Page 66 - Majalah Berita Indonesia Edisi 97
P. 66
66 BERITAINDONESIA, Edisi 97BERITA KHAS66masyarakat yang berbelanja online. Ketiga, masuknya barang-barang ilegal seperti alat-alat listrik, boneka, hingga pakaian. Keempat, terjadi perlambatan di sektor ritel. “Ini beda-beda tipis dengan daya beli. Daya beli masyarakat ini pasti pengaruh. Makanya, saya bilang pemerintah harus lihat realitas di lapangan,” terang Sarman.Hal yang senada juga disampaikan oleh Ketua Asosiasi Peritel Indonesia (APRINDO) Roy Ni cholas Mandey. Menurut dia, perubahan perilaku konsumen yang menjadi penyebab melesunya belanja ritel bukan karena ritel online, melainkan perubahan prioritas. Pasalnya, proporsi ritel online hanya sebesar AS$4,89 juta atau hanya 1,4% dari total kapitalisasi pasar ritel offl ine yang sebesar $320 milyar. “Sekarang kita lihat justru number of customer account (jumlah konsumen) itu tetap bertambah, kita lihat malmal tetap ramai,” jelas Roy.“Mereka yang memiliki uang, yang status ekonomi sosialnya B, B+ sampai A itu mereka justru sekarang menahan belanja dan mereka lebih menggunakan ke leisure atau lifestyle dan ada kecenderungan mereka sudah cerdas dan memasukkan ke deposito berjangka.”Kalaupun memang ada perpindahan konsumen ke online, Priyanto Lim, Head of Commercial Zalora - salah satu ritel online terkemuka - mengatakan sejauh ini tidak ada pertumbuhan drastis di sektor ritel online. “Kita melihat kurva pertumbuhannya, secara grafi k memang tidak sekencang tahun-tahun sebelumnya. Dari sana kita menganalisa memang lebih pada peralihan permintaan.” “Kalau secara pola hidup dan kebiasaan konsumen yang bisa kita lihat, customer kan sekarang senang sekali dengan experience (pengalaman). Contohnya mereka bepergian, belanja makan dan minum. Jadi mereka sering posting(di internet). Itu memang agak bergeser dari sebelumnya mereka lebih didorong produk, mereka berbelanja, beli barang. Sekarang mereka lebih mencari experience,” jelas Priyanto. Di sisi lain, diakui atau tidak, sektor online berpotensi menjadi kompetitor sengit sektor offl ine. “Diprediksikan e-commerce di Indonesia, khususnya fesyen, pertumbuhannya 35% sampai 40% per tahun. Jadi kurang lebih setiap 2-3 tahun ukuran (sektor) nya sudah dua kali lipat. Potensi pasarnya itu masih sangat besar. Kalau kita bandingkan negara yang sudah sangat maju e-commerce-nya misalnya di Cina, online retail sudah kontribusi 15 sampai 20% dari total,” kata Priyanto Lim.Secara umum, di tengah keresahan, industri ritel dianggap masih bisa bertahan, tapi mesti mengikuti perkembangan zaman dan tren yang terjadi di masyarakat. PT Matahari Department Store Tbk misalnya sudah punya versi online Mataharimall.com. Begitu pula dengan PT Ace Hardware Indonesia Tbk yang masih bertahan karena jenis produk ritel yang dijajakan masih minim kompetitor. ACE dianggap masih mengua sai pasar penjualan produk perkakas rumah tangga untuk kalangan menengah ke atas. ACE juga sudah merambah dunia online lewat website ruparupa.com. Sementara untuk PT Hero Supermarket Tbk (HERO) diketahui sedang menghadapi tantangan. Sebab kebanyakan toko ritelnya seperti Giant dan Hero merupakan supermarket yang pelanggannya tengah beralih ke minimarket seperti Alfamart dan Indomart. Peralihan pelanggan ini juga yang membuat Alfamart dan Indomart tetap eksis hingga sekarang. Apalagi Alfamart dan Indomart juga sudah punya toko online masing-masing. Sementara toko-toko ritel kecil banyak tutup karena kalah bersaing dan cuma membuka toko online. cidProduk sepatu berantakan saat sale besar-besaran.