kedaulatan Republik Indonesia. Sehingga menjadi ironi ketikamenyebut pulau sendiri yang geografisnya jauh dengan menyebutkannyapulau terluar.“Saya lihat negara memang betulbetul kedodoran mengelola pulaupulau yang banyak itu. Nah, mustinya posisi ketidakmampuan itu kitajadikan pelajaran dan tantanganuntuk memampukan diri denganmenyatukan persepsi dan cara pandang,” kata Anang berulang-kali.“Tapi, rupanya ketidakmampuanitu, malah menjadi celah bagi oknum-oknum, bisa jadi dari dalamnegeri maupun dari luar negeri,memanfatkan pulau-pulau itu untukkepentingan-kepentingan yang bertentangan dengan semangat wawasan nusantara, semangat bersamasebagai bangsa,” pungkas AnangPrihantoro, prihatin.„ mbi | al amin - basanANANG PRIHANTORO:“Saya lihat negaramemang betul-betulkedodoran mengelolapulau-pulau yangbanyak itu. Nah,mestinya posisiketidakmampuan itukita jadikan pelajarandan tantangan untukmemampukan diridengan menyatukanpersepsi dan carapandang.”
                                
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42