Page 58 - Majalah Berita Indonesia Edisi 98
P. 58
58 BERITAINDONESIA, Edisi 98BERITA BUDAYA58penuh cinta dan kasih sayang serta selalu bisa menemani dengan tulus dan ikhlas. Sementara nama Imam Muhajir Rahman adalah seseorang yang diharapkan mampu menjadi pemimpin hijrah dengan penuh belas kasih. “Berhijrahlah kalian, anandaku berdua, melalui pernikahan ini dengan suamimu sebagai seorang pemimpin yang penuh rahmat dan bersama istrimu yang merupakan se seorang yang mampu menemani dengan keikhlasan menuju jalan Allah,” doa Moeldoko.Moeldoko mengingatkan bila Syaykh Panji Gumilang adalah seorang pejuang kehidupan bagi martabat dan kemakmuran umat Islam di seluruh semesta ini, kiranya mempelai melanjutkannya. Begitu pula dengan Pesantren Al Zaytun yang mengajarkan toleransi bagi seluruh umat beragama, kiranya mempelai melanjutkan itu. “Seperti harapan banyak orang, harapan orang hijrah, jadilah penerus yang baik dari pendahulu yang baik bahkan sangat baik,” kata Moeldoko menutup petuahnya. Selesai acara akad nikah, para tamu undangan dipersilakan menikmati hidangan makan siang yang sudah disiapkan, sebagian di dalam ruangan, sebagian lagi di luar ruangan. Hidangan di luar ruangan terletak tidak jauh dari pintu masuk Masyikhoh. Di tengah rimbunnya pepohonan, para tamu undangan berbaris antri memilih makanan yang mereka sukai. Para tamu undangan betul-betul dimanjakan dan tidak ada yang kekurangan. Makanan berat, makanan ringan, camilan-camilan, es krim, bahkan permen pun tersedia.Saat acara makan berlangsung, para tamu dipersilakan menyampaikan selamat dan bersalaman dengan kedua mempelai. Semuanya ikut merasakan sukacita yang besar atas pernikahan putri bungsu Syaykh itu. Syaykh AS Panji Gumilang dan keluarga besar menyambut para sahabat dan tamu undangan dengan ramah dan hangat. Selamat menempuh hidup baru kepada kedua mempelai Sofi yah Al-Widad dan Imam Muhajir Rahman. Kepala Staf Presiden Jend (Purn) Dr. Moeldoko memberi sambutan atas nama keluarga mbi/rielMelantunkan Indonesia Raya 3 Stanza saat akad nikah. Jenderal Moeldoko mengatakan: “Yang saya pahami adalah Bapak Panji Gumilang dalam setiap nafas kehidupan tidak pernah lepas dari nilai-nilai kebangsaan.”